MENPORA vs MENDIKBUD ; SIAPA YANG LEBIH LAYAK DICOPOT?
Baca Juga
Usai sudah gelaran
pesta olahraga di kawasan ASEAN, dengan diumumkannya peringkat antar negara
dalam kompetisi 2 tahunan tersebut. Malaysia sebagai tuan rumah, berada pada
puncak klasemen yang ini berarti mendaulatkan Malaysia sebagai juara umum SEA
Games 2017. Dan Indonesia, berada pada peringkat ke-5 yang merupakan prestasi
terburuk sepanjang keiikutsertaan Indonesia dalam ajang SEA Games sejak pertama
kali bergabung pada tahun 1977.
Apa yang dicapai
oleh tim Indonesia, adalah akumulasi dari semua supporting system yang ada. Baik dari rekrutmen, pembinaan,
pelatihan, hingga anggaran yang ada. Tulisan ini tidak akan menguliti factor-faktor tersebut secara
mendalam, tapi mencoba memberikan wacana lain dengan menteri lainnya yang saat
ini sedang digoyang-goyang untuk
mundur Karena kebijakan yang diambilnya.
Dalam kurun waktu
4 bulan terakhir ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Muhadjir
Effendi, banyak didemo oleh kader-kader salah satu organisasi, agar bisa
mengundurkan diri dari jabatannya. Alasannya Karena kebijakan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) yang oleh mereka disalahartikan menjadi Full Day School dan Five Days School, dianggap berbahaya dan mengancam eksistensi
Madrasah Diniyah, TPA, dan sebagainya. Anggapan ini mereka dapatkan dari hanya
membaca framing berita-berita di
media cetak, elektronik, maupun media social. Padahal yang menjadi anggapan
mereka itu, tidak pernah terbukti. Semua sudah dijelaskan secara gamblang baik
melalui saluran resmi Kemendikbud maupun pernyataan-pernyataan staff lainnya.
Pertanyaannya,
mana yang sebenarnya layak mundur, Menpora atau Mendikbud?
HASIL AUDIT BPK
Hampir di semua
program pemerintah, anggaran adalah factor yang krusial. Sukses tidaknya sebuah
kebijakan / program sebuah kementerian, sangat tergantung dukungan anggaran
yang ada. Namun dalam pengelolaan anggaran, ada hasil audit yang dilakukan oleh
BPK RI sebagai indicator kinerja pengelolaan anggaran sebuah kementerian dan
lembaga pemerintah. Dalam hasil audit pengelolaan keuangan tahun 2016 yang
diserahkan oleh BPK RI kepada Presiden pada tanggal 23 Mei 2017, Kemenpora RI
mendapat predikat disclaimer atau
tidak menyatakan pendapat dari BPK RI. Mengutip dari laman Wikipedia, Opini tidak
menyatakan pendapat (TMP / Disclaimer)
oleh sebagian akuntan dianggap bukanlah sebuah opini, dengan asumsi
jika auditor menolak memberikan pendapat artinya tidak ada opini yang
diberikan. Opini jenis ini diberikan jika auditor tidak bisa meyakini apakah
laporan keuangan wajar atau tidak. Opini ini bisa diterbitkan jika auditor
menganggap ada ruang lingkup audit yang dibatasi oleh perusahaan/pemerintah
yang diaudit, misalnya karena auditor tidak bisa memperoleh bukti-bukti yang
dibutuhkan untuk bisa menyimpulkan dan menyatakan laporan sudah disajikan dengan
wajar. BPK sendiri memiliki 4 jenis opini terhadap hasil audit yang
dilakukannya. Keempat opini tersebut yaitu, Wajar Tanpa Pengecualian, Wajar
Dengan Pengecualian, Tidak Wajar, dan Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer).
Ilustrasi (Sumber : http://keuangan.co/audit-dan-kesejahteraan-rakyat/) |
Sedangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dibawah komando Prof. Muhadjir, mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian. Opini Wajar tanpa pengecualian (biasa
disingkat WTP) adalah opini audit yang akan diterbitkan jika laporan keuangan
dianggap memberikan informasi yang bebas dari salah saji material. Jika laporan
keuangan diberikan opini jenis ini, artinya auditor meyakini berdasarkan
bukti-bukti audit yang dikumpulkan, perusahaan/pemerintah dianggap telah
menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik, dan kalaupun
ada kesalahan, kesalahannya dianggap tidak material dan tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil pemeriksaan
BPK, Kemendikbud melaporkan realisasi pendapatan negara dan hibah sebesar 1,24
triliun atau 4,7% dari anggaran Kemendikbud dan realisasi sebesar 38,56 triliun
atau 88,4% dari alokasi anggaran Kemendikbud.
