SAKTINYA ISU FDS ; SAMPAI ARJUNA PUN HARUS TURUN TANGAN
Baca Juga
Setelah beberapa
waktu belakangan, isu program Penguatan Pendidikan Karakter [atau yang banyak
disalahartikan menjadi Full Day School atau Five Days School] menjadi trending topic di jagad media social,
hari ini viral tulisan dari salah satu pimpinan ormas yang getol menolak
program ini. Tulisan itu berjudul “Polemik
FDS, Hari Ini Selesai”. Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan
beliau sebelumnya yang nyenggol anak presiden,
yang berjudul “Surat Terbuka untuk
Kaesang”.
Dalam isi
tulisannya hari ini, Cak Sam mengusulkan bahwa dalam Permendikbud / Perpres
tentang PPK ini kedepannya, harus menyebut secara eksplisit tentang perbedaan
pengertian waktu belajar siswa dan waktu kerja
guru, sebagaimana yang diusulkan oleh Kyai Arjuna yang menemuinya tempo
hari demi menyelesaikan polemik PPK ini. Mungkin Cak Sam baru ‘ngeh’ bahwa ada
perbedaan antara keduanya. Bagi yang pernah sekolah [betulan] tentu akan paham
tentang ini. Lain cerita kalau sekolahnya sering titip absen atau sekolah di
sekolah 80 [berangkat jam 8, pulang jam 10] :p
Dulu, waktu saya
SMP, itu adalah kali pertama saya mendengar lonceng pergantian waktu yang
didentangkan tiap jam. Saya yang ndeso banget jadi bingung, ini kenapa dalam sehari banyak sekali lonceng yang
berdentang. Padahal dulu waktu di SD, yang namanya lonceng itu cuma berdentang
3 kali, lonceng masuk pagi, lonceng istirahat, dan lonceng pulang sekolah. Saya
tambah bingung, saat tau bahwa lonceng itu adalah tanda pergantian jam. Tiap
berdentang sekali itu menandakan telah usai 1 jam pelajaran. Loh, baru 45 menit
kok berdentang? Padahal sepahaman saya waktu itu (saat kelas 1 SMP), yang
namanya 1 jam ya 60 menit. Dan saya mulai mengangguk paham saat saya bertanya
langsung ke Wali Kelas yang sering jadi guru piket tentang pemaknaan 1 jam ini.
1 jam pelajaran bagi siswa SMP adalah 45 menit. Namun bagi beliau yang seorang
guru, 1 jam akan dimaknai sebagai 60 menit sebagai konsekuensi atas
pekerjaannya sebagai pegawai negeri sipil (Kalau sekarang lebih tepatnya Aparatur Sipil Negara / ASN)
Sumber Gambar : Dari Sini |
Kembali pada
tulisannya Cak Sam tadi, seandainya ribut-ribut kemarin di jagad media social yang
menyatir bahwa PPK akan mematikan Madrasah Diniyyah, TPA, TPQ dan sejenisnya
karena dianggap siswa akan kelelahan karena belajar 8 jam sehari dan pulang
sore, agak disayangkan rasanya. Apalagi di banyak media, diisukan siswa akan
pulang jam 3 atau 4 sore, sehingga tidak sempat lagi bermain atau belajar di
madrasah. Bahkan sebulan yang lalu, ada postingan
di facebook salah seorang wali murid
yang memfoto anaknya sedang tertidur kelelahan sehabis pulang sekolah. Foto itu
lantas diunggah dan dikaitkan dengan Program PPK yang dimulai pada tahun ajaran
kali ini. Sontan, itu menjadi viral dimana-mana. Apalagi dibumbui dengan kata
harus siap-siap berangkat sekolah saat subuh, dan baru pulang saat ashar /
menjelang maghrib. Semua menyalahkan kalimat “waktu belajar 8 jam sehari”. Dan muaranya adalah Mendikbud gak becus kerjanya. Mendikbud
harus diganti. Duh dek, abang sedih………..
