ALASAN AWAL RAMADAN TAHUN INI [BERPOTENSI] AKAN BERBEDA ANTARA MUHAMMADIYAH DENGAN PEMERINTAH

Baca Juga

Beberapa hari menjelang puasa ramadan, orang-orang ramai menyiapkan datangnya bulan suci ini. Mulai dari membersihkan masjid, lingkungan, hingga bahan-bahan makanan agar ibadah selama ramadan bisa nyaman dan fokus. Tak terkecuali ramai-ramai soal kapan awal puasa/ramadan.

Selama kurun waktu 7 tahun terakhir, tidak ada perbedaan tanggal awal puasa ramadan antara pemerintah dengan Muhammadiyah. Ini disebabkan salah satunya karena pemerintah (dalam hal ini Kementerian Agama RI) menggunakan metode Imkan Rukyat dengan standar tinggi hilal 2⁰. Dan selama 7 tahun terakhir ini pula, rata-rata ketinggian awal bulan ramadan tiap tahunnya juga segitu.

Untuk tahun ini, pemerintah menggunakan standar baru untuk menetapkan awal bulan, yaitu standar Imkan Rukyat negara-negara MABIMS (Menteri-menteri Agama Brunei-Indonesia-Malaysia-Singapore) yang ditetapkan tahun lalu. Adapun kriteria yang diusulkan dan disepakati adalah Imkan Rukyat dengan ketinggian hilal 3 derajat dan sudut elongasi bulan-matahari saat terbenam 6,4 derajat (secara singkat ditulis dan disebut IR 3-6,4).

Ilustrasi rukyatul hilal (foto : antaranews)


Mengutip dari lembaga astronominya Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU), secara visibilitas dan kriteria, visibilitas 3-6,4 ini tentu lebih baik dari visibilitas 2-3-8 (ketinggian hilal 2 derajat, sudut elongasi 3 derajat, dan umur hilal paska konjungsi 8 jam) yang selama ini digunakan Kementerian Agama RI dan juga negara-negara MABIMS, ini tentu langkah maju dan patut diapresiasi, tinggal bagaimana uji dan kompatibilitasnya di lapangan.

Dengan kriteria MABIMS baru (ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat) secara teoretis-otomatis akan menolak laporan dan atau kesaksian hilal dibawah ambang batas 3 derajat (dan sudut elongasi 6,4 derajat).

Jika diimplementasikan pada perhitungan (hisab) tahun ini, maka pada hari Jumat sore tanggal 1 April 2022 (29 sya'ban 1443 H) diseluruh Indonesia rata-rata ketinggian hilal berkisar 2⁰. Hanya daerah Aceh yang ketinggian hilalnya sudah diatas 2⁰ lebih.

Apabila pemerintah masih menggunakan standar lama, tentu ketinggian ini sudah masuk sebagai bulan baru, sehingga 1 ramadan jatuh pada hari sabtu 2 april 2022. Namun seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dengan kriteria baru ini maka kesaksian perukyat yang berhasil melihat hilal pasti akan tertolak karena secara teoritis belum sesuai standar, alhasil bulan sya'ban akan digenapkan menjadi 30 hari dan 1 ramadan jatuh di hari minggu tanggal 3 april 2022.

Ini berbeda dengan Muhammadiyah yang menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal dimana metode ini mensyaratkan tiga hal, yaitu pertama, telah terjadi ijtimak bulan dan matahari. Kedua, Ijtimak bulan dan matahari terjadi sebelum terbenam matahari, dan ketiga pada saat terbenam matahari bulan belum terbenam, bulan masih di atas ufuk.

Berdasarkan metode yang dipedomani oleh Muhammadiyah, pada hari Jumat, 29 Sya'ban 1443 H bertepatan dengan 1 April 2022 M, ijtimak jelang Ramadan 1443 H terjadi pada pukul 13:27:13 WIB.

Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta ( f = -07° 48¢  LS dan l = 110° 21¢ BT ) = +02° 18¢ 12² (hilal sudah wujud), dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam itu Bulan berada di atas ufuk.

Karena ketiga syarat tersebut telah terpenuhi semuanya, maka jumat sore tersebut telah terhitung sebagai bulan baru, dan 1 ramadan jatuh pada hari sabtu 2 april 2022 (FYI, dalam penanggalan islam, tanggal / bulan baru dimulai ba'da ashar).

Dengan melihat fakta-fakta tersebut, maka [dimungkinkan] akan terjadi perbedaan awal ramadan antara Muhammadiyah dengan pemerintah dimana Muhammadiyah akan lebih dahulu memulai puasa pada hari sabtu 2 april 2022.

***

Jika kita pahami lebih dalam tentang metode yang dipakai oleh pemerintah, maka sebenarnya itu bukanlah ruk'yat (melihat) murni seperti yang dipahami sebagai metode yang dicontohkan di zaman Rasulullah saw.

Mengutip apa yang disampaikan oleh Prof. Agus Purwanto, guru besar ITS sekaligus anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, perbedaan awal ramadan tahun ini antara Muhammadiyah dengan pemerintah bukanlah karena perbedaan metode. Ini karena secara logika, pemerintah sebenarnya juga menggunakan hisab walau mereka menyebutnya imkan rukyat.

Pemerintah dengan imkan rukyatnya telah menetapkan standar tinggi hilal dimana ini biasanya hanya ada dalam metode hisab. Rukyat dipahami sebagai metode mencari hilal dengan melihat (menggunakan bantuan alat ataupun dengan mata telanjang). Namun dengan adanya kriteria tinggi derajat hilal, jika besok ada perukyat yang menyatakan berhasil melihat hilal, maka kesaksiannya akan tertolak, karena secara teoritis hitungan, tidak mungkin terlihat (karena imkan rukyat yang digunakan pemerintah telah menetapkan standar 3⁰ sebagai ketinggian hilal).

Dengan logika sederhana, ini berarti sebenarnya pemerintah secara tidak langsung juga menggunakan hisab sebagai metode menentukan awal ramadan.

Alhasil, perbedaan awal ramadan antara Muhammadiyah dengan Pemerintah bukanlah karena perbedaan metode, melainkan karena perbedaan standar/kriteria dimana dengan hisab hakiki wujudul hilalnya, Muhammadiyah akan menetapkan bahwa pada tanggal tertentu telah masuk bulan baru asal telah memenuhi tiga syarat walaupun tinggi hilal baru 0,1⁰ sekalipun. Dan pemerintah baru akan menentukan tanggal tertentu sebagai bulan baru ketika ketinggian hilal sudah 3⁰.

Jadi lantas mengapa pemerintah harus "repot-repot" mengirim perukyat jika memang sebenarnya telah tahu hasilnya?

***

Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan / sains. Muhammadiyah menempatkan sains untuk memahami dan mengimplementasikan ajaran Islam. Sejak lahir, Muhammadiyah telah berusaha menempatkan sains untuk menjabarkan berbagai petunjuk-petunjuk dalan Alquran dan Hadis sehingga bisa dipahami secara rasional.

Dalam bahasa orang awam, Muhammadiyah itu beragama dengan rasional, namun tidak kemudian mendewakan sains. Tetap bahwa Alquran dan Hadis merupakan petunjuk utama sekaligus sumber ajaran Islam.

So, selamat menyambut bulan suci ramadan. Semoga kita mampu beribadah maksimal dan menjadikan ramadan ini sebagai ramadan terbaik dari tahun-tahun sebelumnya. Wallahu'alam bishawab

Share:

0 komentar