MUHAMMADIYAH SEBAGAI BIG DATA ; UNTUK APA?

Baca Juga

Di salah satu group perpesanan yang saya ikuti, pernah terlontar sebuah percakapan yang menyebut bahwa Muhammadiyah adalah sebuah big data. Namun tak banyak kemudian menanggapinya. Padahal jika ini kita bahas, sesungguhnya ini adalah nilai lebih dari Muhammadiyah yang kini memasuki abad kedua. Banyak orang yang bisa jadi masih awam dengan istilah big data ini, atau justru sudah tahu namun tidak perduli atau tidak mau menyangkutpautkannya pada Muhammadiyah. Sesungguhnya jika mimpi [begitu saya ucapkan] big data ini bisa diwujudkan untuk mencapai tujuan Muhammadiyah, maka Muhammadiyah akan bisa mengambil peran signifikan untuk ikut terlibat dalam pengentasan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat.


Namun sebelum kita berbicara lebih jauh tentang ini, ada baiknya saya coba sedikit menyitir dari beberapa sumber terkait penjelasan tentang big data secara umum agar ada penyamaan konsepsi tentang apa itu big data.

***

Istilah Big Data masih terbilang baru dan sering disebut sebagai tindakan pengumpulan dan penyimpanan informasi yang besar untuk analisis. Fenomena Big Data, dimulai pada tahun 2000-an ketika seorang analis industri Doug Laney menyampaikan konsep Big Data yang terdiri dari tiga bagian penting, diantaranya:

Volume. Organisasi mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk transaksi bisnis, media sosial dan informasi dari sensor atau mesin. Di masa lalu, aktivitas semacam ini menjadi masalah, namun dengan adanya teknologi baru (seperti Hadoop) bisa meredakan masalah ini.
Kecepatan. Aliran data harus ditangani dengan secara cepat dan tepat bisa melalui hardware maupun software. Teknologi hardware seperti tag RFID, sensor pintar lainnya juga dibutuhkan untuk menangani data yang real-time.
Variasi. Data yang dikumpulkan mempunyai format yang berbeda-beda. Mulai dari yang terstruktur, data numerik dalam database tradisional, data dokumen terstruktur teks, email, video, audio, transaksi keuangan dan lain-lain.

Selain tiga bagian penting tersebut, para peneliti Big Data juga menambah bagian yang termasuk penting lainnya seperti variabilitas dan kompleksitas.

Variabilitas. Selain kecepatan pengumpulan data yang meningkat dan variasi data yang semakin beraneka ragam, arus data kadang tidak konsisten dalam periode tertentu. Salah satu contohnya adalah hal yang sedang tren di media sosial. Periodenya bisa harian, musiman, dipicu peristiwa dadakan dan lain-lain. Beban puncak data dapat menantang untuk analis Big Data, bahkan dengan data yang tidak terstruktur.

Kompleksitas. Hari ini, data berasal dari berbagai sumber sehingga cukup sulit untuk menghubungkan, mencocokan, membersihkan dan mengubah data di seluruh sistem. Namun, Big Data sangat dibutuhkan untuk memiliki korelasi antar data, hierarki dan beberapa keterkaitan data lainnya atau data yang acak.
 
Ilustrasi (Photo : RetailerNOW)
Kehadiran Big Data selalu dikaitkan dengan big disruption. Disadari atau tidak, pengaruh Big Data sudah masuk hingga hal-hal bersifat pribadi, misalnya penggunaan media sosial. Saat kita melihat-lihat sebuah produk di internet, katakanlah produk furniture, produk yang sama juga akan muncul saat kita membuka Facebook. Ini bukanlah suatu kebetulan. Seluruh informasi yang diciptakan individu, perusahaan, dan organisasi di dunia terangkum dalam Big Data.


Big Data punya peran besar dalam optimalisasi produk dan pasar. Penggunaan internet yang begitu massive membuat organisasi tak bisa lagi hanya mengandalkan langkah-langkah pemasaran yang lama dan tradisional untuk tetap bertahan. Diperlukan metode terkini untuk menyeimbangkan kondisi pasar, yaitu Big Data. Organisasi perlu melihat Big Data sebagai suatu keharusan, karena Big Data mampu mengolah dan merangkum data dari sumber manapun, yang tentunya dibutuhkan untuk kelangsungan setiap organisasi.

