WASPADA CALO BEASISWA KE TAIWAN
Baca Juga
Periode Januari –
April adalah periode emas bagi para
pemburu beasiswa, terutama untuk yang akan memilih studi di Taiwan. Taiwan
adalah negara kecil yang luasnya mungkin kurang lebih sama dengan luas propinsi
Lampung, namun dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menjadi salah satu primadona
bagi mahasiswa dari Indonesia untuk melanjutkan studinya. Sejak 2005, Taiwan
memang cukup gencar mempromosikan pendidikan tingginya melalui program-program
beasiswa yang ditawarkan dengan berbagai macam skema.
Beasiswa-beasiswa
tersebut dibagi kedalam beberapa kategori, yaitu beasiswa dari pemerintah
Taiwan (biasanya dari kementerian pendidikan dan kementerian sains-teknologi)
beasiswa pemerintah local Taiwan (dulu, saat ini sudah tidak ada lagi),
beasiswa kampus (kampus di Taiwan), dan beasiswa pemerintah Indonesia.
Banyaknya skema beasiswa yang ditawarkan untuk studi di Taiwan menjadikan
adanya lonjakan mahasiswa Indonesia di Taiwan yang hingga kini mencapai 5000
mahasiswa dari semua jenjang (S1 hingga S3).
Bagi yang mendapat
beasiswa dari pemerintah Taiwan atau pemerintah Indonesia, biasanya mereka akan
lebih memilih tinggal di luar kampus atau apartemen. Besaran beasiswanya tentu
sangat lebih dari cukup untuk hidup layak di Taiwan. Namun bagi yang menerima
beasiswa kampus, maka mau tidak mau pilihan untuk bekerja sampingan / paruh
waktu serta melakukan perubahan gaya hidup adalah kunci untuk keberlangsungan
hidup selama studi di Taiwan.
Sayangnya, nominal
yang besar dari skema beasiswa pemerintah Taiwan dan Indonesia, berimbas pada
terbatasnya jumlah penerima beasiswa ini tiap tahunnya. Sebagai contoh beasiswa
kementerian pendidikan Taiwan atau MoE
Scholarship (Di Indonesia lebih familiar dengan istilah beasiswa TETO) yang
tiap tahunnya hanya dibatasi sebanyak 30 orang penerima (untuk semua jenjang /
S1, S2, dan S3 – termasuk program belajar Bahasa mandarin). Kemudian ada
beasiswa Kementerian Sains dan Teknologi atau MOST Scholarship yang terbatas pada 30 orang awardee tiap tahunnya. Bagi dosen di Indonesia, bisa mencoba
mendaftar beasiswa BUDI-LN yang dikelola oleh LPDP maupun bagi masyarakat umum
bisa mendaftar langsung untuk beasiswa LPDP nya tersebut. Sayangnya, kuota
untuk 2 jenis beasiswa dari pemerintah Indonesia ini juga terbatas tiap
tahunnya. Sehingga membuat persaingan memperebutkan beasiswa ini cukup ketat.
Ketatnya
persaingan untuk mendapatkan beasiswa dari pemerintah (baik Indonesia maupun
Taiwan) ternyata dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk meraup keuntungan
dengan menjadi calo. Mereka bergerilya melalui kampus-kampus di Indonesia dan
menawarkan bantuan bahwa mereka kenal dan dekat dengan pejabat terkait sehingga
bisa membantu mereka mendapatkan beasiswa tersebut. Mereka tidak segan-segan
menggunakan kanal pejabat structural untuk
menawarkan jasa mereka tersebut.
Setiap calon
mahasiswa yang berminat, dimintai sejumlah uang yang nominalnya berbeda-beda. Tak
jarang nilainya mencapai jutaan rupiah. Anehnya, walaupun kuota untuk beasiswa
tersebut sangat terbatas, oknum-oknum ini justru menawarkan kepada banyak orang
dan menjanjikan bahwa mereka semua bisa lolos untuk mendapatkan beasiswa
tersebut. Saat hasil seleksi beasiswa diumumkan, tak jarang banyak yang harus
gigit jari karena namanya tidak tercantum dalam daftar penerima beasiswa. Saat ditagih,
oknum-oknum ini berdalih bahwa uang mereka tidak cukup besar untuk nyumpel para proses seleksi, lalu ada
juga yang berdalih dengan minimnya kuota, hingga persaingan yang sangat
kompetitif. Ini semua tidak lantas mengobati kekecawaan dari para calon
mahasiswa yang sudah mengeluarkan jutaan rupiah guna ikhtiar meloloskan dalam proses seleksi tersebut.
Lantas bagaimana
untuk menghadapi calo-calo beasiswa ke Taiwan seperti ini?
