DIPLOMASI [KUAH] MIE INSTAN
Baca Juga
"Mas, kita mampir dulu ke Toko Indo ya sebelum
pulang"
"Mau ngapain? Bukannya semua sayuran dan bumbu
sudah dibeli di pasar tadi?"
"Ini mau beliin
Mie Instan untuk teman lab. Dia lagi selera makan mie instan beberapa hari ini.
Lalu pas aku tanya udah pernah nyoba makan mie instan Indonesia belum, dia
bilang belum pernah. Padahal katanya, dia sudah pernah nyoba mie instan dari Thailand, Vietnam, Malaysia, Korea, Jepang,
dan Taiwan sendiri. Jadi aku ingin mengenalkan mie instan dari Indonesia ke
dia"
"Owh
gitu. Bukannya Mie Instan Indonesia yang disini itu yang Quality Export (QE) ya? Dan rasanya kurang greget kalau mie instan Indonesia yang QE?"
"Yah
mendinglah rasanya, walaupun yang QE. Aku ingin dia merasakan tentang rasa
makanan Indonesia"
"Loh kalau ingin mengenalkan makanan Indonesia,
apa tidak lebih baik kamu bawa saja itu anak ke Toko Indo. Kan bisa langsung
mencoba yang aslinya"
"Nantilah kalau itu. Aku ingin mengenalkannnya
mulai dari mie instan. Dari rasa kuahnya. Karena seyogyanya semua
masakan/makanan itu berpusat pada kuah. Mau masak apapun, yang dicoba pertama
kali saat mencicip adalah kuahnya kan?"
***
Indonesia ini selain kaya akan tempat-tempat wisata
yang indah, juga kaya akan cita rasa kulinernya. Setiap daerah, setiap suku,
punya kulinernya yang khas dan enak. Tengok saja Mie Aceh, Rendang, Pecel, Sate
Ayam/Kambing, Gudeg, Ketoprak, dan ratusan kuliner lainnya. Tak ayal, tiap
akhir pekan hampir di setiap stasiun televisi di Indonesia menayangkan acara
yang mengupas tentang kuliner dari berbagai daerah di Indonesia. Jika kita
membandingkannya dengan negara lain, jarang saya menemui sebuah negara dengan
kekayaan kuliner sebanyak di Indonesia. Sesuatu yang patut kita syukuri dan
lestarikan.
Dari kekayaan kuliner tersebut, pada tahun 1968 tercetuslah
ide untuk meramu aneka masakan tersebut menjadi mie instan. Ya, mie instan,
sebuah penemuan terhebat abad 20 yang aslinya berasal dari Jepang. Untuk
memudahkan masyarakat mencicipi berbagai rasa kuliner di Indonesia, maka
dibuatlah mie instan dengan aneka macam bumbu. Sebut saja Mie Instan Goreng,
Mie Instan rasa Rendang, Mie Instan rasa Kari Ayam, Mie Instan rasa Bakso, Mie
Instan rasa Sate Ayam, Mie Instan rasa Soto dan masih banyak lagi. Semua itu
pada dasarnya sama, yaitu mie instan. Hanya kuahnya saja yang berbeda rasa.
Keunggulan rasa dari mie instan Indonesia membuatnya
mendunia. Tercatat lebih dari 100 negara di dunia mengedarkan mie instan dari
Indonesia. Ini menjadikan Indonesia sebagai negara produsen mien instan
terbesar di dunia. Dan dari beberapa kali survei, Indomie Goreng menjadi yang
teratas paling digemari di lebih dari 20 negara di dunia. Ini menjadi sebuah
kebanggaan lain tentang bagaimana Indonesia sukses menjadikan produk-produk
makanannya sebagai alat diplomasi.
Keunggulan mie instan Indonesia yaitu menghadirkan berbagai
macam rasa makanan khas Indonesia tanpa harus membeli masakannya langsung,
cukup merasakannya melalui mie instan dengan aneka rasa tadi, membuatnya
menjadi "Kelezatan Semu".
Kita seolah-olah sudah pernah merasakan masakan tersebut, padahal kenyataannya
kita hanyalah makan sebuah mie instan yang diberi bumbu khusus. Bagi orang
Indonesia, tentu kita sudah mafhum dan memakluminya. Namun bagi orang asing,
tentu mencoba "Kelezatan Semu" ini sebenarnya adalah sebuah
kenikmatan tersendiri. Walaupun saat mereka mencoba masakannya yang asli,
mereka akan sedikit mengernyitkan dahi karena merasakan sesuatu yang berbeda
dengan yang ia rasakan saat makan mie instan tadi. Dengan mie instan, mereka
mencoba dibuat yakin bahwa mereka seolah-olah telah merasakan masakan Indonesia.
Tapi itu hanya mie instan, bukan yang sebenarnya.