***

Muhammadiyah sebagai organisasi tertua di Indonesia yang masih eksis hingga saat ini, memiliki jutaan anggota, ribuan unit usaha, serta sebuah mimpi menjadikan umat Islam sebagai umat yang maju dan berkemajuan. Bagi sebagian orang, Muhammadiyah mungkin hanya dianggap sebagai organisasi yang memiliki angka-angka unit usaha terbesar di Indonesia, bahkan terbesar di dunia. That’s it. Namun bagi sebagian yang lain, angka-angka yang hadir dari keberadaan Muhammadiyah ini sebenarnya adalah sebuah harta karun untuk mengentaskan pekerjaan-pekerjaan rumah yang ada di Indonesia.

Bisa dibayangkan bagaimana warga Muhammadiyah, Amal Usaha Muhammadiyah, serta seluruh gerak Muhammadiyah tiap harinya menciptakan data-data baru yang hingga saat ini, sayangnya masih sporadis. Sebagai contoh misalkan dengan adanya 2.119 rumah sakit, rumah bersalin, rumah sakit ibu dan anak, klinik kesehatan, balai pengobatan, dan fasilitas-fasilitas kesehatan lain yang dimiliki oleh Muhammadiyah, sesungguhnya ini adalah sebuah lahan tambang untuk data-data kesehatan masyarakat Indonesia. Setiap hari, jutaan data baru tercipta dari sector kesehatan di Muhammadiyah.

Peneliti kesehatan saat ini memiliki tren memanfaatkan data-data sekunder untuk dianalisis dan membuat hipotesa-hipotesa baru untuk menuntaskan masalah di bidang kesehatan. Sebagai contoh misalkan, di beberapa kampus kesehatan di Indonesia, sudah lazim menggunakan data Riskesdas yang dibuat oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan. Mereka menggunakan data riskesdas untuk berbagai riset, baik itu riset kualitatif maupun kuantitatif. Data riskesdas ini sayangnya hanya bisa diupdate tiap 5 tahun sekali, karena pelaksanaannya menunggu anggaran dari pusat. Sehingga di era yang semakin membutuhkan update data secara cepat, data riskesdas kurang komprehensif dilihat dari sisi waktu.

Nah, seandainya data kesehatan dari simpul amal usaha Muhammadiyah bidang kesehatan ini bisa didigitalisasikan, maka tanpa harus menunggu data dari pemerintah, para peneliti kesehatan di lingkup Muhammadiyah bisa memanfaatkan data-data ini yang tersimpan secara rapih sebagai sebuah big data kesehatan Muhammadiyah. Bisa dibayangkan, kedepan nantinya banyak penyakit maupun wabah yang bisa segera diantisipasi dan ditemukan solusinya karena adanya big data ini sebagai basis data untuk merumuskan, menyimpulkan dan membuat sebuah kebijakan.

Lain kesehatan, lain pula di bidang pendidikan. Dengan jumlah perguruan tinggi yang mencapai 171 perguruan tinggi, 4.623 Taman Kanan-kanan dan Alquran, 2.252 SD / MI, 1.111 SMP / MTs. 71 Sekolah Luar Biasa, dan 1.291 SMA / MA / SMK yang tersebar di seluruh Indonesia, membuat data dari sector pendidikan di Muhammadiyah ini cukup seksi jika bisa dikumpulkan dan dibuat menjadi sebuah big data.

