[SILATURAHMI] LEBARAN 4.0
Baca Juga
Lebaran tahun ini sudah
masuk hari ketiga. Namun masih banyak beredar ucapan-ucapan lebaran melalui
jejaring perpesanan Whatsapp (WA) maupun
Blackberry Messenger (WA). Sepintas tidak
ada yang salah dalam tradisi ini, karena esensinya sama sebagai bentuk keterwakilan
silaturahmi kita dengan sanak saudara, teman, serta handai taulan. Tapi kiranya
perlu kita maknai ulang bahwa maraknya ucapan-ucapan semacam ini melalui broadcast WA maupun BBM (juga Facebook /
Twitter) hanya sebatas pengganti sementara. Jangan sampai kemudian, silaturahmi
kita tergantikan dengan silaturahmi digital
yang tentunya akan berbeda maknanya. Dalam catatan singkat ini, saya mencoba
membagi perkembangan lebaran dan kartu ucapan lebaran dari masa ke masa dalam
bacaan saya pribadi.
Lebaran 1.0
Sejarah pengiriman
kartu ucapan sebenarnya sudah dimulai sejak ribuan tahun silam saat bangsa
romawi dan mesir saling berkirim satu sama lain. Namun, saat itu bukan kartu
ucapan yang dikirim, melainkan hadiah berupa batu, makanan kering, maupun
barang-barang unik lainnya. Pengiriman ini dimaksudkan untuk menjaga hubungan
baik antara kedua bangsa.
Perkembangan
berikutnya adalah disaat ada salah satu seniman di Inggris di abad 19 yang
membuat kartu ucapan bergambar untuk pertama kalinya. Kartu ucapan ini dibuat
sebagai bentuk silaturahmi dengan teman-temannya.
Di Indonesia
sendiri, sejarah kartu ucapan lebaran ini ditandai saat Singer Sewing Machine Co membuat kartu ucapan lebaran untuk pertama
kalinya di tahun 1918. Kartu ini dibuat awalnya bukan semata-mata untuk
menyambung silaturahmi atau bentuk ucapan tulus, melainkan juga sebagai kartu
pengingat bagi para peminjam mesin jahit kala itu untuk membayar biaya sewa
mesin jahit yang mereka sewa dari perusahaan tersebut. Era ini menandai awal revolusi
silaturahmi lebaran di Indonesia yang tadinya masing-masing orang akan saling
berkunjung ke rumah-rumah tetangga, kerabat, maupun saudara, saat hari raya,
maka di era ini masyarakat mulai mengenal adanya kartu ucapan lebaran walaupun
ada maksud terselubung didalamnya. Kartu ucapan lebaran di era awal ini masih
dalam tahap beta sehingga baru ada 1
perusahaan yang menggunakannya. Belum lazim di masa tersebut.
![]() |
Revolusi Silaturahmi Lebaran (Sumber : Bikinan Sendiri) |
Baru di era orde
baru, masyarakat mulai lazim menggunakan kartu ucapan lebaran sebagai symbol dan
pengganti silaturahmi di hari raya idul fitri. Penggunaan kartu ucapan lebaran
bertahan hingga 50 tahun lamanya dengan menyesuaikan bentuk, model, dan desain
sesuai dengan masanya. Namun satu hal yang perlu digarisbawahi adalah silaturahmi
darat adalah hal yang utama dan harus diprioritaskan. Bagaimanapun bagusnya
bentuk kartu ucapan lebaran, namun silaturahmi dengan langsung bertemu adalah
hal yang wajib untuk dilakukan di masa itu. Masyarakat hanya menggunakan kartu
ucapan sebagai symbol formalitas semata.
Lebaran 2.0
Di masa ini kartu
ucapan lebaran mencapai masa kejayaannya. Masyarakat tidak perlu repot-repot
mendesain sendiri kartu ucapannya, karena banyak toko yang menjual berbagai
macam kartu ucapan dengan jenis yang beraneka macam. Masyarakat cukup
menuliskan kalimat isi ucapannya sendiri (jika mau) menggunakan pulpen.
Di masa ini pula,
telepon sudah banyak dipasang di rumah-rumah masyarakat. Sehingga selain kartu
ucapan, tidak sedikit masyarakat yang mengucapkan ucapan hari raya idul fitri
melalui telepon kepada relasi, sahabat, maupun saudaranya yang berada jauh dari
tempat tinggalnya. Di masa ini penggunaan telepon mulai menggeser peran
silaturahmi bagi kerabat yang jauh lokasinya. Jika sebelumnya, masyarakat (bisa
jadi) masih mengusahakan untuk bisa mengunjungi rumah kerabatnya walau
lokasinya jauh, namun adanya telepon mulai menggantikan kunjungan silaturahmi
tersebut. Bagi kerabat yang dekat lokasinya, mereka akan mengunjungi dan
bersilaturahmi di hari baik tersebut. Namun bagi yang jauh, cukuplah melalui
ucapan telepon sebagai pengganti kehadiran.
Lebaran 3.0
Masuknya teknologi
telepon seluler (Ponsel / HP) di Indonesia mulai merubah banyak cara bersilaturahmi
lebaran. Hadirnya teknologi layanan pesan singkat (Short Message Service / SMS) menjadikan penggunanya kecanduan untuk
mengirimkan ucapan lebaran melalui layanan ini. Masa ini menandai berakhirnya
kejayaan kartu ucapan yang sebelumnya bisa bertahan dalam kurun waktu 50 tahun
lebih.
