SI RAJA PANTUN
Baca Juga
Pagi
ini aku kembali mengajar kelas VI. Kelas yang cukup aktif yang membutuhkan
tenaga "ekstra" ketika menghadapinya. Kelas ini kosong sejak kemarin
karena wali kelas dan gurunya sedang melaksanakan pelatihan guru kreatif di
kecamatan.
Untuk
jam pertama aku mendapat jatah mengajar bahasa Indonesia. Lagi-lagi mengajar
tanpa RPP. Ini berarti aku harus segera men-design RPP Portable seperti
kemarin. Tema yang diangkat adalah mengenai Pantun.
Pantun? I love it. Let's playing
Pantun with them.
Seperti
biasa, sebelum aku masuk dalam materi pokok pantun, aku memancing pengetahuan
mereka terlebih dahulu mengenai pantun. Aku ingin tahu seberapa jauh
pengetahuan mereka tentang pantun. Ternyata mayoritas dari mereka sudah
mengetahui mengenai pantun, namun kendalanya adalah mereka belum mampu membuat
pantun. Mungkin karena selama ini mereka hanya belajar teori semata tanpa
praktek [hipotesis saya seperti itu].
OK,
ini berarti akan sedikit lebih mudah dibanding kemarin. Aku awali dengan
sebuah contoh pantun seperti berikut :
Pergi ke pasar beli ikan
Tidak lupa membeli kwaci
Bapak hadir disini menantang kalian
Ayo maju siapa yang berani
Mereka
semua bertepuk tangan, suasana riuh mulai mewarnai kelas. Mereka langsung
bersiap-siap untuk mendengarkan pantun ku kembali. Namun aku tidak memberi
mereka pantun. Aku meminta mereka untuk berlomba. Berlomba?
Ya,
berlomba untuk berpantun. Aku membagi mereka kedalam 2 kelompok. Kali ini aku
membaginya berdasarkan gender. Kelompok putra di sebelah kanan, kelompok putri
disebelah kiri.
Di
awal mereka masih belum paham, bagaimana untuk berlomba pantun. Lagi-lagi aku
harus memancing mereka untuk berpantung terlebih dahulu. Nisa, assisten ku di
OSK Club mencoba mengambil alih. Dia memberikan pantun :
Sarapan pagi pakai ikan teri
Teri dicolek sama sambal terasi
Hei kalian para lelaki
Kalau berani sini lawan kami
Mendengar
pantun dari Nisa, anak laki-laki mulai gusar. Aku komporin saja sekalian agar
makin rame ini kelas. "Ayo itu
ditantang sama anak perempuan, masa' kalian kalah sama perempuan"
Teriakku ke mereka. Mendengar komporan ku, si Rahmat langsung tampil mewakili
siswa putra.
Ke pasar beli Sendal
Sendalnya bagus buatan luar negeri
Kalian jual
pantang kami beli
Begitu
seterusnya. Setiap pengucapan pantun aku beri mereka 1 poin. Sampai akhirnya
siswa perempuan menang dengan skor telak 5-3. Dalam berpantun ini, muncul
bakat-bakat luar biasa dari anak-anak. Rahmat yang tadinya dicap sebagai anak
yang cukup bandel, ternyata luar biasa jago dalam berpantun. Walaupun
kadang-kadang puisinya banyak yang mentok pada sampirannya saja.
Setelah
permainan usai, aku mencoba menjelaskan bagaimana cara membuat pantun yang
cepat dan sesuai dengan kaidah pantun. Aku menekankan bahwa untuk membuat
sebuah pantun, yang pertama kali dicari adalah isi pantun dan akhirannya. Baru
kemudian membuat sampirannya. Aku lalu mencontohkan membuat pantuan seperti
diatas. Setelah aku menjelaskan mengenai cara pembuatan pantun yang cepat,
sekarang giliranku untuk menantang mereka berpantun denganku.
Mau pergi ternyata sepeda rusak
rusaknya karena menabrak tukang buah
Ayo siapa yang bisa menang dari bapak
nanti akan bapak kasih hadiah
Spontan
suasana makin riuh, karena mendengar tantanganku. Siswa perempuan mencoba
melawanku. Nisa, mencoba melawanku untuk yang pertama. Begitu seterusnya hingga
akhirnya mereka menyerah karena sudah kehabisan kata untuk membuat pantun
Yes, ternyata insting pantunku masih
lumayan kuat. Hehehe
Kelas
aku akhiri setelah lonceng istirahat berbunyi. Tak terasa 2 jam sudah aku
bermain pantun dengan mereka. Pagi yang indah untuk bermain dan belajar dengan
anak-anak. Semoga semangat dan ceria anak-anak senantiasa membuatku berenergi
hingga selesai pelajaran.
![]() |
Ilustrasi |
Tags:
Nusantara
0 comments