MUSIM KE-5 #SARAHAISHA

Baca Juga

Hari ini, cahaya pagi seperti lebih lembut dari biasanya. Matahari menyelinap pelan lewat celah jendela, seolah enggan membangunkan dua bidadari kecil yang masih terlelap di kasurnya. Mereka bernapas bersamaan, tenang, tanpa beban dunia yang belum sepenuhnya mereka pahami. Lima tahun telah berlalu sejak tangisan pertama mereka pecah di ruang bersalin rumah sakit Taiwan, mengalahkan suara ramai pasien di luar jendela hari itu. Dan sungguh, tak ada yang lebih ajaib dari hari ketika cinta tumbuh menjadi dua tubuh mungil yang kini kupanggil: Sarah dan Aisha.

Waktu, seperti biasa, tak pernah mau menunggu. Ia berlari, bahkan kadang melompat, meninggalkan jejak-jejak kenangan yang bahkan belum sempat disentuh sepenuhnya. Baru kemarin rasanya aku menggenggam tangan ibumu yang berkeringat dingin menunggu masuk ruang operasi, wajahnya pucat menahan rasa sakit yang tak mungkin aku bagi. Di antara mesin-mesin medis dan protokol pandemi yang ketat, dua nyawa kecil memilih turun ke dunia, dengan keberanian yang belum sempat mereka sadari. Lahir bukan hanya sebagai bayi, tapi sebagai harapan, sebagai pelita dalam musim yang gelap.
#SarahAisha (Foto : Dokumen Pribadi)
Ingatanku tentang detik-detik itu masih jernih. Suara perawat, suara tangisan pertama kalian yang serempak, seolah sudah sepakat sejak di dalam rahim untuk tidak saling mendahului. Seseorang pernah bilang, anak kembar punya bahasa rahasia, dan aku percaya itu. Sejak dalam perut, kalian sudah saling berbagi ruang, saling dengar detak jantung satu sama lain, saling menyampaikan pesan yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang datang dari surga berdua-dua.

Hari ini, kalian lima tahun. Angka yang barangkali kecil di mata dunia, tapi besar dalam hatiku yang menyaksikan tiap jejak pertumbuhan kalian. Lima tahun berarti lima musim penuh keajaiban. Lima tahun berarti puluhan cium selamat tidur, ratusan tawa tak tertahankan, ribuan pertanyaan lucu yang kadang membuatku terdiam mencari jawaban. Lima tahun berarti aku tak lagi menjadi manusia yang sama—karena kalian mengubahku, tanpa pernah memintanya.

Sarah, Aisha, kalian datang bukan hanya sebagai anak, tapi sebagai puisi. Puisi yang tidak ditulis dengan kata-kata, tapi dengan pelukan hangat, tangis lapar, dan tawa tanpa alasan.

Ibu kalian, ah, dia perempuan paling tabah yang pernah kutahu. Melahirkan kalian bukan sekadar urusan medis, tapi ritual suci antara kehidupan dan kematian. Ia menahan sakit kontraksi sambil mengejar deadline disertasi, ia menyusui kalian sambil membaca jurnal internasional. Ibu kalian adalah bukti bahwa cinta bisa menjadi tenaga yang lebih dahsyat dari apapun di bumi ini. Tanpa dia, kalian tak akan punya cahaya yang begitu lembut seperti sekarang.

Di tahun pertama, kalian nyaris tak bisa kubedakan. Aku harus memberi pita kecil di pergelangan tangan kalian dengan warna yang berbeda. Tapi lama-lama, aku bisa mengenali Sarah dari caranya memeluk boneka, dan Aisha dari matanya yang lebih sering menatap lurus, dalam, seolah tahu sesuatu yang belum aku tahu. Kalian kembar, ya. Tapi kalian juga unik. Dua jiwa dengan dua nada, menyanyikan lagu yang berbeda tapi tetap harmoni.

Ada banyak yang membantu kami saat itu. Dokter, perawat, sahabat-sahabat yang bahkan hanya bisa mengirimkan dukungan lewat layar ponsel. Mereka adalah jembatan-jembatan tak terlihat yang membuat kami tidak tenggelam dalam rasa cemas. Hari ini, di ulang tahun kalian, mari kita kirimkan doa yang dalam untuk mereka semua. Karena tanpa mereka, mungkin cerita ini tidak pernah ada.

