SODAQOH WAKTU
Baca Juga
Hampir 5 tahunan saya tidak berjumpa dengan beliau.
Dulu, saat masih menjadi mahasiswa S1 di UMY, hampir tiap minggu saya jumpa
dengan beliau di rektorat maupun dekanat. Beliau cukup dekat dengan para
mahasiswa.
"Assalamualaikum Pak Ma'ruf. Apa kabar? Masih
ingat dengan saya?"
"Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik. Hmm.....
Mukanya tidak asing. Cuma lupa-lupa ingat. Kamu
angkatannya siapa ya?"
"Saya dulu yang bareng mas Rubi dan
mas Raihan di BEM KM UMY"
"Owh iya, ingat saya. Wah, lama tidak jumpa. Dulu
saya ingat kalian sering demo di jalanan"
"Hehehe...... Masa-masa dulu pak, pembentukan
karakter istilahnya :D. Alhamdulillah kita bias
berjumpa disini pak"
***
Beliau adalah Wakil Ketua Majelis Pemberdayaan
Masyarakat Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Beliau hadir di Taiwan dalam
rangka pelatihan kewirausahaan bagi rekan-rekan Buruh Migran Indonesia di
Taiwan. Ini adalah kali kedua pelatihan yang digagas oleh MPM PCIM Taiwan
dilaksanakan.
Pasca lulus dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
saya hanya bisa menjumpai beliau melalui ulasan ulasan beliau di Kolom analisis
Koran Kedaulatan Rakyat tentang ekonomi. Dan beliau memang ahlinya
dibidang itu. Kini saya bisa bersilaturahmi (kembali) dengan beliau secara
langsung. Tak salah memang KR menaikkan tulisan-tulisan beliau di Kolom
analisis, cara pandang beliau tentang ekonomi kerakyataan sangat praktis dan
tidak 'njlimet'. Mudah untuk dipahami dan dicerna oleh masyarakat, bahkan yang
tidak pernah studi ekonomi sekalipun. Penjabaran beliau tentang kiat-kiat untuk
berwirausaha bagi rekan-rekan BMI sangat runtut dan jelas. Menarik untuk
kemudian diaplikasikan dalam tindakan riil.
Dalam obrolan kemarin, saya di 'ingatkan' beliau
tentang 2 hal. Yang pertama adalah tentang "sodaqoh" waktu. Dalam
masa studi di Taiwan ini, tentu menjadi keniscayaan bahwa waktu kita akan
dihabiskan di bangku-bangku perkuliahan maupun di lab / perpustakaan. Wajar
adanya. Namun apakah mau seperti itu seterusnya? Di Taiwan ada ratusan ribu
Tenaga Kerja Indonesia yang memerlukan pendampingan, baik ekonomi, hukum,
maupun lainnya. Kita perlu ikut urun rembug peran sebagai upaya membantu sesama
saudara sebangsa. Jika kita lebih banyak menghabiskan waktu dikelas tanpa ikut
terlibat memecahkan masalah yang ada di masyarakat, dimana letak tanggungjawab
keilmuan kita (yang pasti akan dituntut kelak tentang kebermanfaatan dan
penerapannya di masyarakat) serta rasa syukurmu atas karunia Allah terhadap
ilmu pengetahuan yang diberikan kepada kita.
Jika diikuti terus semua aktivitas di kampus tentu
tidak ada habisnya. Namun coba sisihkan waktu untuk terjun ke masyarakat
membantu untuk memecahkan problem-problem yang selama ini dihadapi oleh
masyarakat kita pasca pulang dari Taiwan. Kemandirian ekonomi mutlak
diperlukan. Pelatihan usaha selama di Taiwan salah satunya.
Ada kebahagiaan tersendiri saat kita bisa melihat
saudara-saudara kita digdaya secara ekonomi dan mampu menjadi topangan
keluarga. Jadi, sodaqohkan waktu kita untuk membantu menyelesaikan
problem-problem masyarakat kita. InshaAllah itu menjadi amal jariyah kita.
Poin yang kedua adalah tentang rezeki. Saat kita
mensedekahkan waktu kita untuk membantu orang lain, sesungguhnya itu adalah
cara kita untuk membuka pintu rezeki kita dari jalan yang lain. Rezeki tentu
tidak selalu materi. Bisa jadi kegembiraan, silaturahmi, ataupun rasa syukur.
Kedua poin itu jadikanlah pegangan dimanapun berada.
Ada tanggungjawab moral kita untuk ikut terlibat dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ada di sekitar kita. Dan inilah salah satu cara
kita menerapkan kalimat "....dan Kami jadikan mereka khalifah di muka
bumi". Khalifah disini merujuk pada bagaimana manusia bisa membantu
manusia lainnya, memberikan manfaat untuk manusia dan alam sekitarnya. Bukankah
itu salah satu tafsir kontekstual dari maksud "khalifah" tersebut,
iya kan?
Tags:
Persyarikatan
0 comments