TITIP DOA ; IBADAH ATAU BISNIS?

Baca Juga

Untuk mengiringi Resolusi, Target dan Impian dari Donatur, Followers dan Relawan se-Indonesia Sedekah Harian, Dewan Pembina Sedekah Harian Ahmad Gozali @ahmadgozali siap dan sangat menunggu untuk mengumpulkan doa-doa dari semuanya dalam program #TitipDoaBaitullah. Nantinya doa dari donatur akan di bacakan dan di doakan di depan Baitullah saat beliau Umroh periode 31 Desember 2013  sampai dengan 07 Januari 2014.

Mengawali tahun 2014, ada 1 fenomena menarik terjadi di dunia maya twitter. Banyak para user yang mencoba menanggapi salah twit salah satu motivator sekaligus dewan pembina sebuah program sedekah. Bagi saya yang awalnya tidak terlalu peduli dengan twit kawan-kawan, biasa saja. Namun lama kelamaan, ternyata ini menjadi buah bibir di linimasa.

Program yang menjadi perbincangan kawan-kawan ini adalah tentang program titip doa baitullah yang penjelasannya sudah saya kutipkan diatas. Bagi saya yang seorang muslim, tidak ada masalah kita menitipkan doa untuk kemudian dibacakan di depan ka'bah. Tapi yang sedikit menggelitik adalah embel-embel yang menyertainya, yaitu ada semacam "tarif" minimalkan yang dikenakan. Memang disana tidak tertulis label tarif, namun tertulis sebagai sedekah. Lalu dimana menariknya? Sebelum saya menjelaskan lebih lanjut, saya coba tuliskan beberapa poin tentang  program ini.

Lokasi TwitPic
Di linimasa sang motivator, ada beberapa gambar yang coba diunggah. Disana jelas tertera keterangan mereka sedang berada di Turkey. Namun, karena ponsel yang digunakan untuk mengunggah sudah memakai OS Android, maka secara otomatis ada keterangan lokasi dimana si user mengunggah gambar tersebut. Di sana tertera lokasinya di Cempaka Indah, Jakarta Pusat. Padahal dalam keterangan gambarnya beliau sedang berada di Istanmbul, Turkey. Entah saya yang gaptek atau memang saya yang bodoh, tapi sepengetahuan saya GPS yang ada di smartphone saat ini tingkat akurasinya cukup tinggi. Kalaupun meleset, itu hanya beda kota saja, tidak lebih sampai beda negara. Tweet tersebut diunggah tanggal 28 Desember 2013. Di tweet sebelumnya, tanggal 27 Desember 2013 si Motivator jelas men-tweet bahwa ia sedang menunggu Boarding di Gate E3, Bandara Soekarno Hatta, untuk maskapai Turkish Airline. Artinya bahwa tanggal 28 Desember 2013, ia sudah berada di Turkey. Namun apakah bisa kita men-tweet di Turkey namun lokasi di GPS kita menandakan di Jakarta Pusat?

Coveran Satelit di Dunia

Sedikit mengutip penjelasan salah satu akun twitter bernama @anonym0X0 bahwa antara Indonesia dan jazirah arab satelit GPS nya berbeda. "It is not possible GPS Tracking System can left history from 9 hours behind" Tulis akun tersebut. Secara sederhana ini adalah proses triangulasi. Kejadian ini juga pernah heboh ketika ada salah satu artis yang mentweet bahwa dirinya sedang berada di Singapura namun lokasi yang muncul di Geotagging justru muncul dari Jakarta. Mungkin disini para pakar telematika bisa menjelaskan fenomena ini lebih lanjut.

Baru saja akun sang motivator sudah mengupdate bahwa beliau meminta maaf karena adanya kesalahan geotagging tersebut. Dalam tweetnya dia menyebutkan bahwa ia tidak pernah dengan sengaja menyalakan fungsi geotagging dalam aplikasi twitternya. Sehingga menurutnya lokasi yang tertera adalah lokasi terakhir ketika dia menyalakan fungsi tersebut dalam aplikasinya. Bagi saya yang awam dalam hal tekhnologi, apakah mungkin kejadian seperti ini bisa terjadi? Sebagai user twitter yang juga memakai smartphone, setahu saya fungsi ini akan secara otomatis mencari lokasi terdekat yang bisa terjangkau oleh satelit GPS. Namun entahlah, mungkin saya yang salah dan gaptek.