Di hari-hari
terakhir Ramadhan hingga beberapa hari setelah lebaran, masyarakat disibukkan
dengan menerima ucapan dan membalas ucapan tersebut melalui SMS. Ada yang
girang karena dikirimi SMS dengan kata-kata mutiara, ada yang bingung karena
dikirimi SMS ucapan dengan huruf planet namec (Baca : huruf besar kecil
bersebelahan dan bergantian, serta singkatan-singkatan aneh lainnya), ada juga
yang marah karena SMS ucapan lebaran tidak terkirim akibat sinyal provider yang over traffic sehingga menyebabkan SMS penggunanya delay parah. Dikirim H-1 Lebaran, baru
diterima H+3 Lebaran. Beruntung jika masih terkirim, tak sedikit pula yang
geram karena SMS gagal terkirim akibat sinyal dan pulsa yang tersendat.
Di Era ini pula
teknologi seluler mulai berkembang pesat dan disertai pula dengan berkembangnya
ucapan lebaran dari yang tadinya menggunakan SMS, sebagian penggunanya mulai
menggunakan teknologi Multi Media
Messaging (MMS / Pesan bergambar). Walaupun ini hanya digunakan oleh
pengguna yang berada di perkotaan (karena sinyal yang memungkinkan. Layanan ini
tidak digunakan oleh mereka yang berada di desa, karena minimnya sinyal serta
kemampuan HP yang digunakan oleh masyarakat di desa kala itu) namun hadirnya
MMS menandai bahwa teknologi benar-benar mulai menggantikan peran silaturahmi
darat saat hari raya idul fitri. Masyarakat (anak muda khususnya) lebih focus bersilaturahmi
melalui SMS / MMS dibanding berkunjung langsung. Walaupun masih ada juga yang
menggunakan SMS / MMS ini sebagai
formalitas semata, namun tidak bisa dipungkiri bahwa layanan ini benar-benar
menggerus makna silaturahmi yang sebenarnya tidak bisa terwakili oleh deretan
huruf maupun gambar.
Lebaran 4.0
Saat teknologi HP
benar-benar berkembang seperti saat ini yang ditandai dengan massifnya HP
dengan system operasi android dan iOS, disaat itulah silaturahmi hari raya idul
fitri benar-benar mulai tergantikan. Masyarakat dibuat sibuk dengan
ucapan-ucapan lebaran sebagai bentuk silaturahmi melalui broadcast-broadcast WA, BBM, LINE, hingga ke media-media sosial
seperti Facebook, Instagram, dan Twitter. Ucapan yang tak hanya melulu berupa
kalimat-kalimat seperti di era SMS, namun sudah seperti poster dengan desain
yang tak kalah berkemajuan. Bahkan di tahun ini, sudah mulai marak broadcast video ucapan lebaran (bukan lagi sekedar tulisan gambar, melainkan sudah berupa video). Semua itu diusahakan sebagai bentuk keterwakilan
diri di media sosial dan layanan perpesanan untuk merajut silaturahmi dengan
kerabat dan handai taulan di hari raya idul fitri.
Namun hadirnya
teknologi ini ternyata seperti pedang bermata dua. Walaupun ada sebagian
masyarakat yang memanfaatkan layanan ini sebagai pengganti sementara dan bentuk
formalitas (hingga mereka bisa berkunjung langsung ke rumah kerabat), namun tak
sedikit pula yang memanfaatkannya sebagai pengganti penuh silaturahmi. Ini yang
pada akhirnya mereduksi makna silaturahmi itu sendiri.
Padahal ada banyak
manfaat yang bisa dipetik melalui silaturahmi langsung (lain waktu saya akan
coba buat artikel khusus tentang pentingnya silaturahmi). Silaturahmi itu
jangan dimaknai hanya sebatas sebagai say
hello semata maupun hanya sebagai pengingat bahwa si orang tersebut masih
ingat dengan kita. Silaturahmi dilakukan dengan banyak cara, namun yang terbaik
adalah menjumpainya langsung. Jauh dari itu semua, silaturahmi memegang peranan
penting dalam kaitannya hablumminnas
dan menjalankan perintah Allah. Bahkan secara khusus Allah menyebut Silaturahmi
sebagai elemen penting umat Islam yang disebut dalam Surat An-Nisa ayat 1. Pun
begitu dengan Rasulullah yang menyebut peran penting silaturahmi di lebih dari
2 hadits.
Jadi, sebisa
mungkin kita tunaikan silaturahmi dengan kerabat, saudara, dan handai taulan
secara langsung. Jika tidak bisa di hari raya, bisa di lain waktu. Jangan
sampai kemajuan teknologi menggerus makna, tujuan, dan cara silaturahmi yang
sesungguhnya. Silaturahmi itu sesungguhnya memanjangkan umur dan membuka
pintu-pintu rizki bagi yang melakukannya. Tentu kita tidak mau jika umur kita
pendek dan tidak mendapat rizki gara-gara salah anggapan cara bersilaturahmi bukan?
Tags:
Sospol
0 comments