Tiap hari, jutaan data baru tentang pendidikan dibuat oleh amal usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan. Baik itu tentang perilaku peserta didik, nilai, perputaran biaya pendidikan, hingga sebaran kualitas dan infrastruktur pendidikan. Jika selama ini beberapa pihak menyatakan sulit untuk membuat analisa tentang pendidikan di Indonesia akibat ketidakpaduannya data yang ada, maka seandainya data-data pendidikan Muhammadiyah ini bisa [lagi-lagi] didigitalisasikan dan dibuat padu menjadi sebuah big data pendidikan Muhammadiyah, maka tak pelak kedepan penelitian akan pendidikan bisa mengacu pada data ini salah satunya. Dan tentunya data ini bisa dimanfaatkan oleh para pengambil kebijakan di level Top Manager Muhammadiyah sebagai data dasar untuk analisis pembuatan kebijakan. Sehingga diharapkan, kebijakan Muhammadiyah akan pendidikan di sekolah-sekolah Muhammadiyah akan tepat sasaran karena menggunakan basis data yang komprehensif, nyata, dan terbaru. Dengan pemanfaatan data ini, bisa jadi sekolah-sekolah Muhammadiyah tidak lagi menjadi sekolah kelas duanamun menjadi sekolah favorit bagi masyarakat karena bisa menjawab pertanyaan masyarakat tentang sekolah yang mampu menghadirkan solusi untuk menghadapi tantangan zaman dan menjadi sekolahnya generasi milenial, bukan sekolah yang tertinggal 2 abad karena materi, kurikulum dan cara belajarnya yang out of date.

***

Selama ini Muhammadiyah melalui Majelis Pustaka dan Informasinya sebenarnya sudah berusaha untuk membuat data terpadu terkait banyak hal, bukan hanya sekedar data kuantitas. Prasarana yang dibutuhkan sudah dibuat beberapa tahun yang lalu, melalui database persyarikatan. Namun pada implementasinya, pembuatan big data ini mengalami kendala karena banyaknya structural Muhammadiyah yang tidak tahu bahkan tidak mau tau tentang pentingnya pembuatan data ini.

Padahal di era disruptif seperti saat ini, data adalah senjata ampuh untuk bisa merebut pasar, membuat kebijakan tepat sasaran, serta analisis potensi-potensi [positif maupun negative] dari organisasi. Rasanya kita belum lupa bagaimana hari-hari kemarin lini media social kita dihebohkan oleh skandal pembocoran data pengguna facebook yang kemudian dimanfaatkan oleh Cambridge Analytica untuk memainkan isu penting saat pemilu Amerika Serikat tahun lalu. Disini orang boleh saja menyepelekan data dari sebuah media social gratisan paling populer di dunia. Namun faktanya Donald Trump yang menurut beberapa survey awalnya memiliki elektabilitas rendah, justru bisa membalikkan keadaan hanya karena bisa memanfaatkan data dari facebook yang kemudian dianalisis ini. Disinilah kita bisa mengetahui bagaimana kekuatan sebuah data besar bisa merubah keadaan yang ada.
 
Contoh salah satu Data yang dimiliki oleh Muhammadiyah (Photo : website Muhammadiyah)
Kembali ke permasalahan data di Muhammadiyah, hingga saat ini, data-data di Muhammadiyah banyak yang masih sporadis, menyebar di tiap structural / level pimpinan Muhammadiyah. Kebanyakan mungkin hanya berupa data kuantitatif, belum pada data yang lebih komprehensif. Namun seandainya ini bisa di jadikan lebih padu, maka bukan tidak mungkin amal-amal usaha Muhammadiyah kedepannya akan lebih maju, warga-warga Muhammadiyah akan semakin berdaya, dan Muhammadiyah mampu mewujudkan cita-citanya untuk memajukan masyarakat dan umat.

***
Pentingnya big data bagi Muhammadiyah tidak berkisar pada berapa data yang dimiliki, namun juga bagaimana semua level pimpinan Muhammadiyah dan segenap unsur Muhammadiyah menggunakan data yang telah dikumpulkan. Semakin efisien kita menggunakan datanya, semakin bermanfaat pula untuk Muhammadiyah secara umum. Amal-amal usaha maupun pengambil kebijakan di Muhammadiyah dapat mengambil data dari sumber manapun dan menganalisisnya untuk menemukan jawaban yang memungkinkan. Ada beberapa hal yang menjadi keuntungan bila Muhammadiyah memiliki bigdata, seperti :

