SKRIPSI DAN THESIS ITU [TIDAK] MENGASYIKKAN

Baca Juga

Berbicara mengenai tugas akhir dalam jenjang akademik di perguruan tinggi, yang terbayang adalah kegiatan yang membosankan dan dipenuhi dengan aktifitas yang berulang-ulang. Belum lagi coretan-coretan dari dosen pembimbing yang bukannya membuat semangat, namun justru kadang menggembosi semangat untuk kembali melanjutkan tulisan "berharga" tersebut. Disini saya akan sharing mengenai pengalaman menjalani dua "takdir" itu.

1. Skripsi


Saat-saat menulis skripsi adalah hal menjemukan yang hukumnya fardu 'ain untuk dikerjakan bagi mereka yang mau mendapatkan gelar sarjana. Namun apa boleh buat, kenyataan bahwa 3 bab pertama dicoret-coret oleh dosen pembimbing karena menggunakan bahasa populer ala surat kabar. Ini bertentangan dengan kaidah penulisan karya ilmiah yang sudah distandarkan oleh Pemerintah. Maklumlah, saat itu saya juga bekerja sebagai wartawan sebuah surat kabar harian di Yogyakarta. Padahal 3 bab ini sudah ditulis dengan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan saya saat itu. Namun apa boleh buat, kenyataan berkata lain. Melanjutkan takdir untuk terus menulis setiap hari minimal 2 halaman adalah keniscayaan yang harus dilakukan apabila mau lulus dengan predikat cumlaude dan dengan masa studi 3,7 tahun. Hari-hari penulisan skripsi adalah hal yang sangat menyiksa yang tak mau diulang kapanpun itu. Sehingga perlu adanya kegiatan untuk mensiasati agar rutinitas menulis skripsi ini bisa mencair. Ada beberapa cara yang saya lakukan saat itu untuk bisa keluar dari pikiran yang jumud.
  • Menikmati Senja di Pantai. Ini adalah kegiatan yang cukup sering saya lakukan saat itu untuk keluar dari kejumudan rutinitas. Kebetulan tempat tinggal saya tidak jauh dari pantai, sehingga aktifitas menikmati senja berjam-jam dipinggir pantai adalah aktifitas yang kerap saya lakukan. 
  • Jalan-jalan ke Pasar Tradisional. Mungkin ini kedengarannya aneh, namun bagi saya cara ini cukup ampuh untuk mengurangi penat karena rutinitas menulis semalam suntuk. Setelah begadang sampai pagi, maka selesap subuhan, saya kadang berjalan-jalan di pasar tradisional. Sekedar untuk melihat-lihat aktifitas mbok-mbok di pasar berdagang dan menawarkan dagangannya. Kadangkala saya juga membeli jajanan pasar yang hanya ada di pasar tradisional. Kegiatan ini cukup membuat saya kembali segar dan bisa bersiap untuk meneruskan aktifitas membaca jurnal dan menulis skripsi kembali.
  • Ngopi. Di kota tempat saya kuliah dulu, warung kopi bukanlah sesuatu yang sulit untuk dicari. Hampir ditiap sudut kota dan dekat kampus ada warung-warung kopi yang siap menampung mahasiswa-mahasiswa kusam yang rindu akan "kebebasan". Cukup beli kopi satu gelas, anda bisa menikmati aktifitas berbeda dari biasanya.
  • Olahraga. Kegiatan ini jujur saya akui adalah kegiatan yang sebenarnya jarang saya lakukan sebelumnya, Namun karena membutuhkan penyegaran, maka olahraga berenang menjadi pilihan saya untuk kembali me-refresh kembali mood saya
Alhamdulillah, beberapa cara diatas berhasil membuat saya berada pada kestabilan timing kerja untuk menyelesaikan skripsi. Dan akhirnya, saya bisa juga wisuda dengan predikat cumlaude dengan lama waktu studi 3 tahun 7 bulan 14 hari.

