Andi Azhar
  • Beranda
  • Essai
    • Khazanah Islam
    • Pendidikan
    • Sosial Politik
    • Persyarikatan
    • #SeloSeloan
    • Perguruan Tinggi
    • Sains Teknologi
    • Financial Teknologi
  • Hikayat
    • Formosa
    • Nusantara
  • Soneta
  • English
    • Education
    • Politic
    • Technology
    • Economic
  • Advertorial
    • Competition
    • Endorsement
    • Komikita
  • Obituari
  • Scholarship
    • MoE Taiwan
    • HES Taiwan
    • ICDF Taiwan
  • Hubungi Kami
Di sunyinya malam yang lalu, saat lantunan bacaan Alquran sudah mulai terhenti diperdengarkan melalui pengeras suara karena malam yang semakin larut, kabar duka datang menyapa melalui pesan berantai di WA. Gusanto, atau yang kami kenal dengan Bang Agus, telah berpulang kehadirat Allah SWT karena sakit yang baru ia ketahui saat berada di Jakarta. Kepergian Bang Agus bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tapi juga bagi kami, para alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Bengkulu yang pernah dipersatukan oleh semangat dan pergerakan.

Bang Agus bukan sembarang senior. Baginya, perbedaan usia hanyalah angka. Beliau adalah salah satu sosok yang merangkul saya saat saya baru bermukim di Bengkulu. Meski terpaut usia puluhan tahun, Bang Agus menjadikan kami—adik-adik dan saudara sealmamaternya—bagian dari keluarganya. Di kota Bengkulu, jauh dari rumah, beliaulah keluarga kami. Baginya, saya bukan hanya junior atau kawan se-almamater; kami adalah adik, dan saudara sehati yang dipersatukan oleh Yogyakarta, kota yang pernah menempa kami dengan berbagai kenangan indah dan pelajaran berharga.

Beliau adalah aktivis yang tak kenal lelah. Meskipun usianya telah melewati setengah abad, semangatnya dalam berorganisasi, berkegiatan sosial, dan aktivitas lainnya, tetap berkobar seolah usia hanyalah sebuah nomor yang tidak mampu membatasi langkah dan perjuangannya. Bang Agus membuktikan bahwa kegiatan positif tidak mengenal batasan usia.

Ia menjadi contoh nyata bagaimana seorang senior dalam perkumpulan alumni harus berperan. Bang Agus adalah "provost" yang tak pernah segan menegur dan memberi arahan bagi kami yang lebih muda. Bang Agus adalah magnet, mengumpulkan kami, alumni lintas zaman, jurusan, dan pekerjaan, dalam satu ikatan kuat. Beliau mengajarkan kami tentang nilai kebersamaan, kesetiaan pada nilai dan tujuan, serta pentingnya terus bergerak maju walau tantangan menghadang.

Di setiap pertemuan, Bang Agus selalu menekankan pentingnya berkontribusi pada masyarakat dan lingkungan sekitar. "Jangan hanya menjadi alumni yang bangga dengan segelintir prestasi pribadi," ujarnya suatu kali, "jadilah alumni yang memberi dampak positif bagi banyak orang." Pesan ini terus bergaung di hati saya hingga kini.

Kepergian Bang Agus meninggalkan kekosongan yang sulit tergantikan. Namun, warisan dan pelajaran yang telah ia tanamkan dalam diri kami akan selalu hidup dan mekar. Bang Agus mengajarkan kami untuk berani berada di garis depan, baik dalam suka maupun duka, dan itu adalah pelajaran terbesar yang akan kami kenang selalu.

Bang Agus / 1967 - 2024 (Foto : FB Pribadi Gus Santo)
 
Saya bermohon kepada Allah SWT agar dosa-dosa Bang Agus diampuni, dan beliau ditempatkan di sisi-Nya di tempat yang terbaik. Semoga semangat Bang Agus dapat menginspirasi kita semua untuk terus bergerak maju, memberikan yang terbaik bagi sesama, serta menjalani hidup dengan penuh makna seperti yang telah beliau lakukan.

Bang Agus, terima kasih. Atas semua pelajaran, nasehat, dan persahabatannya. Sampai kita bertemu lagi di kehidupan yang abadi.

Ketika berbicara tentang guru, ada mereka yang kita kenang dengan rasa terima kasih yang mendalam. Salah satunya adalah Bu Sur, nama yang akan selalu diingat oleh siapa saja yang pernah menjadi muridnya. Ketika berita tentang wafatnya Bu Sur mencapai telinga kami, kehilangan ini terasa begitu mendalam.

Dalam ingatan banyak siswa, Bu Sur adalah sosok guru yang tegas. Kakak-kakak tingkat sering kali memberikan cerita tentang guru galak ini, yang membuat banyak siswa enggan masuk ke kelasnya karena ketakutan. Tapi, bagi saya dan banyak teman sekelas, pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Bu Sur bukanlah guru yang galak, melainkan guru yang tegas dan berprinsip. Beliau hanya berusaha untuk menjalankan disiplin sesuai dengan peraturan sekolah yang ada. Bagi kami, beliau adalah guru yang sangat baik yang mengajarkan banyak hal baru.

Ilustrasi (Credit : Pixabay)

Salah satu kenangan yang masih terukir jelas dalam ingatan saya adalah saat di kelas Bu Sur, kami diajarkan cara membuat "sulak" atau kemoceng dari tali rafia. Proses pembuatan ini berlangsung selama beberapa minggu, terjadi di sela-sela mata pelajaran kesenian lokal kami. Meskipun terdengar sederhana, hal ini merupakan salah satu pengalaman yang mengajar kami tentang ketelitian, kesabaran, dan kreativitas. Bu Sur selalu memberikan panduan dengan sabar dan senyum, meskipun kami sering kali kesulitan mengikuti instruksi.

