BELAJAR DARI [PEMIMPIN] MUHAMMADIYAH
Baca Juga
Muktamar sebagai ajang permusyawaratan
tertinggi dalam persyarikatan Muhammadiyah, tidak hanya mengguratkan kenangan
akan dinamika di dalamnya, namun juga menyiratkan banyak pesan melalui
orang-orang di dalamnya, baik dari pimpinannya, pesertanya, maupun penggembiranya.
Ini semua terangkum menjadi sebuah kisah nan elok sebagai pengalaman pribadi
yang menakjubkan ketika kembali ke daerah asal. Beberapa diantaranya adalah
tentang sikap dan perilaku pimpinan serta tokoh-tokoh Muhammadiyah yang
berkesempatan hadir disana.
Saat makan malam di ruang makan peserta
muktamar muhammadiyah, saya tidak sengaja bertemu dengan Buya Syafi'i Ma'arif.
Awalnya saya tidak mengira bahwa yang ada di depan saya adalah beliau, karena
beliau duduknya menyamping. Setelah saya amati seksama, ternyata orang yang
sedang duduk diantara para peserta lain, tanpa pengawalan, dan makan makanan
yang sama dengan peserta lain adalah Buya Syafi'i Ma'arif, mantan Ketua Umum PP
Muhammadiyah yang juga merupakan cendekiawan muslim serta guru bangsa
negeri ini.
Walaupun termasuk orang yang disegani dan
berpengaruh [karena masih sering dimintai pendapatnya oleh para pemimpin negeri
ini], beliau tidak minta untuk diistimewakan. Beliau lebih senang bergaul dan
"down to earth" terhadap warga persyarikatan dan umum lainnya
Dari beliau kita belajar kesederhanaan dan
kebersahajaan yang sudah langka di negeri ini.
Dari beliau kita belajar bahwa untuk menjadi negeri yang baldatun thayyibatun warrabun ghafur, dimulai dari pembenahan akhlak serta laku diri para pemimpinnya.
Dari beliau kita belajar bahwa untuk menjadi negeri yang baldatun thayyibatun warrabun ghafur, dimulai dari pembenahan akhlak serta laku diri para pemimpinnya.
Tags:
Persyarikatan
0 comments