Mengutip pemberitaan
koran Tempo.co tanggal 23 Mei 2017, tertulis disana, “Pantauan Tempo di lokasi, Jokowi menunjukkan
ketidakpuasan dan kekecewaannya dengan jelas. Selain dua kali menampilkan
nama-nama kementerian dan lembaga yang mendapat status disclaimer ke
para peserta acara, Jokowi meminta menteri-menteri terkait menunjukkan diri ke
hadirin. Hal itu pun ia sampaikan dengan nada keras dan muka kesal. Menteri
Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, misalnya, langsung angkat tangan
begitu Jokowi menyebut kembali nama-nama kementerian dan lembaga yang
berstatus disclaimer. Sementara itu, Menteri Pemuda Imam Nahrawi berdiri
kala nama lembaganya disebut dan langsung menundukkan kepala sebagai permintaan
maaf”.
ANGGARAN UNTUK RAKYAT
Pada tahun 2017, Kemenpora mendapatkan pagu anggaran
sebanyak Rp. 3,14 triliun, dimana Rp. 1,5 triliun dialokasikan untuk program
kepemudaan dan keolahragaan, serta Rp, 1,3 triliun untuk pembinaan olahraga
prestasi. Pemerintah sendiri mengalokasikan anggaran sebanyak Rp. 122,2 Miliar
untuk pengembangan tenaga keolahragaan dan pencarian bibit atlet di
daerah-daerah (Kompas, 20 Januari 2017).
Namun dari jumlah anggaran Kemenpora untuk tahun 2017
tersebut, sebanyak Rp. 8 miliar digunakan untuk penyelenggaraan liga santri
nusantara tahun 2017. Kompetisi bola khusus santri yang digelar mulai tanggal 9
Agustus 2017 ini, menurut Menpora merupakan hal yang menjadi tanggung jawab
pemerintah untuk menjadikan santri tak hanya ahli dalam ilmu agama tetapi juga
bisa mengembangkan potensi dan cita-cita dalam dunia olahraga. Liga santri
nusantara ini merupakan kerjasama antara Kementerian Pemuda dan Olahraga serta
Pengurus Pusat Rabithah Maahid Islamiyah Nahdlatul Ulama. Ajang LSN 2017 yang melibatkan
sekitar 20.000-an santri dari 23.000 pesantren di bawah PBNU, menurutnya adalah
ajang yang bisa memunculkan bakat-bakat sepak bola nasional.
Namun agak disayangkan, dengan jumlah anggaran
mencapai Rp. 8 miliar tersebut, hasil yang didapat belum signifikan. Pada
pelaksanaan tahun 2015 dan 2016 misalnya, LSN hanya menghasilkan tiga pemain
yang sempat dipanggil oleh Indra Sjafri untuk mengikuti seleksi Timnas
Indonesia U-19.
Padahal di lain pihak, untuk memberangkatkan seluruh
kontingen SEA Games 2017, Kemenpora justru hanya mengalokasikan anggaran
sebanyak Rp. 30,5 miliar yang dinilai banyak pihak, sangat jauh dari cukup
untuk memberangkatkan 841 dengan rincin 620 atlet, 221 offisial yang terdiri
dari manager, pelatih dan pendukungnya. Dan hasilnya bisa ketahui bersama pasca
penutupan SEA Games 2017 yang menempatkan Indonesia berada pada urutan ke-5.
Belum usai masalah anggaran tersebut, hari ini viral curhatan dari salah seorang atlet
yang mendapatkan emas dalam SEA Games 2017. Dalam postingan di akun media
sosialnya, Eki Febri yang mendapat emas di cabang tolak peluru menulis, “Saya
atlet peraih emas sea games 2017. Uang Akomodasi (Makan, Penginapan,dll) belum
juga dibayar dari bulan Januari-Agustus. Padahal Sea Games sudah hampir
selesai. Gmana mau maju? Birokrasi dan sistem olahraga di Indonesia yang ribet!
@ina_seagames2017 bilang min pemerintah juga harus introspeksi terkait penyebab
knp indonesia tidak maksimal di sea games skrg!”.
