HANSIP: SANG AVATAR PENGUASA 8 ELEMEN DUNIA

Baca Juga

Dalam epik kehidupan bernegara yang penuh dengan set, props, dan para aktor pembuat kebijakan yang berkiprah di panggung politik yang kadang lebih melodramatis daripada sinetron-sinetron di jam 7 malam, terdapat satu tokoh yang kerap luput dari sorotan, padahal, kehadirannya bagaikan penjaga gawang dalam pertandingan sepak bola.

Dialah Hansip atau yang saat ini lebih chic dengan julukan Linmas, yang bukan sekadar penjaga malam tapi juga penguasa 8 elemen dunia, yang terlupakan dalam serbuan berita-berita superhero yang menghiasi layar kaca.

Barisan Hansip / Linmas (Gambar : Merdeka.com/Istimewa)

Elemen-elemen yang dipegangnya bukanlah sembarang elemen. Jika Avatar Aang hanya menguasai air, tanah, udara, dan api, Hansip di sisi lain, menguasai elemen-elemen yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari seperti: elemen gosip, parkir hajatan, pengumuman desa, keamanan ronda, tata tertib, gotong royong, silaturahmi, dan yang paling sering terjadi, elemen penertiban hewan liar.

Di garis terdepan, antara kita – warga yang tidur pulas sambil ngiler – dan potensi kerusuhan malam hari yang bisa datang dari aspek manapun, hansip menjaga. Tengah malam, sambil menyeruput kopi yang pahitnya menandingi pahitnya kenyataan bahwa tidak semua orang sadar akan jasa-jasa mereka, hansip berkeliling, berpadu dengan jangkrik yang berkicau, memastikan ketertiban dan keamanan desa layaknya Captain America minus tameng dan otot kekar.

Sebagian besar masyarakat mungkin beranggapan tugas hansip hanya berlimitasi pada jaga ronda dan jaga TPS saat pemilu. "Oh, itu yang menghitung suara kan?" tanya auntie di warung soto dengan senyum ramah tapi clueless. Namun, jika Anda pikir mereka hanya itulah pekerjaannya, Anda sama kelirunya dengan orang yang percaya bahwa kerja DPR hanya sidang paripurna. 

Memang, di sela kehidupan mereka yang pada dasarnya adalah Avengers lokal minus gaji milyaran dan endorsement, hansip juga menjadi penjaga terpercaya di hajatan-hajatan warga. Siapapun pasti pernah melihat pakde-pakde berbaret ini mengatur parkir dengan whistle yang bertalu-talu layaknya simfoni Beethoven, melambai tangan sambil mengarahkan mobil ke lahan kosong, dan mungkin jika kita beruntung, dengan sekali sapa bisa membuat kantong parkir kita aman dari 'sumbangan' sukarela.

Tapi siapa sangka bahwa di balik seragam loreng dan baret yang kesannya hanya untuk keperluan hajatan itu, hansip adalah bagian resmi dari sistem pertahanan negara. Bukan tokoh komik, bukan figuran dalam film laga, melainkan bagian dari skema pertahanan yang dirancang oleh negara ini. Dalam kegelapan malam, dalam diamnya jalan-jalan desa, hansip adalah pilar pertahanan: silent but deadly, bisa juga diartikan bagaikan silent killer di game Mobile Legends, yang kerap tidak terlihat namun mendominasi permainan.

Dilatih oleh bukan sembarang institusi, tapi oleh TNI-Polri sendiri, para hansip ini diberikan seragam yang lebih dari sekadar kostum Halloween. Mereka dilengkapi dengan keterampilan penanganan konflik paling dasar, pembinaan mental patriotik, dan kemungkinan juga tips tentang bagaimana menangani ibu-ibu yang kekeuh tidak ingin mobilnya diparkir terlalu jauh dari lokasi resepsi.

Dan, oh, tidak semua hansip melakoni tugasnya dengan kerelaan hati belaka. Di beberapa daerah, mereka mendapatkan apa yang dinamakan gaji. Jangan bayangkan langsung melimpah ruah ya, akan tetapi bayaran tersebut adalah bentuk penghargaan atas dedikasi mereka yang juga harus membayar cicilan motor dan menaruh beras dalam rice cooker di rumah.

Namun, sekali dalam lima tahun, saat pemilu usai dan kotak suara telah disimpan, gemuruh kekaguman masyarakat terhadap para hansip mendadak bergaung. "Para hansip kerjanya totalitas!" tulis warganet di media sosial sambil membagikan foto-foto hansip yang setia di TPS dari subuh hingga malam. Tiba-tiba, mereka yang biasanya hanya dianggap figur latar belakang, menjadi bintang horor yang mendadak dibutuhkan ketika kita sadar ada kehadiran asing di lorong-lorong kesunyian.

Dalam drama kehidupan nasional yang kadang-kadang absurd ini, hansip memang mungkin tidak se-flashy ormas yang hobi 'petentang-petenteng' dengan loreng-lorerengan dan sepatu boots yang bikin 'klik-klok' di jalanan. Hansip mungkin tidak akan menampilkan kekerenan dengan marching band dan atraksi gimnastik silat. Tidak, mereka lebih kepada jenis pahlawan yang tidak perlu semua itu. Mereka bekerja di belakang layar, tiba-tiba muncul saat Anda benar-benar membutuhkan seseorang untuk memeluk Anda dan mengatakan, "Tenang, pakde sudah ada di sini."

Namun, disayangkan, dengan semua kelebihan mereka ini, Hansip masih sering dilupakan, tak terlihat seperti bayangan pada siang bolong. Ia tak memiliki serial TV sendiri, tak ada bocoran foto kostumnya di media sosial, dan anak-anak tak memasukkan figur aksinya dalam daftar hadiah ulang tahun mereka.

Oleh karena itu, anggaplah tulisan ini sebagai penghormatan kita kepada 'Avatar' desa, yang setia berjaga ketika kita lena dalam mimpi. Sang Hansip, sang penguasa 8 elemen dunia yang terlupakan, yang mungkin sedang bertugas mengintip dari balik semak-semak menunggu untuk terkenal... suatu hari nanti.

Sampai jumpa di ronda malam nanti, Pak Hansip. Bawakan kami lagi kisah-kisah heroik dan kopi hitam yang tidak akan pernah bisa kami gantikan dengan Starbucks.

Share:

0 komentar