Ulang tahun, dalam budaya kita, kadang dirayakan dengan kue, lilin, dan nyanyian. Tapi aku ingin lebih dari itu. Aku ingin ulang tahun kalian menjadi perayaan tentang syukur. Syukur karena kalian ada, karena kalian tumbuh, karena kalian sehat, dan karena kalian mengajarkan aku arti baru tentang waktu: bahwa detik-detik kecil adalah tempat keajaiban sembunyi.

Aku masih menyimpan baju pertama kalian, mungil, dengan noda susu yang tak bisa hilang. Aku masih menyimpan suara pertama kalian menyebut 'Ayah', terekam dalam file audio yang kadang kudengar diam-diam saat rindu. Waktu memang tak bisa kembali, tapi kenangan bisa disimpan, dipeluk, dan dijadikan bahan bakar untuk terus melangkah ke depan.

Sarah, Aisha, kalian mungkin belum memahami sepenuhnya arti hari ini. Tapi suatu saat, kalian akan membaca ini dan mengerti. Bahwa ulang tahun bukan hanya milik kalian, tapi milik kami juga—aku dan bunda kalian. Karena lima tahun lalu, kami juga lahir kembali. Menjadi orang tua, menjadi versi terbaik dari diri kami, karena kehadiran kalian.

Ada malam-malam di mana kalian demam tinggi, dan aku duduk di samping ranjang, menggenggam tangan kalian sambil membaca sabda Tuhan dalam hati. Aku ingin menjadi rumah yang selalu bisa kalian pulang, bahkan saat dunia di luar terlalu bising, terlalu tajam. Aku ingin menjadi langit yang tak pernah marah jika kalian terbang terlalu tinggi, asalkan kalian tahu cara kembali.

Dan kini, di usia lima, kalian sudah bisa berhitung, membaca sedikit, bernyanyi banyak. Kalian punya dunia sendiri: boneka, kertas gambar, dan pertengkaran kecil tentang siapa yang lebih dulu memakai sepatu. Tapi yang membuatku takjub adalah cinta kalian satu sama lain. Seperti ada janji rahasia yang tidak pernah kalian lupakan sejak dalam kandungan.

Aku sering bertanya-tanya, seperti apa kalian nanti di usia sepuluh, dua puluh, tiga puluh. Tapi aku cepat-cepat menepisnya, karena aku tahu, bagian terbaik dari menjadi ayah adalah menyaksikan satu hari saja. Hari ini. Memandangi wajah kalian saat meniup lilin, saat tertawa, saat menghapus  dari pipi masing-masing.

Dunia ini, nak, kadang tak ramah. Tapi selama kalian saling menggenggam, saling menguatkan, kalian akan baik-baik saja. Kalian punya satu sama lain. Kalian punya cerita yang sama sejak dalam rahim. Dan itu, jauh lebih kuat dari segala jenis badai yang mungkin datang.

Aku akan selalu di sini. Menjadi saksi diam yang bahagia saat kalian tumbuh. Aku tidak akan bisa melindungi kalian dari semua luka, tapi aku akan selalu menambal sepatu kalian jika tali sepatunya putus. Aku akan terus berjalan di belakang, memastikan kalian tidak jatuh terlalu keras.

Hari ini ulang tahun kalian, tapi hadiah sejatinya adalah untuk kami. Hadiah berupa tawa-tawa kecil kalian, cium pagi-pagi, dan pertanyaan polos yang kadang lebih tajam dari filsuf. Terima kasih telah memilih kami sebagai rumah kalian.

Selamat ulang tahun, #SarahAisha. Lima tahun bukan waktu yang panjang, tapi cukup untuk membuat kami percaya pada keajaiban. Cukup untuk membuat hidup ini penuh warna. Cukup untuk membuat kami belajar mencintai tanpa syarat.

Dan hari ini, biarkan kami menyanyikan lagu ulang tahun itu bukan hanya dengan suara, tapi dengan air mata haru dan syukur yang tak terhingga.

Share:

0 comments