MUHAMMADIYAH BERDAYA ; SEBUAH GAGASAN
Baca Juga
“Susu murni itu warnanya putih dan tak ada rasanya. Tergantung pengolahnya mau diberi warna apa dan rasa seperti apa. Seperti itulah semangat dakwah di Muhammadiyah yang telah digelorakan oleh para pengurusnya. Tugas kita sebagai kader muda untuk mewarnainya dan memberikan rasa agar susu tersebut menarik dan diminati banyak orang” (Abi Naya)
Hari-hari ini dunia
pendidikan di Indonesia tersentak dengan viralnya video perundungan seorang
siswi SMP yang dilakukan oleh tiga orang siswa yang merupakan kakak kelasnya. Viralnya
video ini di amplifikasi oleh pemberitaan yang masif melalui media daring dan
media sosial. Apalagi kasus ini mendapat atensi khusus dari gubernurnya. Yang
lebih menyentakkan lagi adalah sekolah tempat terjadinya kasus ini adalah sekolah
Muhammadiyah yang ternyata mengalami krisis jumlah siswa. Diketahui bahwa dari
kelas 7 hingga kelas 9, jumlah siswanya hanya 21 orang yang terbagi dalam tiga
rombongan belajar. Di pemberitaan yang lain, sebenarnya sekolah ini dulunya
memiliki banyak siswa, hingga kemudian pemerintah membuat berbagai kebijakan
untuk sekolah negeri, sehingga membuat jumlah siswa di sekolah ini terus turun
tiap tahunnya. Apakah ini salah pemerintah? Atau salah Muhammadiyah sebagai organisasi
induknya? Atau salah pengelolanya yang tak becus mendidik mereka?
Di era kolaborasi
seperti saat ini, sudah bukan zamannya mencari-cari siapa yang salah dan harus
mempertanggungjawabkannya. Ini semua adalah tanggungjawab kita bersama,
lebih-lebih kita sebagai kader Muhammadiyah, karena kerja-kerja pendidikan
adalah kerja kolosal yang membutuhkan keterlibatan semua pihak untuk mencapai
tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka melalui tulisan singkat ini, saya
ingin berbagi pandangan tentang ide yang beberapa hari ini terus bergejolak di
kepala saya. Ide ini terinspirasi dari Gerakan Indonesian Mengajar yang sedikit
saya tahu karena pernah terlibat di dalamnya walau sebentar. Juga terinspirasi
dari program Beasiswa Pendidikan Indonesia yang lebih populer dengan sebutan
LPDP. Jadi kalau boleh menyimpulkan, maka ide ini adalah bentuk percampuran dua
konsep besar lembaga tersebut dengan memodifikasinya sesuai kebutuhan yang ada
di internal persyarikatan Muhammadiyah, yang [kalau boleh] saya namakan Muhammadiyah Berdaya.
Apa itu Muhammadiyah Berdaya?
Ini adalah sebuah
konsep gerakan untuk memberdayakan para angkatan muda Muhammadiyah potensial
untuk ikut terlibat dalam proses menyelesaikan permasalahan dan tantangan yang
ada di Amal-Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) bidang pendidikan. Pemberdayaan ini
melalui pemanggilan semua kader muda Muhammadiyah beprestasi yang ada di
berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri untuk ditempatkan di AUM-AUM
di seluruh Indonesia dengan masa kontrak selama minimal 3 tahun. Mereka yang
ditempatkan di AUM Pendidikan ini diharapkan mampu memberikan inovasi dan
solusi melalui gagasan-gagasan serta aksi nyata. Gerakan ini bersifat
berkesinambungan dengan evaluasi ketat setiap 2 tahun oleh para pakar
pendidikan di Muhammadiyah. Luaran yang diharapkan adalah mereka menjadi
akselarator sekaligus katalisator kemajuan sekolah-sekolah Muhammadiyah yang
mereka tempati. Ini adalah bentuk kaderisasi praksis (Muhammadiyah practical regeneration) sebagai kelanjutan dari kaderisasi
ideologis yang dilaksanakan melalui baitul arqam.
Siapa Angkatan Muda Muhammadiyah Berprestasi itu?
Ialah para sarjana
muda dari kalangan kader Muhammadiyah yang telah lolos seleksi yang diadakan
secara berjenjang dan disaring secara ketat oleh tim khusus yang dibentuk untuk
itu. Mereka bisa berasal dari kalangan lulusan perguruan tinggi Muhammadiyah,
universitas negeri, universitas swasta yang punya reputasi yang baik, dan mereka
yang lulusan luar negeri dengan catatan bahwa yang bersangkutan merupakan kader
Muhammadiyah yang tercatat pernah mengikuti perkaderan dan aktif di organisasi
otonom Muhammadiyah, maupun ranting dan cabang Muhammadiyah di seluruh dunia.