2. Thesis


Pernah membayangkan anda harus menulis berpuluh-puluh halaman karya ilmiah menggunakan bahasa inggris? Saya bahkan memimpikannya saja tidak pernah. Namun itu beneran terjadi ternyata dalam hidup saya. Mau tidak mau, suka tidak suka, untuk mencapai apa yang orang bilang sebagai Master, maka saya harus menyelesaikan tulisan yang kali ini disebut THESIS. 

Berada di negeri antah berantah dengan persyaratan penulisan yang cukup complicated, membuat saya gampang dilanda rasa bosan dan jenuh. Saat itu saya disibukkan juga dengan aktifitas sebagai seorang komisioner yang dipercaya pemerintah Indonesia untuk melaksanakan Pemilu Legislatif di Luar Negeri. Sehingga aktifitas menulis saya berada pada titik nadir. Senin-Kamis saya harus pulang pergi ibukota negara tersebut dengan rentang waktu tempuh 4 jam. Jumat-Sabtu bimbingan dan disertai kuliah. Belum lagi aktifitas organisasi yang terus berulang [Baca : Rapat Mingguan]. Rutinitas seperti ini membuat saya terjebak untuk bisa move on menyelesaikan thesis saya. Bahkan email professor pembimbing yang hampir tiap 2 hari sekali mampir di email, membuat saya semakin jengah dengan rutinitas harian ini. Untuk menyiasatinya, saya melakukan beberapa hal yang saya rasa cukup ampuh untuk melunakkan mood saya.
  • Naik Gunung. Sebenarnya bukan gunung seperti yang ada di Indonesia. Lebih tepatnya adalah bukit. Namun bukit disini sudah didesain semenarik mungkin dan diberi akses yang membuat pengunjung nyaman untuk berjalan dan mendaki. Penat setelah semalaman menulis thesis, maka naik gunung selepas subuh aktifitas yang menyenangkan yang bisa dilakukan saat weekend. Di atas gunung kadang ada komunitas manula yang sering mengadakan senam bersama. Ini adalah aktifitas menyenangkan, selain sehat, juga bisa lebih mengenal warga asli negara tersebut.
  • Menikmati Sunrise. Kalau saat skripsi saya senang menikmati senja, maka saat thesis justru kebalikannya. Saya lebih senang menikmati matahari terbit dari atas gunung. Cahaya jingga yang muncul membuat mata seolah tak lelah memandang ciptaan-Nya yang satu ini. Kegiatan ini sangat memicu semangat untuk terus bisa segera menyelesaikan thesis dan melihat cahaya jingga ini di tempat lain [Baca : Negeri Sendiri]
  • Jalan-Jalan di Pinggir Sungai. Karena jauh dari pantai, maka jalan-jalan di pinggir sungai menjadi alternatif untuk breaking the routines. Penataan sungai yang asri, dilengkapi dengan track jogging yang menarik, serta pepohonan rindang. Paduan suasana ini cukup bisa menghilangkan jenuh dan penat akibat rutinitas.
  • Duduk-Minum Soda-Memandangi Langit. Saat tidak memiliki uang saku yang cukup, maka membeli minuman soda dan duduk didepan gedung rektorat yang cukup artistik adalah kegiatan menyenangkan yang dilakukan saat jenuh melanda. Apalagi ada teman yang bersedia menemani untuk mengobrol hal-hal ringan yang tak terkait dengan thesis maupun penelitian. 
Masa-masa itu telah berlalu, namun kegiatan sampingannya masih sering dilakukan ketika jenuh melanda. Setiap orang berhak untuk jenuh, setiap orang kadang merasa bosan, untuk itulah setiap orang berhak memiliki aktifitas untuk break the routines

Bengkulu, 20 Januari 2015


dR.

*Sumber gambar : 1 dan 2 
*Artikel dibuat untuk dipublikasikan dalam L'Oreal Men Expert Challenge

Share:

0 comments