DAYAK INDRAMAYU
Baca Juga
Mendengar kata Dayak, akan terlintas di pikiran semua
orang sebuah pulau di bagian utara Indonesia, Pulau Borneo atau yang kerap kita
sebut Kalimantan. Suku Dayak dikenal sebagai etnis asli pulau terbesar ketiga
di dunia ini. Hingga kini, adat istiadat Suku Dayak masih kental dirasakan di
hampir seluruh pelosok Kalimantan. Namun, apa jadinya jika kekentalan adat
tersebut dirasa hingga Kota Indramayu, Jawa Barat?
Kampung Segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang,
Indramayu, menjadi tempat di mana Suku Dayak ini dapat ditemukan di Jawa Barat.
Penampilannya yang tidak berbaju, bercelana pendek dan mengenakan topi ala
petani sekilas mirip dengan penampilan kebanyakan Suku Dayak Kalimantan yang
masih memegang unsur-unsur tradisional. Padahal, Suku Dayak yang berada di
Indramayu ini tidak memiliki hubungan kerabat sedikitpun dengan Suku Dayak
Kalimantan.
Lantaran berada di Kecamatan Losarang, kebanyakan
warga sekitar menyebut kelompok ini “Suku Dayak Losarang”. Sementara mereka
menamakan diri mereka sebagai “Suku Dayak Hindu Buddha Bumi Segandu Indramayu”.
Tidak seperti pengertian suku di Indonesia pada umumnya, kata “suku” pada nama
kelompok ini tidak memiliki makna etnis atau suku bangsa dalam pengertian
antrpologis. Demikian pula makna kata Dayak, atau Hindu dan Budha yang bukan
berarti agama Hindu dan Budha.
Penamaan kelompok ini diambil sepenuhnya dari Bahasa
Jawa Indramayu. Kata “Suku” berarti kaki, maksudnya bahwa setiap manusia
berjalan dan berdiri di atas kaki masing-masing sesuai kepercayaaan dan
keyakinan yang dianut. Kata “Dayak” berasal dari kata “ayak” atau “ngayak” yang
bermakna menyaring, memilah dan memilih mana yang benar dan yang salah.
Sementara “Hindu” artinya kandungan atau rahim.
Maknanya bahwa setiap manusia dilahirkan dari kandungan seorang ibu. Kata
“Budha” bersal dari kata “wuda” yang berarti telanjang. Filosofinya bahwa
setiap manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang. Kata “Bumi” yang bermakna
wujud dan “Segandu” yang berarti sekujur tubuh digabung sehingga memiliki
filosofi sebagai kekuatan hidup.
Paheran Takmad Diningrat Gusti Alam atau kerap disapa
Ki Takmad, adalah pemimpin sekaligus pendiri kelompok ini. Ki Takmad adalah
orang asli Desa Segandu. Pemukiman kelompok ini pun hingga saat ini berada di
atas tanah warisan dari mertua Ki Takmad. Ki Takmad mengajarkan konsep “ngaji
rasa terhadap alam semesta” atau “menyatukan diri dengan alam” ke para
pengikutnya.
Konsep di atas, disebut para pengikutnya tidak berasal
dari kitab suci, kepercayaan, maupun budaua manapun. Mereka berusaha mencari pemurnian
diri dengan teladan tokoh Semar dan Pandawa Lima. Dianggap sebagai orang
yang mencapai pemurnian diri jika dalam kesehariannya dapat berperilaku setelah
mengetahui yang benar dan salah. Konsep ini juga mendidik untuk mengendalikan
diri dari “Tiga Ta”, harta, tahta, dan wanita. Dalam hal ini misalnya,
perceraian dan melakukan hubungan di luar nikah sangat ditentang.
Suku Dayak Losarang juga memiliki ritual-ritual khas
mereka sendiri. Setidaknya ada empat ritual yang mereka lakukan sehari-hari, Medar
(menceritakan pewayangan), kungkum (berendam), pepe (berjemur),
dan melantunkan Kuding dan Pujian Alam. Setiap malam Jumat Kliwon, mereka
melakukan medar ini secara massal di Pendopo Nyi Ratu Kembar dengan
mengenakan celana putih dan hitam yang melambangkan perpaduan langit dan bumi.
Laku kungkum dilakukan
dengan berendam di sungai dari pukul 24.00 hingga pagi hari, dilanjutkan laku
pepe yaitu berjemur di bawah terik matahari hingga siang hari. Kedua ritual
ini dilakukan pada dasarnya dalam upaya menyatukan diri dengan alam. Hingga
selanjutnya juga berusaha melatih kesabaran. Seluruh ritual ini dilakukan atas
dasar keinginan dan kemampuan tanpa paksaan sedikitpun.
Selain dikenal sebagai vegetarian karena berpendapat
setiap hewan juga ingin hidup seperti manusia, kelompok ini juga dikenal dengan
sikap cenderung apatis terhadap aturan formal pemerintah. Kelompok ini menolak
mengisi formulir pembuatan KTP karena harus mencantumkan salah satu agama yang
diakui di Indonesia dan pas photo dengan mengenakan pakaian. Terlebih dalam
urusan pemilu, mereka memutuskan untuk golput.
Di luar
itu, dalam kesehariannya Ki Takmad dan pengikutnya tetap melakukan pergaulan
dengan warga sekitar walaupun sangat terbatas. Meskipun terkesan ekslusif,
mereka dikenal ramah dan suka menolong. Ketika menerima sumbangan misalnya
berupa beras, mereka hanya akan mempergunakannya secukupnya. Sisanya mereka
bagikan ke yang lebih membutuhkan. Mungkin kita dapat menengok kekhasan Suku
Dayak Losarang ini secara langsung jika berkunjung ke Indramayu.
Yuk Berwisata ke Negeri Sendiri
Salam
dR.
Tags:
Nusantara
0 comments