VINI VIDI VICI
Baca Juga
Entah
kenapa sejak 2 minggu terakhir ini, saya agak "BAPERAN". Mungkin
karena suasana saat ini berbeda jauh dengan suasana saat menempuh studi master
dulu. Kalau bisa dibilang, hubungan emosi dengan orang-orang di semester ini,
jauh lebih dekat dan membuat siapa saja jadi baper karenanya.
Setelah
kemarin dipamitkan dengan para mahasiswa Taiwan di kelas bahasa dan budaya
Indonesia, lalu ditambah dengan teman-teman dari exchange program yang 6 bulan
terakhir banyak membantu saya dalam mentoring program bahasa Indonesia, dan
terakhir adalah kabar subuh tadi pagi, cukup membuat "brebes mili".
Saya
mengenal mas Adam Jerussalem di medio tahun 2013. Kala itu, kami
sedang bergerilya mengumpulkan kader-kader Muhammadiyah di Taiwan untuk
dihimpun dalam Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Taiwan.
Mas
Adam adalah satu dari sedikit orang yang selalu saya ajak tukar pikiran tentang
berbagai hal. Baik tentang persyarikatan, dinamika sosial kemasyarakatan Indonesia
di Taiwan, perkembangan Islam, sampai ide-ide "nyeleneh" yang kadang
saya sendiri ragu apa bisa diwujudkan atau tidak. Namun mas Adam selalu
berhasil meyakinkan bahwa ide-ide baik harus didorong dan diwujudkan, sesusah
apapun itu. InshaAllah hasil akan mengikuti niat dan proses. Dan terbukti, ada
banyak ide yang berhasil lahir. Radio Surya Formosa, website Surya Formosa,
aplikasi JRIM, adalah beberapa diantaranya. Bahkan, saat pelantikan PCIM Taiwan
periode 2016-2018, dia adalah sosok yang mengajak berdiskusi tentang
kemungkinan membuat acara pertemuan antara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan
Presiden Taiwan. Berminggu-minggu kami berdua menghabiskan waktu berdiskusi
menyusun ide ini dalam sebuah proposal. Bahkan, jalan menuju kesana pun sudah
ditentukan. Walaupun pada akhirnya, pertemuan 2 tokoh tersebut belum sempat
terealisasikan karena satu dan lain hal, paling tidak, apa yang tertulis dalam
proposal tersebut menjadi gagasan penting tentang gerak langkah Muhammadiyah di
Taiwan kedepannya serta menempatkannya dalam irisan dengan kepentingan
Pemerintah Taiwan itu sendiri (saya sendiri masih tidak percaya bahwa akhirnya
proposal itu bisa tersusun sedemikian rupa). Apa yang tertulis dalam proposal
tersebut, menjadi satu bukti bahwa sedari awal Muhammadiyah hadir di Taiwan
tidak sekedar sebagai sebuah organisasi paguyuban, melainkan juga membawa misi
sosial kemasyarakatan, menjadikan umat yang kuat dalam akhlak dan perilaku,
disamping tentunya adalah pembinaan iman dan Islam bagi jamaah serta
masyarakat.
Mas
Adam juga yang berhasil merubah cara pandang saya dalam memahami konteks
"Amar Ma'ruf Nahi Munkar" dan mengaktualisasikannya dengan
keadaan-keadaan faktual di sekitar saya.
Mas
Adam adalah salah satu orang yang tahu pertama kali (diluar keluarga saya) saat
saya diterima dalam program doktor di Taiwan.
Subuh
ini, saya mendapati informasi bahwa mas Adam telah berhasil melewati sidang
disertasinya dengan lancar. Ada perasaan bahagia seraya bersyukur bahwa salah
satu kader terbaik Muhammadiyah berhasil meraih jenjang pendidikan formal
tertinggi. Sungguh sebuah pencapaian yang tidak mudah dan memerlukan
kesungguhan yang luar biasa.
Selasa
kemarin, saya masih sempat bertemu dengan mas Adam di Taipei. Saat itu saya
sempat bertanya tentang progres S3 nya, ia hanya jawab "InshaAllah".
Dan ternyata "InshaAllah" yang ia maksud adalah ini.
Senang
akhirnya ia bisa menyelesaikan studinya tepat waktu. Sedih, karena ini berarti
Muhammadiyah Taiwan akan segera melepas kepulangan kader terbaiknya ke
Indonesia. Terlepas dari itu semua, saya teramat bersyukur dipertemukan dengan
mas adam 4 tahun lalu.
Semoga
Allah memudahkan jalan pengabdian njenengan kedepannya untuk mewujudkan
cita-cita membangun masyarakat berkemajuan.
Tags:
Formosa
0 comments