TOLERANSI ITU [?]

Baca Juga

Dalam diskusi kelas kemarin, Professor saya menyebut tentang bagaimana muslim sangat dihormati di beberapa kampus di Taiwan.

Beberapa tahun yang lalu, saat mahasiswa Indonesia mulai banyak yang mengambil studi di Taiwan, terjadi juga peningkatan jumlah mahasiswa muslim disini. Dalam aktifitasnya di kelas-kelas ilmiah maupun laboratorium, seringkali dijumpai mahasiswa muslim yang mohon izin untuk sholat. Dan mereka biasanya sholat di pojokan kelas atau laboratorium. Melihat aktifitas ibadah rutin muslim ini, beberapa kampus kemudian membuatkan mushola (begitu kami menyebutnya ; aslinya sebuah ruangan khusus untuk muslim dalam beribadah). Walaupun jumlah mahasiswa muslim dalam satu kampus kadang tidak terlalu signifikan, namun bagi pihak kampus, membuat ruangan ibadah tersendiri bagi mereka adalah sebuah bentuk penghormatan dan penghargaan bagi mahasiswa mereka yang muslim.


Selain itu professor juga sempat menyinggung tentang kenaikan jumlah muslim di Taiwan (dari orang Taiwan sendiri). Jumat yang lalu, saya secara tidak sengaja bertemu seorang tentara Taiwan yang sedang sholat jumat di Masjid Taichung. Ini adalah kali pertama bagi saya melihat tentara muslim di Taiwan. Di kesempatan yang lain, saya juga melihat bahwa seiring bertumbuhnya populasi muslim di Taiwan (pendatang maupun pribumi), Pemerintah Taiwan melihat bahwa perlu dibuat semacam tempat ibadah tersendiri di tempat-tempat umum. Ini melihat banyaknya muslim yang kesulitan dalam beribadah di tempat umum, alhasil mereka terkadang harus sholat di tempat umum dengan disaksikan orang-orang. Sehingga, saat ini pemerintah Taiwan mulai concern membangun tempat ibadah muslim di sarana-sarana publik.

Toleransi, penghormatan, dan penghargaan bagi pemeluk agama lain disini berjalan dengan baik. Masing-masing saling menghormati dan menghargai untuk menjalankan ibadahnya. Di kampus saya, ada seorang Muslim dari satu negara yang beraliran syiah. Saat diajak sholat 5 waktu, ia mempersilahkan untuk kami duluan. Ia biasanya sholat sendirian setelah kami selesai. Bagi kami, ini adalah salah satu bentuk "real" dari toleransi yang kami temukan dalam lingkungan kami saat ini. Kami tidak perlu mengkafir-kafirkan ataupun menyalahkan apa yang menjadi keyakinan masing-masing. Semua saling menjaga dan menghormati.

Perihal bahwa kami harus mendakwahi orang lain, itu adalah hal yang lain. Dakwah itu adalah mencontohkan dan menggembirakan. Dakwah itu bukanlah cara untuk saling hujat sana sini membenarkan apa yang menurutnya benar. Bukankan dakwah itu untuk mengajak kebaikan? Jadi sudah seharusnya dakwah itu dilakukan dengan cara yang baik pula. Bukan begitu?



Share:

0 komentar