MENGAPA TIDAK BANYAK JURUSAN POLITIK DI TAIWAN?
Baca Juga
Di Taiwan terdapat
129 perguruan tinggi (negeri dan swasta) yang tersebar di seluruh kota di
Taiwan. Taiwan sendiri terkenal dengan kemajuan teknologi dan risetnya di
bidang sains. Ini yang kemudian mempengaruhi warna dari Pendidikan tinggi di
Taiwan. Dari keseluruhan universitas yang ada, hampir 90 % nya memiliki
jurusan-jurusan di bidang sains dan teknologi seperti Ilmu komputer, Teknik
elektro, dan jurusan-jurusan sains lainnya. 10 % diantaranya fokus sebagai
perguruan tinggi di bidang kesehatan dan kedokteran.
Bagi mahasiswa
dari Asia Tenggara, utamanya dari Indonesia, agak susah mencari jurusan ilmu sosial, khususnya ilmu politik, di
Taiwan. Selain karena tidak banyak universitas yang memiliki jurusan ini, juga
tidak banyak universitas yang memiliki jurusan ini justru tidak membuka kelas
internasionalnya, sehingga membuat peluang untuk studi politik di Taiwan
semakin kecil. Namun, dibalik minimnya jurusan politik ini, sebenarnya ada
cerita mengapa Taiwan lebih condong mengembangkan studi-studi di bidang ilmu
sains dan teknologi. Dan ini tidak banyak diketahui oleh public.
Kebijakan
Pendidikan Tinggi Oleh Jepang
Taiwan dijajah
oleh Jepang selama 50 tahun, mulai tahun 1895 hingga tahun 1945. Selama masa
penjajahan tersebut, Taiwan benar-benar dibawah control Jepang yang menempatkan
19 gubernurnya untuk memerintah di Taiwan. Selama masa penjajahan tersebut,
Jepang membuat sebuah kebijakan terkait Pendidikan di Taiwan yang mengizinkan
untuk didirikan universitas-universitas dengan catatan tidak boleh membuka
jurusan politik, hukum, dan filsafat.
Alasan mengapa
mereka melarang dibuka ketiga jurusan ini adalah karena mereka tidak ingin
masyarakat Taiwan menjadi aktivis dan memberontak kepada pemerintah Kolonial.
Sejarah sudah banyak mencatat, ada banyak revolusi, reformasi, dan penggulingan
kekuasaan di berbagai negara terjadi karena masyarakatnya yang melek politik. Kesadaran terhadap
politik akan mengakibatkan kesadaran untuk memerdekakan diri dari penjajah. Dan
ini tidak diinginkan oleh pemerintah kolonial di Taiwan.
Hingga Jepang
meninggalkan Taiwan pada tahun 1945, tidak ada satupun institusi Pendidikan
tinggi di Taiwan yang membuka ketiga jurusan tersebut. Baru pada medio tahun 70’an Taiwan memiliki universitas yang
membuka jurusan politik, padahal banyak universitas-universitas di Taiwan yang
sudah berdiri sejak tahun 1900 an.
Alhasil, sejak awal Taiwan mencoba concern
di bidang sains dan teknologi guna mensiasati agar masyarakat Taiwan mampu
bersaing dan maju. Yang paling kentara adalah jurusan Teknik dan pertanian,
dimana Taiwan sangat maju dalam kedua bidang ini, selain juga bidang
kedokteran.
Taiwan
Post Colonialism
Taiwan adalah
negeri merdeka yang tidak diakui. Sebelum tahun 1971, Taiwan yang nama resminya
adalah Republic of China (ROC)
merupakan negara resmi yang diakui oleh dunia dan tercatat sebagai salah satu
pendiri Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kala itu, di Taiwan (ROC) terdapat
satu partai politik yang didirikan oleh Bapak Bangsa China, Dr. Sun Yat Sen.
Perjuangan mempertahankan pengakuan dunia terhadap ROC sebagai China yang sah
pada akhirnya harus berakhir pada tahun 1971 saat PBB secara resmi mengalihkan
pengakuannya pada China daratan (People
Republic of China / PRC) dan diikuti oleh berbagai negara di dunia.
Sejarahnya munculnya 2 China ini (ROC dan PRC) akibat dari kekalahan yang di
dera oleh ROC dalam perang sipil pimpinan Chiang Kai Sek melawan pasukan komunis
pimpinan Mao Zhe Dong yang pada akhirnya menyingkirkan pemerintahan ROC ke
Taiwan. Dan sejak saat itu berdirilah China daratan yang menganut paham
komunis.
Perjuangan politik
Taiwan sendiri semakin sulit pasca tahun 1971, dimana dunia hanya mengakui
adanya satu China, People Republic of
China, dan Taiwan dianggap sebagai bagian dari China daratan. Alhasil,
sejak tahun tersebut, kesadaran untuk meningkatkan pemahaman politik masyarakat
semakin meningkat dan ini ditindaklanjuti dengan pembukaan berbagai universitas
yang membuka jurusan politik. Hingga akhir tahun 2018, terdapat 16 universitas
yang memiliki jurusan ilmu politik, diplomasi, dan kebijakan publik.
Sejak partai DPP
resmi didirikan tahun 1986 untuk mengimbangi partai Kuomintang (KMT), kutub
studi politik Taiwan semakin menarik. Ada semacam rahasia umum tentang dua
partai ini dan lembaga think tank
nya. Partai KMT memfokuskan studi gerakan dan kebijakannya di salah satu kampus
di Taipei (Taiwan Utara) dan partai DPP memfokuskan studi kebijakannya di salah
satu kampus di Kaohsiung (Taiwan Selatan). Benar atau tidaknya, entahlah. Namun
warna dari 2 kampus ini sangat terasa dari 2 kutub partai yang ada di Taiwan
ini.
Studi politik di
Taiwan saat ini juga lebih diarahkan pada studi kebijakan asia pasifik. Bisa
jadi ini diakibatkan masih berlangsungnya perjuangan politik Taiwan untuk
mendapatkan pengakuan dunia sebagai sebuah negara merdeka terpisah dari China
daratan.
***
Kini, 108 tahun
sudah usia Taiwan (Republic of China).
Taiwan saat ini sudah jauh melampaui negara-negara sezamannya. Taiwan, walaupun
kurang berkembang dalam studi politik, filsafat, dan hukumnya, namun sangat
maju bahkan menjadi salah satu pionir dalam hal teknologi dan pertanian.
Teknologi-teknologi modern dan terbarukan banyak yang berasal dan dikembangkan
di Taiwan. Bahkan, suplai komponen elektronik untuk ponsel cerdas dan computer
jinjing berbagai merek, banyak dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan yang
berbasis di Taiwan.
Perjuangan politik
Taiwan untuk diakui sebagai salah satu negara merdeka di dunia memang masih
Panjang. Walaupun belum diakui sebagai negara merdeka, satu hal yang pasti dari
Taiwan adalah dunia kini sangat bergantung terhadapnya, dalam hal teknologi,
sebagai sebuah negara maju yang meletakkan ilmu pengetahuan sebagai senjata
mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya. Selamat
merayakan ulang tahun ke-108 tahun, Taiwan (ROC) !
Tags:
Formosa
0 comments