APA ITU BEM SI, BEM NUSANTARA, DAN BEM-BEM LAINNYA?

Baca Juga

Hari-hari ini, media-media arus utama di Indonesia disesaki oleh pemberitaan seputar rencana demonstrasi besar-besaran yang digawangi oleh BEM Seluruh Indonesia (BEM SI). Berita ini bertambah seru tatkala ada BEM lain yang justru nyelonong bertemu dengan mantan Panglima ABRI dan mantan Menkopolhukam, Wiranto.


BEM ini adalah BEM Nusantara. Walau banyak bersliweran informasi bantahan soal BEM Nusantara ini ternyata palsu (orang-orangnya, bukan BEM nya), namun justru ini membuat berita soal rencana aksi besar-besaran tanggal 11 April 2022 ini menjadi semakin seru bak sinetron.

Tulisan ini tidak akan mengupas soal rencana aksi ini, namun akan mencoba memberi gambaran soal BEM-BEM yang hari-hari ini menjadi buah bibir percakapan di jagad maya.

Apa itu BEM?

Badan Eksekutif Mahasiswa (biasa disingkat BEM) merupakan organisasi resmi intra kampus yang bernaung dibawah suatu perguruan tinggi. Organisasi ini merupakan organisasi resmi yang termaktub secara tersirat dalam UU No. 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi serta lebih dahulu tersurat dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan Di Perguruan Tinggi yang menjadi pedoman organisasi kemahasiswaan di setiap kampus di seluruh Indonesia.

BEM ada di dua tingkatan, yaitu BEM Universitas dan BEM Fakultas. Untuk di tingkat jurusan, ada Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), walau di beberapa kampus ada juga yang menamainya dengan BEM Jurusan, walau ini tidak lazim di banyak perguruan tinggi.

Apakah boleh BEM berpolitik?

BEM merupakan organisasi mahasiswa resmi dibawah payung perguruan tinggi dimana hakikat dari adanya BEM ini adalah sebagai tempat untuk mengaktualisasikan diri para mahasiswa dalam berbagai hal. Namun, berpolitik adalah hal yang dilarang ketika membawa nama resmi BEM suatu kampus.

Yang diizinkan adalah bersikap untuk menjadi mitra kritis pemerintah guna mengawasi berbagai produk kebijakan pemerintah. Peran yang dimainkan disini lebih pada peran intelektual sebagaimana ruh dari BEM itu sendiri yang berisikan para sivitas akademika perguruan tinggi.
Demonstrasi Mahasiswa (foto : Media Indonesia)


Alhasil, aksi-aksi demontrasi yang kadang dilakukan oleh BEM tidak bisa serta merta dipandang sebagai bentuk berpolitiknya BEM, namun lebih pada bentuk aktualisasi menyuarakan aspirasi kepada pemerintah melalui parlemen jalanan. Jikapun mau dikatakan bahwa aksi-aksi BEM ini sebagai bentuk berpolitik, maka aksi ini bisa saja disebut sebagai bentuk politik adiluhung yang menyuarakan isu-isu berkaitan dengan kepentingan rakyat.

Lantas, apa itu BEM SI dan BEM Nusantara?

Salah satu kawan saya berkomentar di suatu postingan di Facebook soal BEM Nusantara. Dia, yang saya tahu merupakan seorang pegawai pemerintah, berkomentar sinis dengan mengatakan bahwa : BEM Nusantara itu apanya Islam Nusantara?

Di komentar-komentar berikutnya pun saya temui banyak sekali warganet yang menanyakan soal keberadaan BEM Nusantara.

BEM SI dan BEM Nusantara adalah bentuk aliansi dari para BEM-BEM Universitas dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Alasan mengapa mereka membentuk aliansi ini adalah agar gerakan mereka (para BEM perguruan tinggi) untuk suatu isu/tujuan menjadi lebih kuat.

Bayangkan saja, misal BEM Kampus A ingin menyoroti soal naiknya harga minyak goreng. Jika mereka tidak beraliansi, maka isu yang mereka suarakan, atau ketika mereka berdemonstrasi tidak akan sekuat dan senyaring ketika mereka beraliansi dengan BEM-BEM lainnya. Dari sisi "angle pemberitaan" pun tidak menarik jika misal hanya satu BEM kampus saja yang bersuara.

BEM SI dan BEM Nusantara lahir di era pemerintahan Presiden SBY. BEM SI lahir di Bogor pada tahun 2007 dengan komposisi awal berisikan BEM-BEM kampus seputaran JABODETABEK dan sekitarnya.