Selain dari para
lulusan sarjana muda berprestasi ini, gerakan ini juga diisi oleh para sarjana
muda lulusan luar negeri yang telah diberikan beasiswa dari Muhammadiyah selama
masa studinya. Mereka yang akan berangkat studi, memberikan pernyataan tertulis
bahwa sekembalinya mereka dari studi di luar negeri, mereka siap ditempatkan
dan mengabdi melalui program ini di seluruh sekolah-sekolah Muhammadiyah di
berbagai daerah di Indonesia selama 3 tahun.
Muhammadiyah Memberikan Beasiswa ke Luar Negeri?
Ya, Muhammadiyah
memberikan beasiswa kepada para kadernya yang memenuhi syarat berupa bantuan
biaya hidup selama studi di luar negeri. Di berbagai negara di dunia, banyak
kampus yang menawarkan beasiswanya namun hanya berupa beasiswa partial atau sebagian, dimana komponen
yang ditanggung oleh kampus adalah berupa SPP / tuition fee saja. Untuk biaya hidup atau living cost / stipend, Muhammadiyah yang membantunya selama masa
studinya. Dengan cara ini, Muhammadiyah bisa mengirimkan kader-kadernya untuk
mencari pendidikan terbaik di berbagai negara di dunia, dengan budget yang tidak terlalu besar karena
hanya cukup membiayai biaya hidupnya saja. Harapannya, para kader ini bisa
digembleng dan dididik oleh sistem-sistem pendidikan terbaik di berbagai negara
dan menyerap intisarinya yang pada akhirnya dipraktikkan di sekolah-sekolah
Muhammadiyah untuk meningkatkan mutu dan kualitasnya.
Apa Bentuk Penempatan Gerakan Ini?
Mereka yang telah
dinyatakan lolos dan layak, akan mengikuti semacam Pre Departure Training (PDT) secara intensif sebelum disebar ke
berbagai sekolah-sekolah Muhammadiyah se-Indonesia. Program PDT ini diisi
dengan materi-materi khusus tentang team
work, manajerial, pengajaran inovatif dan menyenangkan, social analysis, berpikir kreatif, serta
materi-materi lain yang terkait dengan gugus tugas mereka.
Mereka akan
ditempatkan sebagai guru maupun kepala sekolah di sekolah-sekolah yang
sebelumnya telah ditetapkan melalui assessment
lapangan oleh Majelis Dikdasmen di wilayah tersebut. Semua data hasil assessment tersebut diolah, dianalisis,
serta dikelola oleh tim khusus dari Majelis Dikdasmen untuk kemudian di
cocokkan dengan plotting para kader
Muhammadiyah Berdaya ini. Selain fokus membenahi sekolah-sekokah Muhammadiyah,
para kader Muhammadiyah Berdaya ini nantinya juga diharuskan aktif dan
menghidupkan kegiatan-kegiatan cabang dan ranting Muhammadiyah yang ada di
daerah penempatan.
Siapa yang Menggaji Mereka?
Mereka akan digaji
oleh Muhammadiyah secara layak selama 3 tahun penempatan. Muhammadiyah bisa
mendapatkan biaya penggajian ini melalui crowd
funding anggota Muhammadiyah yang dikelola oleh LazisMu, dana alokasi
khusus dari PTM se-Indonesia, maupun dana CSR dari sponsor pihak ketiga yang
tidak mengikat. Selama ini Muhammadiyah sudah berhasil menggalang dana publik
anggotanya melalui LazisMu untuk pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah. Kebutuhan dana
Muktamar Muhammadiyah yang jumlahnya puluhan Milyar saja bisa tertutupi melalui
metode ini, apalagi untuk membiaya program dan gerakan ini yang jumlahnya bisa
jadi hanya sepersepuluh atau seperduapuluh dari biaya Muktamar.
Para kader
Muhammadiyah Berdaya ini selain diberikan gaji yang layak, juga diberikan
fasilitas lain berupa jaminan asuransi serta jejaring Muhammadiyah. Kedua fasilitas
ini nampak sepele, namun saat penempatan akan sangat dibutuhkan guna
menyukseskan program-program yang telah diinisiasi.
Apa Luaran yang Diharapkan dari Gerakan ini?
Kita semua paham
bahwa banyak sekolah-sekolah Muhammadiyah di daerah didirikan bukan hanya
sekedar kebutuhan, juga karena tingginya semangat dakwah yang dimiliki para
pengurus di cabang dan ranting-ranting Muhammadiyah se-Indonesia.
