SEMUA AKAN PNS PADA WAKTUNYA
Baca Juga
Hari-hari ini,
media social kita diramaikan dengan pengumuman peneriman calon pegawai negeri
sipil (CPNS) yang baru saja diumumkan secara resmi oleh pemerintah. Tak tanggung-tanggung,
ada 17.928 formasi yang ditawarkan yang terdiri dari 17.428 untuk formasi di
kementerian/lembaga pemerintah tingkat pusat dan 500 formasi untuk penempatan
di Kalimantan Utara sebagai Daerah Otonom Baru (DOB). Setelah 3 tahun tidak ada
penerimaan CPNS, tentu pengumuman ini bak oasis di padang pasir. Mak Nyessssss………………..
Saya yakin banyak
dari kita, walaupun saat ini sudah berstatus bekerja, pasti sedikit melirik
tentang penerimaan ini. Minimal membuka alokasi formasi yang ada, alih-alih mau
menyebarkan informasi kepada saudara, teman, maupun tetangga. Sah-sah saja
kalau itu, toh menjadi PNS adalah
pekerjaan halal yang menjadi idaman bagi banyak orang. Idaman? yes………. Ini pekerjaan Idaman.
![]() |
Ilustrasi (Sumber : Istimewa) |
Saat penerimaan
CPNS tahun 2014, banyak cerita-cerita masyarakat yang saya dapat yang membuat
saya semakin yakin bahwa negeri ini tidak akan roboh apalagi bubar Karena kekurangan
aparatur negara. Ini disebabkan karena masih banyak rakyatnya yang ingin
menjadi abdi negara. Bayangkan,
disaat negara lain sedang ketar-ketir
membujuk kaum mudanya untuk menjadi abdi negara, di Indonesia, tanpa promosi
atau pasang iklan, pelamarnya membludak. Bahkan kadang sampai tidak masuk akal,
antara jumlah pelamar dengan jumlah formasi yang dibutuhkan. Perbandingannya
bisa mencapai 300 : 1 yang artinya setiap 300 orang yang mendaftar, hanya diterima
1 orang saja, Kebayang dong gimana
tingginya semangat pengabdian warganya.
Tapi dari itu
semua, ada saja sebagian orang yang kadang masih agak nyinyir dengan berjejalnya pelamar CPNS tiap dibuka. Menurut
sebagian orang, mereka-mereka yang mendaftar CPNS adalah orang pemalas yang
hanya ingin gaji buta tiap bulan dengan
kerja enak. Kata siapa mereka pemalas? Coba lihat bagaimana repotnya jadi PNS harus
perjalanan dinas keluar kota terus tiap bulan. Mereka itu rela lho meninggalkan anak istri demi
menjalankan kewajibannya sebagai abdi negara. Bahkan saat masa-masa penyusunan
anggaran atau pelaporan anggaran, mereka rela sampai ada yang harus nginep di kantor atau hotel demi
menyelesaikan dan menyiapkan draft anggaran tersebut. Selain juga nginep di
hotel Karena harus mlipir menghindari
oknum-oknum LSM dan Wartawan nakal
yang suka njawe-njawe.
Coba bandingkan
dengan mereka-mereka yang bekerja di perusahaan swasta, bank, atau perusahaan
asing. Pakai dasi, kadang pakai jas, disertai penampilan yang selalu klimis. Ah….. Beda jauh. Duduk manis
tiap hari di depan computer, di ruang ber-AC dan pulang selalu tepat waktu. Lebih Enak To?
Lain cerita juga
dengan perjuangan untuk melamar menjadi CPNS. Pernah satu waktu saya berdiskusi
dengan salah seorang manajer bank pemerintah yang sudah lama pindah-pindah
propinsi untuk penempatan kerja. Beliau menceritakan bahwa saat musim
penerimaan CPNS, maka angka penggadai tanah, kebun, sawah, atau apapun yang
bisa digadaikan, akan meningkat drastis di perbankan. Mereka ramai-ramai
meminjam dana dari bank yang kadang nominalnya cukup fantastis. Bayangkan,
hanya untuk menjadi seorang abdi negara
dengan gaji awal 2 juta saja, mereka rela merogoh kocek lebih dalam. Hanya demi sebuah pengabdian. Sungguh beruntung
memang Indonesia ini punya rakyat yang semilitan
itu untuk mengabdi.
