MUDIK DAN EPITOME KERINDUAN

Baca Juga

Di tengah hiruk pikuk kehidupan kota yang tak pernah berhenti, ada satu tradisi yang selalu dinanti - mudik. Perjalanan ini bukan sekadar pemindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain, melainkan perjalanan sentimental yang mendalam, membawa kita kembali ke akar, kepada keluarga yang selalu menunggu.

Mudik, bagi banyak orang, adalah perjalanan tahunan yang penuh makna. Ini bukan hanya tradisi, melainkan sudah menjadi bagian dari diri kita, mengikat erat tali-tali kekeluargaan yang mungkin sempat renggang karena jarak dan waktu. Setiap kilometer yang dilalui bukan hanya mengurangi jarak, tetapi juga membawa pulang rindu yang telah lama terpendam.

Bagi saya, mudik selalu merupakan perjalanan sentimental. Melalui kilas balik, saya teringat masa kecil, di mana mudik adalah momen perayaan yang menyenangkan. Berkumpul dengan keluarga besar, mendengarkan cerita leluhur, dan tradisi yang dijaga. Semua kenangan itu kini menjadi lebih berarti, mengingatkan pada pentingnya menghargai waktu yang kita miliki bersama orang yang kita cintai.

Ilustrasi kumpul keluarga di hari lebaran (Sumber : FB Galeri Sentuhan ArifSan)

Momen mudik juga mengajarkan tentang bakti pada orangtua. Mereka yang rela menempuh ratusan kilometer hanya untuk beberapa hari berkumpul, menunjukkan pengorbanan yang tidak ternilai. Momen mereguk teh hangat bersama ayah di beranda, atau membantu ibu menyiapkan hidangan, menjadi unsur paling berharga dari mudik. Itu adalah cara kita, sebagai anak, memberikan penghargaan atas semua pengorbanan mereka.

Setiap perjalanan mudik juga selalu penuh dengan kisah. Mulai dari perjuangan mendapatkan tiket, bersiap menghadapi kemacetan panjang, hingga sesi berbagi cerita dan tertawa bersama di dalam mobil. Semua itu menjadi bagian dari narasi besar tentang mudik yang selalu kita kenang.

Di tengah pergeseran zaman, esensi dari mudik tetap tidak berubah; yakni tentang kembali, baik secara fisik maupun spiritual, kepada inti keluarga kita. Dalam era digital ini, di mana semua orang begitu terhubung namun sekaligus terpisah oleh layar, mudik menjadi saat di mana kita benar-benar "terhubung", merasakan kehangatan yang sesungguhnya, sentuhan yang nyata, dan cinta yang tak tergantikan.

Perjalanan mudik, dengan segala dinamika dan ceritanya, adalah sebuah simfoni kehidupan; melodi tentang kembali, pengorbanan, cinta, dan bagaimana semua itu membentuk kita. Di akhir perjalanan, kita bukan hanya membawa oleh-oleh berupa makanan atau barang, melainkan juga kenangan, pesan moral, dan kehangatan yang akan kita simpan dalam ingatan, hingga mudik berikutnya.

Mudik adalah bukti, bahwa di tengah perubahan dunia yang cepat, ada hal yang tetap abadi – keluarga, kampung halaman, dan kenangan indah bersamanya. Itulah mengapa, tak peduli sejauh apa pun kita pergi, panggilan untuk kembali, selalu tumbuh kuat dalam hati. Dan dalam setiap perjalanan pulang, ada cerita, ada pelajaran, ada cinta yang terjaga, menjadikan mudik sebuah perjalanan sentimental yang penuh makna.

Selamat mudik dan selamat merayakan akhir dari kerinduan !

Share:

0 komentar