FENOMENA SEREMONI NIR MAKNA DI PERGURUAN TINGGI

Baca Juga

Perguruan tinggi, sebagai tempat berkembangnya ilmu pengetahuan dan wadah bagi pembentukan generasi penerus, seharusnya menjadi pusat kegiatan akademik yang berorientasi pada penelitian dan pengajaran. Namun, dalam realitasnya, seringkali kita melihat banyak kegiatan seremonial yang dominan di lingkungan perguruan tinggi.

Kita sering melihat perguruan tinggi yang sibuk dengan upacara pembukaan, penutupan, pemberian penghargaan, dan berbagai acara seremonial lainnya yang seolah menjadi rutinitas tahunan. Ironisnya, dalam banyak kasus, kegiatan-kegiatan ini hanya menjadi formalitas kosong yang menghabiskan waktu, sumber daya, dan energi.

Ilustrasi (Photo : Freepik)

Contoh yang dapat kita amati adalah seringnya perguruan tinggi menyelenggarakan upacara wisuda maupun yudisium yang berlebihan. Acara ini menjadi semacam pertunjukan yang lebih menonjolkan penampilan visual dan hiburan daripada esensi sebenarnya dari pencapaian akademik para lulusan. Semua pihak terlibat dalam mempersiapkan gaun dan atribut yang mahal, panggung megah, dan pertunjukan musik yang mewah. Namun, seringkali minimnya waktu yang diberikan kepada lulusan untuk berbicara atau berbagi pengalaman mereka. Contoh lainnya adalah kegiatan seminar. Seminar adalah sebuah contoh kegiatan yang sangat mudah dan sering dijumpai di perguruan tinggi, baik yang diadakan oleh para dosen maupun mahasiswa melalui organisasi. Seminar, suka tidak suka, kita akui sebagai sebuah program kerja yang paling mudah diselenggarakan dengan balutan nuansa akademik. Padahal terkadang seminar yang diadakan sangat minim memberikan "insight" baru kepada para pesertanya. Tak jarang, perguruan tinggi juga hanya menjadi "EO" (baca : pelaksana) seminar semata yang sebenarnya merupakan program kerja dari instansi pemerintah. Dari kacamata awam, rasanya jika hal semacam ini sering dilakukan, seperti makin menggadaikan marwah perguruan tinggi menjadi sebuah "event organizer".

Selain itu, ada juga kecenderungan perguruan tinggi dalam mengadakan serangkaian acara seremonial yang berkaitan dengan peringatan hari-hari tertentu, seperti hari jadi perguruan tinggi atau perayaan nasional. Meskipun dalam beberapa kasus acara ini memiliki tujuan yang baik, namun sering kali kegiatan seremonial tersebut tidak memberikan dampak nyata terhadap pengembangan ilmu pengetahuan atau kemajuan akademik. Alih-alih fokus pada penelitian dan pengajaran, banyak dosen yang terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan acara seremonial ini, menyita waktu dan energi mereka yang dapat digunakan untuk kegiatan akademik yang lebih produktif.

Dalam situasi seperti ini, penting bagi kita untuk mengevaluasi kembali makna dari kegiatan seremonial di perguruan tinggi. Apakah kegiatan ini benar-benar memberikan manfaat yang signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan? Ataukah mereka hanya menjadi pesta formalitas yang membuang waktu dan sumber daya yang berharga? Pertanyaan-pertanyaan ini harus diajukan dan refleksi yang mendalam perlu dilakukan untuk mengarahkan fokus perguruan tinggi pada hal-hal yang lebih substansial dan bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat secara keseluruhan.