![]() |
Mie Instan merek Indomie terpajang di salah satu rak di swalayan di Taiwan (Sumber : Dokumentasi Pribadi) |
Melaui mie Instan, Indonesia menjadi lebih dikenal di
dunia. Jika dalam obrolan anak HI,
kita mengenal istilah diplomasi meja makan, diplomasi bencana, diplomasi golf,
dan diplomasi-diplomasi lainnya, maka mie Instan kini disadari atau tidak juga
menjadi salah satu alat diplomasi yang cukup efektif.
Di beberapa negara, mie instan dari Indonesia
mengalami beberapa penyesuaian bahan dan komposisi mengikuti aturan di negara
tersebut, seperti yang pernah terjadi di Taiwan pada tahun 2010. Namun
perubahan komposisi tersebut tidak lantas menjadikan mie instan Indonesia
kurang popular, justru menjadikannya semakin digemari. Dalam beberapa
kesempatan menemani istri pergi ke swalayan di Taiwan, saya menjumpai
orang-orang Taiwan memborong mie instan sampai satu dus bayaknya. Padahal, mie
instan di swalayan Taiwan tidak dijual per kardus, melainkan per biji. Bagi
mereka yang tahu lokasi toko-toko Indonesia di Taiwan, tentu mereka lebih senang
berbelanja disana karena bisa membeli mie instan dengan aneka rasa, tidak
seperti di swalayan Taiwan yang hanya menjual mie instan goreng saja.
Bagi saya pribadi, melihat banyaknya orang Taiwan yang
menggemari mie instan dari Indonesia adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Di
bungkus mie instan tersebut, produsen tidak hanya mencantumkan nama merek
dagang / produk mereka saja, melainkan menuliskan nama Indonesia juga sebagai
identitas produk mereka. Jadi misal kalau mie Instan di Indonesia mereknya
hanya Ind*mie, maka disini akan ditulis “Mie Instan Indonesia ; Ind*mie” dan
ditulis dalam karakter huruf Taiwan. Sehingga para pembeli akan mudah mengingat
Indonesia dari produk yang mereka beli.
Dalam satu waktu di bulan Maret 2013, di suatu convenience store terkenal di Taiwan,
kasir dan pramusaji disana bertanya asal negara saya. Waktu itu saya tidak
menyebut negara, hanya mencoba menunjuk badge
bendera merah putih di jaket yang saya kenakan. Mereka pun garuk-garuk kepala menandakan ketidaktahuannya. Kemudian saya coba
mengambil mie instan merk Ind*mie di
rak jualan dan menunjukkan padanya, seketika itupula raut wajah mereka berubah,
menandakan bahwa kini mereka tahu saya berasal darimana.
Kadang kita memahami konteks diplomasi itu dalam tataran
formal semata. Kita lebih banyak memaknai diplomasi itu dalam arti yang kaku.
Padahal proses diplomasi itu akan jauh lebih besar dampaknya saat ia bisa luwes
ketika bersentuhan dengan masyarakat yang dituju. Dulu, saat di bangku kuliah,
instruktur table manner saya pernah
berkata, bahwa 80% keberhasilan diplomasi dan negosiasi berada di meja makan.
Orang akan lebih luwes dan berbicara
lepas saat berada di meja makan. Sehingga banyak kesepakatan tercapai melalui
cara ini. Dan itu yang sedang dimainkan perannya melalui mie instan dari Indonesia.
***
Terkadang banyak dari kita berpikir terlalu berat dan ketinggian saat berbicara tentang
bagaimana mengenalkan Indonesia kepada orang luar. Biasanya yang terlintas
dalam pikiran kita adalah membuat festival kuliner Indonesia, membuat sebuah
pagelaran budaya Indonesia di lapangan terbuka / di mall, ataupun presentasi berjam-jam
tentang Indonesia. Padahal yang datang mungkin hanya segelintir saja.
Seandainya kita mau coba lebih luwes
dan gampangan, kita bisa mengenalkan
Indonesia dengan gaya dan kebiasaan kita sehari-hari, salah satunya melalui mie
instan dari Indonesia [yang sudah menjadi makan keseharian kita sebagai anak kos, terutama saat akhir bulan #Eh] yang nyatanya justru lebih efektif.
Jadi, diplomasi itu mudah kan?
Tags:
Formosa
4 comments
betul ya mie instan di indo kaya rasa bayangkan saj jenis kulinernya saja banyak
BalasHapusIni menjadi modal untuk mengenalkan Indonesia dengan segala kekayaan dan khazanah sosial masyarakatnya
Hapuswihhh invasi mie intan indonesia keluar negeri keren juga yakh. Jadi bisa dibuat mengenalkan produk indonesia di sana.
BalasHapusKeluwesan cara berdiplomasi :D
Hapus