Dari tulisannya
Cak Sam, kita tersadarkan bahwa masyarakat kita saat ini sedang gemar memvonis
hanya berdasarkan framing berita.
Apalagi di zaman media social saat ini, dengan semakin banyaknya media
abal-abal yang dengan seenak jidatnya sendiri membuat tafsir redaksional dari apa
yang disampaikan oleh narasumber, masyarakat sangat mudah dibelokkan
pemahamannya. Padahal jika mau membaca sedikit saja isi Permendikbud tersebut,
dan meluangkan waktu untuk meng-elaborasikannya dengan aturan-aturan lainnya
[istilah kerennya, mbok ya googling
sedikit saja, toh gak akan ngabisin kuota paket internetmu kan. Daripada
mbukain XXX kan? :p], pangkal polemik akan dengan mudah terjawab. Ndak
perlu harus nunggu Kyai Arjuna yang disebut dalam tulisan Cak Sam untuk bisa
memberikan usul tersebut. Cukup Nyai Limbuk dan Nyai Cangik yang membereskan.
Hehe…….
***
Kebijakan PPK ini,
sudah sangat gamblang dan banyak dijelaskan oleh Mendikbud sendiri, maupun
staff-staffnya melalui rilis resmi kementerian, maupun di social media. Saya
sendiri tidak ngeh sebenarnya apa
pokok permasalahan yang diributkan kemarin oleh para penentang kebijakan PPK
ini, Karena dalam pemberitaan, rilis resmi organisasi, maupun
keterangan-keterangan pers hanya menyebut bahwa PPK akan mematikan
sekolah-sekolah non formal yang ada. Itu saja yang diputar-putar berulangkali
tanpa menyebut esensi persoalan paling kritis apa yang membuat mereka khawatir.
Jika saja dariawal
mau mengakui bahwa mereka kurang jelas dengan makna 8 jam sehari, polemic ini
tidak akan menjadi segaduh ini. Disini kedewasaan dan kematangan organisasi,
berpolitik, dan bernegara sebenarnya diuji. Bagi mereka yang menolak,
seharusnya bisa mengedepankan tabayyun dulu
dengan Mendikbud, atau staff-staffnya yang eksis bersosial media itu loh [#Eh].
Sangat mudah untuk menghubungi mereka-mereka ini. Cukup mention saja nama
mereka di Twitter, dan jreng jreng jreng….. langsung direspon. Zaman media social
gitu loh. Tidak perlu repot untuk tau bagaimana cara berinteraksi dengan
pejabat yang ada :p
Beda cerita jika polemic
PPK ini dimainkan untuk menggeser kursi Mendikbud. Tentu tulisan Cak Sam akan
beda maknanya. Seperti yang diketahui, saat reshuffle
beberapa waktu yang lalu, ada partai yang dapat tambahan kursi menteri, ada
yang dikurangi. Padahal pas kampanye dulu, sudah disebutkan bahwa tidak akan
ada barter kursi menteri dengan
dukungan pas kampanye. Tapi ya itu kan dulu, namanya politik itu kan dinamis.
Apalagi politik yang dimaknai hanya untuk merebut jantung-jantung kekuasaan.
***
Jadi gitu, Klir ya masalahnya untuk PPK ini. Jangan
sebut-sebut lagi tentang FDS sebagai program perampasan waktu bermain anak dan
sekolah sore anak. Intinya bagi sekolah yang menerapkan PPK, murid SD kelas 1-3
akan pulang jam 10.30, bagi kelas 4-6 akan pulang jam 12.10, dan untuk SMP,
siswanya akan pulang jam 13.20. Kalau ditanya apakah masih cukup waktu buat
anak untuk bisa bermain dan ikut sekolah sore, jawabannya turah-turah mbak yu.
Udah gitu aja ya,
jangan banyak-banyak curhat-nya. Ntar
dikira jadi pendukung Bani Serbet atau Bani Bumi Datar. Duh………..
Tags:
Pendidikan
0 komentar