Saya punya seorang
teman, warga negara Taiwan. Dia adalah PNS disini yang sudah cukup lama mengabdi
sebagai peneliti di pusat penelitian tumbuhan di Taiwan. Satu waktu saya
berkesempatan satu mobil dengannya saat mengikuti kunjungan industry. Dia
banyak bercerita tentang hidupnya, salah satunya adalah pekerjaannya sebagai
PNS. Dia mengatakan bahwa di Taiwan, PNS bukanlah pekerjaan idaman. Menjadi
seorang PNS artinya harus siap hidup sederhana, jangan pernah mengharap menjadi
orang gedongan. Gajinya dihabiskan
setengahnya untuk menyicil apartemen sederhana bagi keluarganya. Selebihnya untuk
makan dan kebutuhan sehari-hari. Tak pernah sisa. Dulu ia mendambakan bahwa
menjadi PNS itu akan menjamin masa tuanya. Nyatanya tidak. Ditengah kelesuan
ekonomi yang sedang melanda Taiwan, pemerintah Taiwan berencana membuat
kebijakan meniadakan gaji pensiun. Itu artinya, setelah berumur 65 tahun (batas
umur pensiun di Taiwan), maka pemerintah hanya akan membayar semacam pesangon saja. Kebijakan ini diambil
untuk menyelamatkan anggaran negara yang sedang terguncang karena kelesuan
ekonomi yang sedang terjadi. Di Taiwan sendiri, generasi mudanya lebih memilih
menjadi seorang pebisnis, atau bekerja di perusahaan swasta. Walaupun tidak ada
jaminan mendapatkan gaji pensiun, namun mereka berkeyakinan bahwa membangun kerajaan bisnis jauh lebih penting Karena
itu berarti mereka tidak akan menggantungkan nasibnya pada orang lain. Asal mereka
giat, maka passive income akan masuk ke rekening tiap
bulannya. Tapi ini bukan MLM lho ya……..
Baca juga : Surat Untuk Sarjana Muda
Kembali ke cerita
di Indonesia. Biasanya, saat orang sekolah / kuliah, ada sebersit keinginan
untuk bisa segera kerja. Alasannya sederhana, mereka sudah lelah belajar dan
mempelajari teori-teori yang kadang banyak absurd
nya. Yang ada dalam bayangan mereka, tiap hari bekerja, pakaian rapih/berseragam,
menenteng map dan mencium kening istri pas mau berangkat kerja. Duh romantisnya #Eh. Mereka tak perlu
lagi memikirkan tugas-tugas kuliah, karya tulis, makalah, dan segepok soal yang
entah darimana jluntrungannya. Dan
banyak dari mereka-mereka ini (termasuk saya dulu…. Hahaha) membayangkan bahwa
untuk mendaftar kerja, cukup berpakaian rapih, nenteng map, dan jawaban-jawaban wawancara yang terstruktur. Tidak
perlu lagi menghafal rumus-rumus
matematika, atau membaca buku 1001 Cara
Sukses Menjawab soal tes CPNS. DIJAMIN LOLOS !!. Simpel kan?
Berbeda dengan
mereka yang mau melamar menjadi CPNS. Tak jarang bahkan sampai ada yang
mengambil kelas privat yang biayanya kadang melambung tinggi di musim-musim
seperti ini. Atau minimal punya buku seperti di atas yang harganya cukup wow Karena kadang di bundling dengan CD latihan soal lengkap
simulasi aplikasi CAT yang digunakan. Padahal itu baru persiapan, belum saat
tesnya yang kadang bikin gak nafsu
makan 3 hari 3 malam. Ini demi sebuah PE-NGAB-DI-AN.
Bahkan, bagi mereka yang sudah bergelar sarjana, dibela-belain menjadi honorer
sembari menunggu dibukanya pendaftaran CPNS. Sekali lagi, ini demi sebuah PE-NGAB-DI-AN. Titik !!
Menjadi seorang
PNS itu adalah sebuah pekerjaan mulia, Karena disana terikat SUMPAH JABATAN yang
mengikat seumur hidup. Disana tertulis, Bahwa saya (sebagai PNS), akan
senantiasa menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah, dan Martabat
Pegawai Negeri, serta akan senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada
kepentingan saya sendiri, seseorang atau golongan. Bahwa saya (sebagai PNS),
akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
Negara. Hidup matinya pokoknya
untuk negara dan bangsa. Kepentingan keluarga, golongan, apalagi pribadi adalah
nomor buncit yang malah bisa dihapus dari daftar urutan prioritas. Duh jan……..
Tapi dibalik itu semua, setinggi apapun pekerjaan
seseorang saat ini, atau sebesar apapun gaji mereka saat ini sebagai non PNS, ada
terbersit keinginan untuk menjadi seorang abdi
negara. Disana tersemai sebuah rasa patriotisme, nasionalisme, dan cinta
tanah air yang begitu mendalam. Bayangkan bahwa menjadi seorang abdi negara
berarti menjadi pelayan masyarakat, menjadi ujung tombak pembangunan negara,
dan menjadi-menjadi lainnya, tak perduli berapapun apresiasi yang diberikan oleh negara. Istimewa bukan?
Dan akhirnya, jangan pernah sekali-sekali mencibir
mereka yang saat ini tengah berjibaku melamar menjadi seorang abdi negara. Kita
mungkin suatu saat akan seperti mereka. Karena semua akan PNS pada waktunya #Eh…………
Tags:
Nusantara
2 comments
Bagus ... 👍👍👍
BalasHapusTerimakasih
Hapus