Selain kreativitas, Bu Sur juga memiliki bakat dalam mata pelajaran lain seperti matematika dan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Penjelasan-penjelasannya yang mendalam dan inspiratif di kelas seringkali membuat saya terpesona dan bersemangat untuk belajar lebih banyak. Salah satu momen penting adalah saat beliau menjelaskan tentang kecepatan dalam mata pelajaran IPA. Pada usia yang baru menginjak 10 tahun, saya mulai membentuk pemahaman tentang konsep kecepatan dan bagaimana hal itu berkaitan dengan keseimbangan. Semua ini berawal dari penjelasan Bu Sur tentang materi IPA yang berkaitan dengan sepeda. Guru yang hebat adalah mereka yang mampu membuat pelajaran terlihat menarik dan relevan, dan Bu Sur adalah contoh yang sempurna.

Selain itu, di kelas Bu Sur, kecintaan saya terhadap sejarah semakin berkembang. Beliau memiliki cara unik dalam menjelaskan sejarah yang membuatnya terasa hidup dan menarik. Kami tidak hanya mengingat tanggal-tanggal penting, tetapi juga mengerti konteks sejarahnya. Ini adalah salah satu aspek penting dalam pendidikan yang telah Bu Sur tanamkan pada kami.

Terakhir kali saya bertemu dengan Bu Sur adalah setahun sebelum beliau pensiun. Meskipun usianya telah lanjut, semangat dan semangat belajar beliau tetap menyala. Kami mengobrol tentang masa lalu dan pengalaman kami sebagai siswa dan guru. Pertemuan itu meninggalkan kesan yang dalam tentang dedikasi dan cinta beliau terhadap dunia pendidikan.

Terimakasih Bu Guru, telah menjadi bagian berharga dari perjalanan hidup kami dan membentuk kami hari ini. Ilmu yang telah ibu ajarkan kepada kami akan selalu menjadi bagian dari kami dan insyaAllah menjadi pahala yang tak terputus. Doa kami semoga Allah SWT memberikan rahmat dan tempat yang layak bdi sisi-Nya.

***

Bu Sur bukan hanya guru bagi kami, melainkan juga seorang mentor, pembimbing, dan inspirasi sepanjang hidup kami. Dalam cara yang sederhana namun mendalam, beliau telah membantu membentuk karakter dan pemikiran kami. Kami tidak akan pernah melupakan pelajaran yang telah kami terima dari Bu Sur. Semoga beliau mendapatkan tempat yang baik di sisi-Nya, karena beliau telah meninggalkan warisan yang berharga dalam dunia pendidikan dan dalam hati kami. Selamat jalan, Bu Sur.

“Ndi, pergilah kamu sekolah lagi. Jangan paksakan idealismemu untuk diwujudkan saat ini. Ada saatnya nanti kamu akan mendapat giliran untuk mewujudkan ide-idemu tersebut”
“Tapi pak, apa saya masih bisa melakukannya dimasa mendatang?”
“Saya percaya bahwa tiap yang muda dan dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda, mampu membawa sesuatu hal yang berbeda. Jadi saya sangat percaya kamu dan teman-temanmu kelak yang akan mengubah semua ini”
“Dulu saya pernah menjadi seperti kamu saat ini. Dan dibenturkan dengan kondisi yang hampir sama. Saya memilih untuk lari dari semua itu. Namun jangan tiru saya. Kamu lawan dan rubah semua ini agar terwujud apa yang selama ini dicita-citakan”

***

Sabtu itu, cuaca di Kota Chiayi agak sedikit mendung walau suhunya terasa lebih panas dari biasanya. Maklumlah, ini adalah masa transisi dari musim dingin ke musim semi. Terkadang masih ada suhu dingin yang mampir ke pulau dengan jumlah penduduk 23 juta jiwa ini. Ting…… Bunyi HP membuyarkan lamunan siang itu. Ada notifikasi bahwa aplikasi perpesanan berwarna hijau itu memiliki pesan chat baru.
Gambar Ilustrasi (Sumber : Istimewa)

“Innalillah wainnailaihi rojiun….. sahabat kita telah mendahului kita semua”, tulis pesan yang ada dalam aplikasi tersebut. Tak lupa, si pengirim pesan tadipun melampirkan photo terakhirnya dengan orang yang dikabarkan tersebut.

Postingan Lama Beranda

TENTANG PENULIS


Ayah penuh waktu. Penyuka kue lupis dan tempe goreng. Bekerja sebagai penulis partikelir semi-amatir. Kadang-kadang juga jadi tukang dongeng

ACADEMIC LEARNING ACCESS

ACADEMIC LEARNING ACCESS



Ikuti Kami di Media Sosial

KOMIKITA

Memuat komik...

Artikel Populer

  • KAMUS BESAR BAHASA MELAYU-INDONESIA
  • RAPOR TANPA MERAH DAN SEKOLAH TANPA LUKA
  • ENGGANO DI UJUNG TANDUK
  • TEOLOGI UANG DAN BIDANG ILMU EKONOMI SPIRITUAL
  • MENCARI GUS DAN GUYONAN SAMPAH DI MUHAMMADIYAH

Ramadhan Bercerita

PARIWARA

PARIWARA

TULISAN DI MEDIA MASSA

ADVERTORIAL 1

ADVERTORIAL 1

ADVERTORIAL 2

ADVERTORIAL 2
DMCA.com Protection Status

BUKU KAMI YANG TELAH TERBIT

Copyright © 2013-2024 Andi Azhar. Oleh Andi Azhar