SKRIPSI ; SEBAGAI SYARAT ATAU PEMBUKTIAN?
Baca Juga
Dalam beberapa
kesempatan, saya terlibat dalam diskusi dengan teman-teman dosen dari berbagai
perguruan tinggi (negeri dan swasta). Satu hal yang menjadi tema diskusi
tersebut adalah tentang rendahnya kualitas skripsi / karya ilmiah mahasiswa.
Para dosen mengeluh ketika menjadi penguji skripsi/karya ilmiah, mereka tidak
menemukan sesuatu yang menarik / baru dalam skripsi / karya ilmiah tersebut.
Bahkan ada yang malah bilang karya tulis/skripsi yang sudah ada di hadapan
mereka untuk diuji dan disidangkan jauh dari kata layak. Seolah, semua hanya
sebuah perulangan semata, yang hanya diganti judul atau objek penelitiannya
saja, dalam 1 kampus atau antar kampus. Yang lebih parah, skripsi yang dikebut
karena deadline waktu yudisium. Alhasil, semua yang ditulis dalam skripsi
tersebut, sangat dipaksakan untuk selesai yang bisa saja hanya sebuah perulangan
saja. Yang penting bisa sidang.
Bagi sebagian orang,
skripsi tidaklah harus memuat hal-hal yang baru atau menarik. Cukuplah itu
menyesuaikan saja dengan metode dan teori yang ada, sesuai idiom "S1 adalah pembuktian teori". Namun
saya melihatnya justru berbeda. Jikalau skripsi hanya dijadikan sebuah tulisan
yang cukup memakai metode dan teori, serta malah mengabaikan konten serta
kualitas, maka itu tidak lebih dari tumpukan-tumpukan koran lama yang akan
di-loak-an ketika sudah bertumpuk tinggi.
Skripsi / karya
ilmiah adalah sebuah pembuktian idealisme keilmuan seorang civitas akademika
yang selama 3-5 tahun diguyur dengan berbagai macam ilmu dan pengetahuan di
jenjang pendidikan tinggi. Analoginya begini, jika anda pacaran dengan
pria/wanita yang cantik yang menurut anda dia adalah pasangan yang anda
dambakan, lalu pada suatu ketika si pria/wanita ini meminta sebuah pembuktian
akan keseriusannya akan masa depan hubungan mereka. Tentu si orang yang tadi
akan melakukan apapun sebaik yang mereka lakukan untuk membuktikan tentang
cintanya pada pasangannya tersebut. Misal si Pria/wanita ini meminta untuk
datang ke rumah orangtuanya. Sejauh apapun rumah orangtuanya, pasti akan
didatangi. Atau misalkan, dia harus menguruskan badannya (agar baju
pengantinnya muat #Eh), pasti
permintaan akan dilakukannya sebaik dan sekuat mungkin untuk membuktikan
cintanya pada si pasangan. Nah itu adalah sebuah analogi tentang skripsi tadi.
Ketika anda sudah berani mengambil Mata Kuliah proposal skripsi dan dihadapkan
pada dosen pembimbing, secara tidak langsung itu berarti anda ditantang untuk
membuktikan "kecintaan" anda pada status civitas akademika anda
melalui skripsi.
Sulit, sudah pasti.
Namun ada kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri jika seorang mahasiswa /
civitas akademika mampu membuat sebuah skripsi/karya ilmiah dengan konten yang
menarik dan menyajikan hal-hal yang baru. Inilah saat dimana anda benar-benar
membuktikan pada anda sendiri bahwa salah satu hasil dari anda "nyantri" di kampus dalam kurun
waktu tertentu adalah skripsi yang memang patut untuk diuji dan disidangkan.
Anda harus mencurahkan semua sumber daya yang anda miliki, untuk menyelesaikan
skripsi ini. Kiranya perlu kita mem-brain wash para mahasiswa agar meyakini
bahwa skripsi adalah setengah nyawa dari jenjang sarjananya. Kalau skripsinya
"biasa-biasa" saja, maka ke-sarjanaannya tidak utuh 100 %.
Tapi itu semua tidak
akan terjadi, jika yang muncul justru asumsi bahwa skripsi hanya sebagai sebuah
syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan semata. Skripsi hanya dijadikan
sebuah barang yang nilainya sama dengan pas photo atau photo copy transkrip
nilai IPK yang dijadikan syarat administratif semata. Syarat administratif ini
tentu berbeda nilainya dengan syarat ke-akademisan yang terwujud melalui
skripsi ini. Syarat ke-akademisan ini berbicara lebih pada hal-hal konteks
keilmuan, kematangan ilmu, serta tanggungjawab moral pada jenjang pendidikan
tinggi. Sehingga syarat ke-akademisan ini sebenarnya tertulis pada hal-hal
tersirat yang selama ini lebih banyak dipandang sebagai syarat administratif
semata.
Kedepan, mungkin
perlu kita sedikit melakukan penyesuaian kalimat dalam cover skripsi, dari yang
tadinya "Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana",
diganti menjadi "Diajukan Sebagai Pembuktian Keilmuan Pada Jenjang
Sarjana".
Tags:
Pendidikan
0 comments