“Orang Muhammadiyah jika kumpul-kumpul maka jadilah sebuah sekolah” (Seorang Cendikiawan / saya lupa namanya)
Terkadang sebuah
sekolah Muhammadiyah berdiri itu bukan saja karena dibutuhkan, melainkan karena
ingin mensyiarkan dakwah Muhammadiyah melalui pendidikan. Mungkin bisa dikatakan
bahwa di Muhammadiyah, karya nyata / program kerja paling mudah untuk dilakukan
adalah membuat sebuah sekolah. Selama ini hampir di setiap cabang-cabang
Muhammadiyah yang jumlahnya ribuan se-Indonesia, semuanya memiliki sekolah
Muhammadiyah. Semangat dakwah mereka melalui sekolah Muhammadiyah perlu terus
dipupuk dan didukung agar tidak layu sebelum berkembang. Kita semua paham bahwa
terkadang semangat dakwah para pengurus ini tidak dibarengi dengan penyediaan
SDM yang mumpuni, sehingga kesannya asal jalan saja.
Kehadiran para
kader Muhammadiyah Berdaya ini diharapkan mampu menularkan inovasi-inovasi,
kreatifitas, serta kebaikan-kebaikan kepada para kepala sekolah, guru,
karyawan, maupun pengurus ranting dan cabang-cabang Muhammadiyah. Kebaikan itu
selalu menular, sehingga perlu diinisiasi untuk terus berregenerasi dan
berduplikasi.
Setiap kader yang
ditempatkan akan membawa ilmunya untuk kemudian dihadapkan pada sebuah problem
riil di lapangan. Idealisme mereka akan disandingkan dengan tantangan,
hambatan, dan berbagai persoalan yang ada. Dalam 3 tahun masa penempatan,
mereka harus bisa mengelola problem-problem tersebut menjadi sebuah inovasi dan
keunggulan yang pada akhirnya diharapkan mampu memperbaiki kualitas dan mutu
sekolah-sekolah Muhammadiyah. Mereka datang dengan idealisme ilmu manajerial kekinian,
cara pengajaran yang efektif, hingga manajemen konflik untuk kemudian bisa
membantu memberdayakan para guru, kepala sekolah, dan pengurus Muhammadiyah
yang ada di tempat mereka. Mereka datang bukan untuk menjadi superhero kesiangan, melainkan mendorong
untuk terjadinya perbaikan dan peningkatan mutu sekolah Muhammadiyah. Yang menjadi
fokus pemberdayaannya adalah ketiga aktor tersebut. Merekalah yang didorong
untuk berdaya, karena pada akhirnya para kader Muhammadiyah Berdaya ini tidak
selamanya akan tinggal disana. Sehingga perlu semacam transfer of knowledge secara alamiah. Dan program Muhammadiyah
Berdaya ini diharapkan menjadi sebuah media untuk melakukan transfer ilmu
pengetahuan tersebut.
***
Kehadiran
sekolah-sekolah Muhammadiyah selama ini banyak yang menjadi berkah. Masyarakat memiliki
opsi untuk menyekolahkan anaknya di sebuah institusi pendidikan Islami dengan
biaya yang disesuaikan dengan kemampuan mereka. Namun kehadiran sekolah
Muhammadiyah ini juga kadang tak lepas dari anggapan sebagian masyarakat umum bahwa
sekolah Muhammadiyah adalah sekolah kelas dua, tempat dimana menjadi pelarian
bagi mereka yang “dibuang” oleh sekolah negeri maupun swasta favorit.
Kejadian
perundungan yang sedang heboh saat ini kiranya bisa menjadi momentum untuk
bersama-sama memberikan perhatian lebih guna peningkatan kualitas dan mutu
sekolah-sekolah Muhammadiyah agar selamanya tidak menjadi sekolah kelas dua. Memang
ada sekolah Muhammadiyah yang bagus dan menjadi favorit, namun sayangnya jika
kita persentasekan dengan jumlah keseluruhan sekolah Muhammadiyah yang ada,
jumlahnya tak cukup signifikan. Oleh karena itu, melalui ide gerakan
Muhammadiyah Berdaya ini, saya membayangkan 5 tahun kedepan, jumlah sekolah
Muhammadiyah yang menjadi favorit bisa naik mencapai 30-40 % dari jumlah keseluruhan
dan bertahap untuk kemudian bisa menjadi seluruhnya. Mengakhiri catatan singkat ini, saya ingin menutupnya dengan sebuah kutipan : sebuah kebaikan akan mencari jalannya
sendiri untuk mewujudkan kebaikan itu sendiri. Semoga sekolah-sekolah
Muhammadiyah kembali berjaya dan berdaya !
Tags:
Persyarikatan
0 comments