Kesalahan Publikasi
Dalam tweet terbarunya, sang motivator mengatakan bahwa ada kesalahan antara ide dan publikasi akhir. Ada semacam misskomunikasi antara konsep awal dengan eksekusi lapangan. Beliau mengatakan bahwa konsep awal dari program ini adalah mengajak masyarakat untuk menjadi donatur dalam program sedekah hariannya, maka mereka akan senantiasa didoakan oleh sang motivator maupun oleh tim, bahkan hingga ke tanah suci. Namun kesalahan fatal justru terjadi dalam publikasi. Perlu diingat bahwa kesalahan dalam publikasi ini sepertinya sangat sistematis. Dilihat dari petunjuk mengikuti program ini yang sampai detail menyebutkan angka hingga penambahan tahun 2014 dalam nominal yang harus dibayarkan. Jika ini memang kesalahan bahwa ini hanyalah sekedar contoh, mengapa harus ada penambahan angka 2014 dalam setiap nominal yang ada. Tentunya ini akan membangun sebuah image bahwa program ini sudah rapih direncanakan sebelumnya.

Lalu ada kata-kata "sedekah minimal". Tentu ini semakin membuat masyarakat semakin underestimate terhadap program ini. Mengapa jika ingin bersedekah harus ada nominal minimalnya. Bukankah sedekah itu bisa seikhlasnya? Apabila ada nominalnya, yang dikhawatirkan adalah adanya motif riya' dan tidak ikhlas dalam berdoa.

Menitip Do'a Kepada Orang Lain
Memang benar bahwa salah satu doa yang mustajab untuk berdoa adalah di masjidil haram. Namun apabila ini diembel-embeli dengan sebuah nominal yang katanya sedekah, maka bagi saya ini sudah terjadi "Ibadah Transaksional". Sedekah itu bagus, lebih bagus lagi apabila ini tidak ditunjukkan kepada orang lain. Selain itu, mendoakan orang lain juga bagus, namun jika ada prasyaratnya maka ini menjadi sesuatu yang sia-sia.

Saya bukanlah seorang Kyai atau Ustadz, namun sebagai seorang muslim, saya sedikit tahu tentang doa. Tidak ada maksud untuk menceramahi atau menggurui, namun dalam berdoa akan lebih khusuk jika dilakukan sendiri. Perihal tempat yang mustajab, bukan menjadi syarat utama. Bahkan selain tempat, ada waktu-waktu tertentu yang sangat mustajab untuk berdoa, seperti ketika antara adzan dan iqomah, ketika hujan, dan ketika didzolimi. Selain itu, dalam berdoa kekhusukkan justru menjadi hal yang sangat penting. Bagaimana Allah akan mengijaba' doa kita apabila kita sendiri tidak berdoa dengan khusuk dan sungguh-sungguh. Artinya adalah menitipkan doa kepada orang lain yang kebetulan sedang berada di tanah suci itu bagus, namun alangkah lebih bagus jika kemudian doa tersebut tanpa diembel-embeli sesuatu yang bersifat materi. Selain itu, tentu usaha serta doa dari diri kita sendiri pun menjadi hal yang sangat penting dalam terkabulnya doa tersebut.


Masyarakat kita saat ini sudah cukup cerdas dalam melihat setiap fenomena-fenomena yang ada. Tentunya dalam era keterbukaan informasi serta semakin mudahnya komunikasi, prinsip kehati-hatian harus lebih dicermati dan dipakai. Bahasa tulis dan bahasa ucap sangatlah jauh berbeda. Kemampuan setiap orang dalam menerima suatu informasi juga berbeda, sehingga potensi untuk berbeda makna dalam sebuah informasi sangatlah besar. Namun sebagai masyarakat yang mau tidak mau harus dihadapkan dalam era saat ini, tentu kita harus bisa mengikuti dan tentu harus berhati-hati. Niat baik jika tidak tersampaikan dengan baik, tentu akan berhujung dengan sesuatu yang tidak baik. Niat baik apabila disampaikan dan dilaksanakan dengan cara yang baik, mudah dipahami, serta sesuai dengan budaya masyarakat, tentu ini menjadi sebuah nilai positif tersendiri. Wallahu'alam bishowab

Share:

0 komentar