LPH MUHAMMADIYAH DAN INDUSTRI HALAL

Baca Juga

Melalui Lembaga Pemeriksa Halal dan Kajian Halalan Thayyiban (LPH-KHT), Muhammadiyah telah resmi menerima sertifikat akreditasi dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Hal ini membuktikan keseriusan Muhammadiyah dalam mendukung penguatan industri halal di Indonesia. Dibalik euforia suksesnya akreditasi ini, ada tantangan yang harus dihadapi oleh Muhammadiyah. Jika tantangan ini mampu diatasi oleh Muhammadiyah, maka ini akan menjadi milestone bagi Muhammadiyah melalui LPH untuk menjadi salah satu auditor halal terkemuka di Indonesia. Tantangan tersebut adalah sebagai berikut. 

1.Ketersediaan Tenaga Ahli 

Di Indonesia, industri yang belum tersertifikasi halal jumlahnya cukup banyak. Mayoritas  berasal dari kalangan UMKM. Besarnya jumlah ini disebabkan oleh banyak hal, selain karena minimnya informasi tentang prosedur, juga menyangkut soal biaya dan lainnya. 

Diprediksi dalam beberapa tahun mendatang jumlah permintaan sertifikasi halal ini akan melonjak drastis dibanding saat ini. Ini berimplikasi pada jumlah tenaga ahli / auditor dari LPH yang harus memeriksa di lapangan. 

LPH Muhammadiyah sendiri saat ini baru memiliki 12 halal center yang tersebar di beberapa kampus Muhammadiyah. Jumlah ini sangat kecil dibandingkan UMKM yang belum tersertifikasi. Oleh karenanya LPH Muhammadiyah perlu serius menyiapkan tenaga ahli yang kompeten dan berkualifikasi. Salah satu opsi yang bisa ditempuh oleh Muhammadiyah adalah dengan mendirikan jurusan halal sains di PTMA. Melalui cara ini, Muhammadiyah bisa menciptakan ratusan tenaga ahli untuk mendukung kerja-kerja sertifikasi halal ini. 

2.Kompetensi Auditor 

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lockley dan Bardsley di tahun 2000, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh Lembaga pemeriksa halal adalah soal kompetensi auditor. Kurangnya kompetensi di kalangan auditor halal dapat terlihat dari ketidakmampuan mereka untuk menangani tantangan dalam proses pemeriksaan halal. 

Ilustrasi (Gambar : Reuters / Darren Staples)

Identifikasi bahan baku yang baru adalah tantangan utama yang sulit dihadapi oleh auditor halal. Misalnya ada produk makanan dari luar negeri yang mengajukan sertifikasi halal di Indonesia namun komposisi bahannya ternyata asing bagi para auditor. Ini akan menjadi tantangan sekaligus titik kritis dalam proses pemeriksaan kehalalalan suatu produk. 

Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan kerjasama dengan berbagai institusi riset dan pendidikan di luar negeri. Kerjasama ini menyangkut soal pelatihan dan penguatan kompetensi auditor dengan melaksanakan pelatihan secara berkesinambungan sehingga para auditor bisa terus meng-upgrade pengetahuan mereka tentang perkembangan komposisi bahan dan proses. 

3.Komunikasi 

Hal lain yang juga menjadi tantangan bagi LPH Muhammadiyah adalah soal komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara industri dengan LPH maupun BPJPH. Banyak UMKM yang tidak melakukan sertifikasi salah satunya karena terputusnya komunikasi yang efektif tentang proses sertifikasi ini. Untuk membangun industri halal, perlu adanya komunikasi yang aktif, efektif, dan intens antar pemangku kepentingan. Jika perlu "jemput bola" langsung ke UMKM-UMKM. 

Proses komunikasi yg dibangun adalah komuniasi yang berkesinambungan setiap waktu agar industri benar-benar menerapkan standar halal dalam proses produksinya. 

4.Kompetisi antar LPH 

Aturan soal produk halal memberikan isyarat membuka peluang lembaga-lembaga di Indonesia untuk mendirikan LPH. Hal ini tentu menjadikan proses pemeriksaan kehalalan produk menjadi ladang kompetisi antar LPH. LPH Muhammadiyah perlu mengantisipasi kompetisi ini dengan mengkonsep model bisnis yang tepat. 

Model bisnis ini tentu harus juga disesuaikan dengan semangat dakwah yang dijunjung oleh Muhammadiyah selama ini. LPH Muhammadiyah bisa belajar soal model bisnis ini ke Taiwan. Di Taiwan terdapat lebih dari delapan Lembaga sertifikasi halal. Hal ini menjadikan masing-masing Lembaga memiliki model bisnisnya sendiri agar mampu bersaing dengan Lembaga lain. Ekosistem kompetisi yang ada di Taiwan hampir mirip dengan yang akan terjadi di Indonesia pasca semakin banyaknya LPH yang berdiri. 

***

Muhammadiyah telah lebih dari satu abad berpengalaman dalam hal sosial, Pendidikan, dan Kesehatan. Namun dalam hal sertifikasi halal, ini menjadi ladang dakwah yang baru bagi Muhammadiyah. Setidaknya hal ini merupakan tantangan untuk mengintegrasikan bidang-bidang yang selama ini ditekuni oleh Muhammadiyah, yaitu agama, sains, sosial, ekonomi, dan Kesehatan. InshaAllah Muhammadiyah mampu untuk menggarap dakwah di lahan yang baru ini sekaligus mendukung penguatan industri halal di Indonesia untuk menciptakan Indonesia sebagai halal hub global.

__________________

Artikel ini telah terbit di Majalah Matan, Edisi Juli 2022 dengan judul yang sama.

Share:

0 komentar