  • Fokus yang Terpecah: Perguruan tinggi seharusnya menjadi tempat bagi para dosen untuk meneliti dan mengajar dengan penuh dedikasi. Namun, semakin banyaknya kegiatan seremonial, seperti upacara wisuda, peresmian gedung, dan acara protokoler lainnya, membuat dosen sibuk dengan tugas administratif tambahan. Akibatnya, waktu dan energi yang seharusnya digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan kualitas pengajaran terbuang sia-sia.
  • Kehilangan Makna Inti: Kegiatan seremonial yang melimpah di perguruan tinggi seringkali hanya menjadi rutinitas tanpa memiliki makna yang mendalam. Acara-acara tersebut sering menjadi formalitas belaka, di mana tujuan utama adalah memenuhi protokol atau menunjukkan prestise institusi. Akibatnya, fokus pada misi inti perguruan tinggi, yaitu memproduksi ilmu pengetahuan dan membentuk kecerdasan akademik, terabaikan.
  • Dampak Terhadap Dosen: Dosen adalah ujung tombak dalam memberikan pendidikan dan kontribusi dalam penelitian. Namun, dengan beban kegiatan seremonial yang semakin banyak, waktu dan energi dosen tersita untuk mempersiapkan dan mengikuti acara-acara tersebut. Dampaknya, mereka memiliki sedikit waktu untuk mengembangkan penelitian yang lebih mendalam dan memberikan pengajaran yang berkualitas kepada mahasiswa.
  • Prioritas yang Terbalik: Dalam membangun kualitas perguruan tinggi, seharusnya prioritas utama adalah meningkatkan pengajaran dan penelitian. Namun, seringkali kegiatan seremonial menjadi fokus utama, mengesampingkan hal-hal yang sebenarnya lebih penting. Prioritas yang terbalik ini menyebabkan perguruan tinggi kehilangan arah dan tujuan yang seharusnya.
  • Solusi dan Perubahan: Perguruan tinggi perlu merefleksikan kembali prioritas dan nilai-nilai inti mereka. Penting untuk mengurangi kegiatan seremonial yang tidak substansial dan mengalihkan fokus kembali pada penelitian dan pengajaran. Lebih banyak dukungan dan insentif juga perlu diberikan kepada dosen untuk melakukan penelitian dan inovasi dalam bidangnya masing-masing. Selain itu, perlu adanya pembenahan dalam sistem administrasi agar tidak membebani dosen dengan tugas-tugas administratif yang tidak relevan.

Perguruan tinggi juga dapat mempertimbangkan untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi dalam kegiatan administratif guna mengurangi beban dosen. Misalnya, menggunakan sistem online untuk pengelolaan data mahasiswa, administrasi persuratan, dan administrasi lainnya.

Selain itu, penting bagi pimpinan perguruan tinggi untuk memberikan penghargaan dan pengakuan yang lebih besar kepada dosen yang berprestasi dalam penelitian dan pengajaran. Ini akan memotivasi mereka untuk fokus pada kegiatan akademik yang lebih substansial.

Kita harus mengingat bahwa perguruan tinggi adalah tempat berkembangnya ilmu pengetahuan dan pemikiran yang inovatif. Oleh karena itu, mengurangi kegiatan seremonial yang tidak memberikan kontribusi nyata terhadap tujuan akademik adalah langkah penting dalam menjaga integritas dan kualitas perguruan tinggi.

Dalam era yang semakin kompetitif dan dinamis, perguruan tinggi harus tetap berada di garis depan dalam menghasilkan pengetahuan baru dan menciptakan generasi yang kreatif dan berdaya saing tinggi. Dengan mengalihkan fokus kembali pada penelitian dan pengajaran, perguruan tinggi akan dapat mengoptimalkan potensi mereka dalam memajukan ilmu pengetahuan dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.

Tidak ada yang salah dengan kegiatan seremonial, selama mereka tetap relevan dan memberikan nilai tambah yang signifikan. Namun, saat ini kita perlu mengingat kembali bahwa substansi dari sebuah perguruan tinggi terletak pada produksi ilmu pengetahuan dan pengembangan potensi akademik. Mari kita bersama-sama memperbaiki fokus perguruan tinggi agar dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berkontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan dunia.

Share:

0 komentar