BEM Nusantara sebenarnya lahir lebih awal, yaitu tahun 2005 di Yogyakarta. Namun BEM Nusantara awalnya justru bernama Lingkar Mahasiswa yang baru setelah BEM SI dibentuk, aliansi Lingkar Mahasiswa ini berubah menjadi BEM Nusantara dan mulai membuka komunikasi lebih luas dengan berbagai kampus di Indonesia. BEM Nusantara lahir untuk mengimbangi keberadaan BEM SI.

Seiring berjalannya waktu, banyak BEM kampus yang keluar masuk menjadi anggota dari kedua aliansi tersebut. Keluar masuknya BEM kampus ini lebih disebabkan karena perbedaan ideologi dan tujuan dari kabinet/kepengurusan BEM kampus tersebut yang biasanya berganti tiap dua tahun.

Alhasil, latarbelakang dan visi presiden mahasiswa / ketua BEM yang menjabat di suatu kampus akan sangat menentukan keberlangsungan keanggotaan BEM tersebut di aliansi tadi. Bisa saja periode kemarin BEM kampus A jadi anggota aliansi BEM SI, lalu di periode berikutnya dengan kepengurusan yang berbeda, BEM kampus A tersebut keluar dari BEM SI lalu bergabung dengan BEM Nusantara.

Di tahun 2010 an, BEM SI dan BEM Nusantara di image kan sebagai bentuk aliansi dari status perguruan tinggi. BEM SI di framing sebagai aliansi BEM-BEM perguruan tinggi negeri, sedangkan BEM Nusantara adalah sebaliknya. Walaupun framing ini cukup kencang di era tersebut, namun faktanya ada juga PTS yang menjadi anggota aliansi BEM SI dan begitu juga sebaliknya.

Ada satu hal menarik dalam aliansi-aliansi BEM ini, yaitu adanya suatu kesepakatan tidak tertulis bahwa BEM kampus "dilarang" berkeanggotaan ganda diantara dua aliansi ini. Mereka harus memilih salah satu dari kedua aliansi ini. Namun untuk aliansi lain masih diperbolehkan.

Apakah aliansi BEM hanya dua?

Tidak. Ada banyak sekali aliansi-aliansi BEM di Indonesia. Diantaranya adalah BEM PTKIN (aliansi BEM-BEM UIN/STAIN/IAIN), BEM PTMI (aliansi BEM-BEM kampus Muhammadiyah dan Aisyiyah), BEM Nasional (aliansi kampus-kampus swasta). Ada juga ABJ (aliansi BEM Jogja), dan aliansi-aliansi lain di tingkat lokal/regional.

Banyaknya aliansi-aliansi BEM ini diduga menjadi salah satu penyebab tidak "garang" dan efektifitasnya gerakan yang dimainkan oleh para mahasiswa pasca reformasi. Kita bisa bandingkan di era 1966, 1972, 1988, dan 1998 dimana saat itu mahasiswa tidak banyak terkotak-kotak dalam suatu aliansi.

Dalam perjalanan panjang gerakan mahasiswa, kita hanya mengenal beberapa aliansi saja dalam setiap momentum aksi mahasiswa yang justru sangat efektif. Sebut saja KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) di era 1966 yang sukses mencatatkan keberhasilan gerakan dengan Trituranya.

Tahun 1998 justru hampir tidak ada aliansi formal BEM-BEM dan mahasiswa, namun mahasiswa kompak bergerak menuntut reformasi dan berhasil mengubah arah sejarah Indonesia.

Pasca reformasi, BEM-BEM ini lebih terkotak-kotak dalam suatu aliansi dengan harapan untuk membesarkan gerakan dengan isu yang sama. Namun sayangnya keinginan untuk beraliansi kadang tidak sepenuhnya dipahami secara utuh oleh BEM lain sehingga terjadi diskonektisitas serta mispersepsi terhadap suatu isu yang diangkat.

Kita bisa nilai bagaimana efektifitas dari aliansi-aliansi ini selama kurun waktu 20 tahunan setelah reformasi. Walau sempat beberapa kali berhasil menjadi "pressure society" di era presiden SBY untuk beberapa kebijakan, namun di era presiden Jokowi, aliansi-aliansi BEM ini seperti tak berdaya. Padahal sejak dimulainya kabinet presiden Jokowi di tahun 2014, sudah puluhan kali aliansi-aliansi berdemontrasi yang tak jarang berakhir rusuh.

Tapi faktanya, hampir tidak ada satupun kebijakan pemerintah yang berhasil di tekan melalui aksi-aksi aliansi ini, baik aksi parlemen jalanan maupun jalur diplomasi di istana. Yang ada justru makin melempem.

Berkaca dari hal ini, kita perlu menanyakan : apakah aliansi BEM / mahasiswa sudah tidak efektif lagi berperan sebagai kelompok penekan?

Atau malah jangan-jangan memang karena kepemimpinannya presiden Jokowilah yang terlalu kuat untuk mahasiswa?

Share:

0 komentar