Agak disayangkan rasanya ditengah keterbatasan anggaran
untuk para atlet berprestasi, Kemenpora justru mengadakan sebuah kompetisi yang
hanya mewadahi komunitas tertentu saja. Padahal output yang diperoleh tidak
sesignifikan anggaran yang dikeluarkan. Kalau boleh ikut mengusulkan,
sebenarnya anggaran 8 miliar tersebut bisa dialokasikan untuk para atlet ini
dan menutupi kekurangan anggaran untuk persiapan SEA Games 2017 yang lalu.
Di sisi yang lain, Kemendikbud RI mendapatkan alokasi
anggaran sebanyak Rp, 39,82 triliun yang digunakan antara lain untuk
pelaksanaan Program Indonesia Pintar (PIP) dan pembangunan unit sekolah baru
(USB) serta ruang kelas baru. Anggaran Kemendikbud pada tahun 2017 juga difokuskan
pada empat hal lainnya, yaitu rehab sekolah dan ruang kelas, pembangunan
laboratorium sekolah dan perpustakaan sekolah, pemberian tunjangan profesi guru
non-PNS, dan pendampingan 74-ribu sekolah dalam pelaksanaan Kurikulum 2013.
Kemendikbud sendiri akan membangun 221 unit sekolah baru dan 2.500 ruang kelas
baru. Kemendikbud juga akan melakukan rehab atau perbaikan untuk 305 sekolah
dan 42-ribu ruang kelas.
Salah satu tugas
dari Prof Muhadjir selaku pelaksana mandat Presiden RI di bidang pendidikan
adalah mendistribusikan Kartu Indonesia Pintar dan membenahi sistemnya. Sebelum
Prof Muhadjir menjabat sebagai Mendikbud, realisasi KIP hanya sekitar 22
persen. Namun kini, 80 persen KIP sudah didistribusikan kepada siswa pasca
Muhadjir menjabat Mendikbud. Untuk tahun 2017, per agustus ini penyalurannya
rata-rata sudah mencapai diatas 45 % (lihat grafik yang ada).
Tabel Status Penyaluran dan Pencairan KIP (Sumber : http://pip.kemdikbud.go.id/index/summary) |
Untuk penyerapan anggaran tahun 2016 sendiri di
Kemendikbud, mencapai angka 98,03 persen, dan termasuk yang tertinggi dari
semua kementerian / lembaga yang ada.
***
Dari hanya 2 faktor pembanding diatas, kita bisa
melihat bagaimana kinerja dari kementerian tersebut. Saat kita menginginkan
suatu menteri diganti / dicopot, tentu harus ada alasan mendasar dan krusial,
bukan sekedar ikut-ikut arus media social,
apalagi hanya mengikuti instruksi pimpinan partai atau organisasi tanpa membuat
kajian mendalam terlebih dahulu.
Sebagai orang yang ngakunya
akademis, tentu banyak dari kita seharusnya membuat kajian-kajian ilmiah dengan
data-data valid dan reliabel, sebelum kemudian menilai apakah suatu posisi yang
dijabat seseorang layak dipertahankan atau diturunkan. Tapi toh nyatanya tidak seperti itu, karena
Menteri kan jabatan politis, bukan seperti professor atau dosen yang harus mati-matian beradu argument disertai
data saat mengusulkan sesuatu.
Jadi, siapa sebenarnya yang layak dicopot?
Tags:
Sospol
10 komentar
Great
BalasHapusTerimakasih Pak Sutikno
HapusUlasan bagus dengan data akurat. Yang seperti ini yang seharusnya banyak dibaca agar menjadi subyektif
BalasHapusTerimakasih Bu Retno. Semoga kita bisa semakin arif melihat isu-isu yang berkembang
HapusBerikan aku 10 Andi Azhar, maka akan aku goncang dunia.
BalasHapusTulisan renyah nya enak om, :)
Selalu Istiqomah yaa..
Kalau ada 10 orang Andi Azhar, gaswat mas. Nanti bingung mana Andi yang asli. Hehehehe.....
HapusAnw, terimakasih sudah berkenan mampir mas.
Semoga bermanfaat.
Ulasa yang menarik, Om. Mulai berburu dolar sepertinya. Mampirlah ke sini om www.guruberbahasa.com
BalasHapusHehehehe...... Sampingan Pak. Itupun belum muncul. Masih newbie ini. Punya ente sudah 4 euy yg masuk. Mbok dibagi-bagi ilmunya :)
HapusSama-sama newbie harus saling mendukung. hehehehe....
HapusAyo saling BW pak guru. Hehehe
Hapus