Langkah pertama
adalah memahami bahwa beasiswa ke Taiwan ini cukup kompetitif, baik itu
beasiswa dari pemerintah Taiwan, Indonesia, maupun dari kampus. Proses seleksi
beasiswa ini dilakukan secara professional, disaring oleh akademisi-akademisi
dan pejabat structural yang semuanya mengedapankan kualitas pelamar sehingga
nantinya calon yang lolos adalah calon yang benar-benar layak untuk mendapatkan
beasiswa tersebut. Walaupun dalam beasiswa Taiwan seleksi yang dilakukan adalah
seleksi administrative saja, namun ini bukanlah proses yang mudah. Tiap persyaratan
yang diminta akan dicek dan dinilai secara ketat oleh tim juri yang telah
ditunjuk.
Yang kedua adalah
karakter professional orang Taiwan. Orang Taiwan adalah salah satu masyarakat
yang memiliki karakter professional dalam pekerjaannya. Karakter ini dibangun
sejak puluhan tahun lalu, sehingga wajar ekonomi Taiwan mampu berkembang
sedemikian rupa, dan Taiwan menjadi salah satu negara maju di dunia walaupun
Taiwan sendiri tidak diakui sebagai negara karena kebijakan pengakuan Satu
China. Karakter professional ini lantas diwujudkan dengan menolak segala bentuk
pungutan liar, sogok menyogok, hingga KKN. Sehingga jika ada yang menyatakan
bisa menyogok professor dari Taiwan,
rasanya ini perlu dipertanyakan, mengingat tingginya integritas seorang
akademisi, maupun birokrat di Taiwan. Memang tidak semua seperti itu, namuan
karakter ini sudah mendarahdaging bagi sebagian besar orang Taiwan.
Yang ketiga adalah
logika beasiswa. Kita itu mendaftar beasiswa adalah karena kita tidak mampu
untuk membayar biaya sekolah / pendidikan tersebut. Sehingga kita perlu untuk
mendapatkan beasiswa agar kita bisa melanjutkan sekolah. Namun saat kita harus
membayar beberapa rupiah untuk mendapatkan beasiswa, rasanya logika ini jadi
tidak jalan. Saat kita mampu menyogok
itu artinya kita sebenarnya mampu secara finansial. Lantas jika mampu, kenapa
harus memakai cara sogokan?
Yang keempat
adalah terbatasnya kuota. Jika alasan membayar calo adalah untuk bisa
mendapatkan beasiswa yang jumlahnya terbatas, maka kiranya kita perlu
mendefinisi ulang apa itu calo. Calo sendiri adalah orang yang sengaja
menawarkan jasanya untuk mendapatkan sesuatu. Siapa yang ditawarkan? Ya semua
orang, karena motif utamanya adalah mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Sehingga
saat kita memutuskan untuk membayar calo, maka sebaiknya kita perlu tahu ada
berapa banyak orang yang juga memakai jasanya untuk hal yang sama. Saat ada 20
orang yang memakai jasa calo tersebut, sedangkan jumlah kuotanya hanya 5,
lantas bagaimana dengan yang 15 ini. Jangan-jangan kita sendiri masuk kedalam
yang 15 orang gagal mendapatkan beasiswa tersebut.
Jadi, bagi kita
cukuplah seandainya kita memang belum beruntung mendapatkan beasiswa pemerintah
Taiwan, maka kita bisa coba untuk mendaftar beasiswa kampus. Beasiswa ini
biasanya relative lebih banyak, karena terdiri dari berbagai macam tipe, mulai
dari yang full scholarship hingga yang parsial (membayar sebagian). Jangan
berkecil hati dengan beasiswa kampus, walaupun parsial sekalipun. Bagi kita
yang beragama, kita percaya bahwa ada Dzat yang selalu menjamin rezeki
ciptaan-Nya bagi mereka yang mau berusaha. Dengan segala keterbatasan yang ada,
Taiwan memberikan kemudahan bagi setiap mahasiswa asing untuk bekerja paruh waktu
disini. Jika mau memanfaatkan peluang-peluang ini, maka tak ada bedanya kita
dengan yang menerima beasiswa Taiwan, dilihat dari sisi nominal. Bahkan bagi
yang harus bekerja demi menutupi biaya kuliahnya di Taiwan, ada rasa kepuasaan
tersendiri saat kita menerima ijazah kelak. Ada kebanggan akan peluh keringat
usaha yang menjiwai lembaran kertas penanda kelulusan tersebut. Dan tentunya
ada untaian do’a dalam tiap bait kata yang tertulis disana agar kelak
pengalaman selama di Taiwan akan berguna.
Tags:
Formosa
0 komentar