BANG AGUS DAN PERSAHABATAN LINTAS ZAMAN
Baca Juga
Di sunyinya malam yang lalu, saat lantunan bacaan Alquran sudah mulai terhenti diperdengarkan melalui pengeras suara karena malam yang semakin larut, kabar duka datang menyapa melalui pesan berantai di WA. Gusanto, atau yang kami kenal dengan Bang Agus, telah berpulang kehadirat Allah SWT karena sakit yang baru ia ketahui saat berada di Jakarta. Kepergian Bang Agus bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tapi juga bagi kami, para alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Bengkulu yang pernah dipersatukan oleh semangat dan pergerakan.
Bang Agus bukan sembarang senior. Baginya, perbedaan usia hanyalah angka. Beliau adalah salah satu sosok yang merangkul saya saat saya baru bermukim di Bengkulu. Meski terpaut usia puluhan tahun, Bang Agus menjadikan kami—adik-adik dan saudara sealmamaternya—bagian dari keluarganya. Di kota Bengkulu, jauh dari rumah, beliaulah keluarga kami. Baginya, saya bukan hanya junior atau kawan se-almamater; kami adalah adik, dan saudara sehati yang dipersatukan oleh Yogyakarta, kota yang pernah menempa kami dengan berbagai kenangan indah dan pelajaran berharga.
Beliau adalah aktivis yang tak kenal lelah. Meskipun usianya telah melewati setengah abad, semangatnya dalam berorganisasi, berkegiatan sosial, dan aktivitas lainnya, tetap berkobar seolah usia hanyalah sebuah nomor yang tidak mampu membatasi langkah dan perjuangannya. Bang Agus membuktikan bahwa kegiatan positif tidak mengenal batasan usia.
Ia menjadi contoh nyata bagaimana seorang senior dalam perkumpulan alumni harus berperan. Bang Agus adalah "provost" yang tak pernah segan menegur dan memberi arahan bagi kami yang lebih muda. Bang Agus adalah magnet, mengumpulkan kami, alumni lintas zaman, jurusan, dan pekerjaan, dalam satu ikatan kuat. Beliau mengajarkan kami tentang nilai kebersamaan, kesetiaan pada nilai dan tujuan, serta pentingnya terus bergerak maju walau tantangan menghadang.
Di setiap pertemuan, Bang Agus selalu menekankan pentingnya berkontribusi pada masyarakat dan lingkungan sekitar. "Jangan hanya menjadi alumni yang bangga dengan segelintir prestasi pribadi," ujarnya suatu kali, "jadilah alumni yang memberi dampak positif bagi banyak orang." Pesan ini terus bergaung di hati saya hingga kini.
Kepergian Bang Agus meninggalkan kekosongan yang sulit tergantikan. Namun, warisan dan pelajaran yang telah ia tanamkan dalam diri kami akan selalu hidup dan mekar. Bang Agus mengajarkan kami untuk berani berada di garis depan, baik dalam suka maupun duka, dan itu adalah pelajaran terbesar yang akan kami kenang selalu.
Saya bermohon kepada Allah SWT agar dosa-dosa Bang Agus diampuni, dan beliau ditempatkan di sisi-Nya di tempat yang terbaik. Semoga semangat Bang Agus dapat menginspirasi kita semua untuk terus bergerak maju, memberikan yang terbaik bagi sesama, serta menjalani hidup dengan penuh makna seperti yang telah beliau lakukan.
Bang Agus, terima kasih. Atas semua pelajaran, nasehat, dan persahabatannya. Sampai kita bertemu lagi di kehidupan yang abadi.
Tags:
Obituari
0 comments