PERSAHABATAN ; ANTARA KELAS BAHASA, BUDAYA, DAN TEMAN LINTAS NEGARA
Baca Juga
2 minggu yang lalu, saya dihubungi oleh Sekretaris
Rektor tempat saya studi. Beliau memberitahu bahwa hari ini, kampus kami akan
mengadakan konferensi internasional yang akam dihadiri pejabat dari Kementerian
Pendidikan Taiwan serta para pegiat pendidikan (baca : professor) lintas
bidang.
Beliau meminta mahasiswa yang mengambil kelas bahasa
dan budaya Indonesia untuk bisa tampil dalam acara pembukaan tersebut atas
saran dari Kepala Biro Kemahasiswaan yang sebelumnya sudah pernah melihat
pementasan mahasiswa kami.
Ini dilakukan sebagai "Show off force"
implementasi kebijakan baru pemerintah Taiwan "New Southbound Policy"
secara akademis yang dilakukan oleh kampus kami.
Hari ini, kesebelas mahasiswa yang terdiri dari 6
orang mahasiswa Indonesia dan 5 orang mahasiswa Taiwan berhasil "Unjuk
Gigi" dihadapan ratusan professor yang hadir. Mereka membawakan tari
Tor-tor Siburuk dan Gemufamire. Yang berbeda dari penampilan ini adalah adanya
penjelasan tentang arti dari tarian tersebut yang disampaikan dalam 3 bahasa,
Inggris, mandarin, dan Indonesia. Ketiga bahasa tersebut disampaikan secara
oral oleh salah satu mahasiswa yang 2 semester ini mengambil kelas bahasa dan
budaya Indonesia.
Proses latihan yang begitu singkat, ternyata justru
membuat keakraban antar penari / mahasiswa semakin melekat. Saya menyaksikan
sendiri bagaimana proses mereka diawal hingga tampil hari ini. Ada hal-hal
kecil yang mungkin tidak disadari, namun bagi saya pribadi itu justru
menunjukkan keakraban diantara mereka, walau mereka berasal dari 2 negara yang
berbeda secara bahasa dan budaya.
***
"Pak, boleh kami mengambil roti itu untuk kami
makan sekarang? Karena kami belum pada sarapan"
"Boleh dong, ayo ambil"
"Boleh dong, ayo ambil"
Mereka pun mengambil beberapa saja, tidak banyak.
Kalau tidak salah hanya 4 atau 5 buah. Padahal ada 10 an penari"
"Ada yang mau roti?" Ujar mereka menawarkan
ke yang lain.
"Mau, tapi ini masih harus dandanin baju"
"Sini kak, aku suapin saja" ucap salah satu
mahasiswa sembari memotong-motong roti tersebut menjadi beberapa bagian
"Hai, I have a bread, do you want it?" Tanya
mereka ke mahasiswa Taiwan
"Yes, I want it"
Si mahasiswa tersebut pun menerima potongan roti
kecil-kecil tadi tanpa rasa canggung atau jaim sembari tersenyum dan
berterimakasih.
***
Kejadian diatas adalah salah satu contoh kecil yang
terjadi hari ini yang saya saksikan sendiri. Kejadian tersebut tidak akan
pernah terjadi jika tidak terbangun hubungan emosional yang cukup dekat
diantara mereka. Saya yang menyaksikan sendiri, terdiam sesaat melihat apa yang
mereka lakukan. Sungguh, ini jauh melebihi dari apa yang saya ajarkan di kelas.
Mereka telah berhasil merobohkan sekat perbedaan dalam membangun sebuah
persahabatan dari 2 bangsa yang berbeda secara bahasa dan budaya.
Tags:
Formosa
0 comments