  1. Penghematan Biaya. Beberapa alat big data seperti berbasis Cloud dapat membawa keuntungan biaya bagi organisasi bila jumlah data disimpan semakin banyak, dan alat ini juga membantu mengidentifikasi cara kerja yang lebih efisien, sehingga akan sangat bermanfaat untuk amal-amal usaha Muhammadiyah maupun structural pimpinan Muhammadiyah.
  2. Mempercepat proses atau efektif. Kecepatan alat yang tinggi dalam memori dapat dengan mudah mengidentifikasi sumber data baru yang membantu organisasi menganalisis data dengan cepat dan membuat keputusan cepat berdasarkan pembelajaran.
  3. Dapat memahami kondisi masyarakat. Dengan menganalisa big data. Muhammadiyah bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi masyarakat saat ini.
  4. Mengkontrol reputasi online. Alat data yang besar bisa melakukan analisis secara kompleks. Karena itu, kita bisa mendapatkan umpan balik (feedback) bagaimana masyarakat memandang keberadaan Muhammadiyah melalui amal-amal usahanya.


Secara umum, adanya big data bagi Muhammadiyah akan membuat cara kerja Muhammadiyah di semua jenjang menjadi lebih efektif dan efisien. Muhammadiyah akan semakin bisa memacu kerja-kerja amalnya melalui unit usahanya untuk terus merespon secara cepat dinamika dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat. Kehadiran Muhammadiyah di sebuah wilayah tentu bukan tanpa alasan dan tantangan, sehingga perlu adanya kesinambungan kebijakan yang tepat sasaran dan bisa menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Muhammadiyah di masa lalu mungkin bagi sebagian orang dianggap sebagai sebuah aliran tersendiri dalam Islam yang berbeda dari mayoritas kultur masyarakat saat itu. Namun Muhammadiyah di masa sekarang dan masa mendatang, harus bisa merubah paradigma itu menjadi organisasi dan gerakan modern yang tidak sekedar mengurusi masalah-masalah agama saja, namun hadir sebagai jawaban atas masalah yang dihadapi oleh masyarakat di berbagai sector. Dan Muhammadiyah di masa mendatang harus menjadi salah satu actor yang menjadikan Indonesia negeri yang baldatun thayyibatun warrabun ghoffur. Semoga !!!

------------------------------------------
Sumber Bacaan : 1 dan 2

Share:

3 komentar

  1. Big Data Muhammadiyah bila dibangun dengan serius akan menjadi salah satu kekuatan baru yang bisa mempercepat persyarikatan dalam mewujudkan masyarakat yang lebih amar ma'ruf nahi munkar dengan catatan selalu berorientasi paa TUJUAN YANG JELAS, baik jangka panjang, menengah dan pendek. Walau demikian tetap harus dibatasi sebab adakalanya secara personal perlu ruang privat yang tidak selalu perlu diketahui banyak orang semisal seorang ustad kaliber nasional yg perlu istirahat (sedang sakit di salah satu RS Muhammadiyah) tidak perlu terganggu berbagai ping dan kring apalagi kunjungan para jamaahnya ribuan orang.

    BIG DATA MUHAMMADIYAH bukan segalanya tapi semoga tetap menjadi alat mencapai tujuan bermuhammadiyah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga "mimpi" ini bisa segera terwujud untuk menjadi katalisator misi2 Muhammadiyah di berbagai bidang

      Hapus
  2. Saya yakin Muhammadiyyah bisa. Tahap awal penggunaan server besar utk menampung data. pendisiplinan rantai komando, misal di sekolah2 dan rumah sakit menggunakan 1 host email, dilengkapi dgn password utk tiap admin/penanggjawab akan mempermudah komunikasi antar usaha,keseragaman user misal sdmuh1_xxyy (xx kode prop, yy kode kab).. Dst dst.. Muhammadiyah hrs punya tim IT yg bs membangun aplikasi entry data misal data2 murid, utk rumkit basis data dan keterangan pasien, lama pengobatan dsb dsb.. Di anak usaha jg hrs punya operator yg bertugas entry data secara kontinue tergantung permintaaan pusat. Survey2 pun dpt dilakukan kepada orgtua murid maupun pasien. Maju terus Muhammadiyah.

    BalasHapus