"Sepertinya enak ya jadi dosen. Kerjanya gak berat, dan tidak perlu kotor-kotoran"
[ANDIAZHAR.COM] Mungkin bagi
sebagian orang, terutama anak-anak muda, pekerjaan sebagai dosen adalah salah
satu pekerjaan yang didambakan setelah tidak lulus tes CPNS di Pemerintah Pusat
maupun Daerah. Alasannya bisa berbagai macam. Mulai dari pekerjaannya yang
dianggap mudah / tidak terlalu berat, hingga tunjangan dan gaji melimpah yang
didapat. Selain itu pakaian yang selalu necis atau bahkan kadang bisa seenaknya
saja justru yang menjadikan pekerjaan ini menjadi idola bagi sebagian kalangan
anak muda.
Tidak
salah sebenarnya anggapan tersebut. Menjadi dosen itu memang banyak
tunjangannya, tunjangan utang
maksudnya. Dosen itu disamakan dengan guru. Bahkan sistem penggajiannya
pun disamakan. Ada gaji pokok, tunjangan anak istri, tunjangan makan, serta
tunjangan fungsional. Tapi tau tidak berapa nominalnya?
Ilustrasi (Photo : Istimewa) |
Seorang
dosen muda lulusan S2, jika dia berhasil tembus menjadi dosen PNS di PTN, maka
dia akan menyandang golongan jabatan 3b. Gaji pokok seorang dosen 3b berkisar
antara 2,4 - 2,7 juta. Tunjangan jabatan fungsional untuk asisten ahli sekitar
200 - 300 ribu. Lalu tunjangan anak istri sekitar 400 ribu. Total sekitar 3
jutaan untuk take home pay-nya.
Itu
seandainya dia sudah full PNS. Kalau baru keterima atau masih CPNS maka gaji
pokok hanya berkisar 60% dari gaji pokok asli serta tanpa tunjangan.
Bagi
yang tidak menjabat struktural, maka 3 jutaan itulah yang ia dapat selama
sebulan. Beruntung kalau ia bisa kreatif sambil nyambi-nyambi nyari seseran di
luar kampus atau nyari hibah penelitian dari pemerintah. Bagi yang tidak bisa
nyambi, maka disyukuri sajalah yang 3 jutaan tersebut sembari berdoa sering
dilibatkan dalam kepanitiaan acara kampus. Hehehe
Oke,
itu untuk dosen PNS. Lalu bagaimana dengan dosen di universitas swasta?
Bagi
yang bekerja di kampus swasta besar dan terkenal, maka beruntunglah, karena dia
akan diguyur dengan banyak tunjangan dan insentif. Di salah satu kampus
terbesar di Indonesia, gaji pokoknya bahkan sudah 125% nya gaji pokok PNS.
Belum lagi tunjangan kinerja maupun tunjangan ini itu yang nominalnya cukup
fantastis. Ditambah lagi ada yang namanya gaji ngajar. Dalam sebulan, seorang
dosen di kampus tersebut bisa membawa pulang 10 juta bersih.
Itu
kalau si dosen tersebut belum sertifikasi. Kalau sudah sertifikasi, maka gaji
pokok dikali 2. Sungguh bikin ngiler kan? Hahaha......
Tapi
tunggu dulu, itu kan hanya terjadi pada 1 - 2 kampus saja. Perlu diingat, bahwa
dari 4 ribuan kampus di Indonesia, yang besar itu tidak lebih dari 5 %.
Selebihnya adalah ladang amal bhakti bagi putra putri terbaik bangsa untuk ikut
mencerdaskan generasi mudanya.
Ada
satu ungkapan "Jangan pernah tanyakan apa yang diberikan oleh negaramu.
Tapi tanyakanlah apa yang bisa kamu berikan untuk negaramu"
Bagi
yang berkesempatan untuk beramal di luar 5% kampus tersebut, maka luruskanlah
niatmu, perbaiki tata cara berpikirmu, dan perluaslah hatimu agar bisa memiliki
kesabaran tanpa batas. Disini, anda akan dituntut untuk bisa rangkap jabatan.
Seorang dosen S2 lulusan luar negeri maupun lulusan kampus top negeri ini, bukan tidak mungkin akan berkarir menjadi tukang
ketik dan nganter surat terlebih dulu. Bahkan merangkap jadi office boy. Bisa dikatakan,
dosen dengan model pekerjaan seperti ini bisa multitasking.
"Hidup memang kadang tak semulus pipinya artis korea"
Predikat
sebagai lulusan luar negeri atau dari kampus top di Indonesia tidak serta merta
menjadikan seseorang mendapat posisi yang mentereng. Semua harus melalui karirnya dari
paling bawah. Bahkan tak jarang, perguruan tinggi hanya membayar seadanya untuk
semua pekerjaan tersebut. Sebagai gambaran, ada yang dibayar hanya 400 ribu
perbulan untuk mengajar, merangkap jadi staff, serta office boy. Dahsyat kan?
Inilah
arena amal bhakti yang sesungguhnya. Jika seseorang sudah memutuskan untuk
menjadi seorang pendidik di perguruan tinggi, hilangkan jauh-jauh pikiran untuk
bisa mengumpulkan rupiah demi menyandang status sebagai HORANG KAYA.
Seandainya
pun memang bisa terkumpul, maka itulah buah kerja keras dengan memeras keringat
siang malam.
Sekali
lagi, luruskanlah niat jika memang ingin menjadi seorang dosen. Disini, anda
akan dituntut untuk melaksanakan 3 dharma yang teramat mulia yang tidak akan
anda temukan di bidang pekerjaan lainnya. Selain mengajar, setiap dosen akan
dituntut untuk melakukan penelitian dan publikasi hasil penelitian di
jurnal-jurnal bereputasi yang tak jarang mematok biaya. Juga anda akan dituntut
untuk melakukan dharma mengabdi pada masyarakat. Sebuah dharma bhakti yang
seharusnya ini tidak dikhususkan bagi dosen saja, melainkan kepada semua bidang
pekerjaan yang ada. Dan semua itu harus terus dilaksanakan setiap semester.
Kalau
tidak melakukan, maka siap-siaplah anda kena tegur dari pimpinan, atau gaji
anda akan dipotong.
Bekerja
menjadi dosen berarti menghibahkan setengah dari hidup anda untuk menjadi
pelayan bagi cerdasnya generasi bangsa. Bagi yang mengajar di kampus top,
mereka akan tenang-tenang saja. Input mahasiswanya adalah yang benar-benar
sudah tersaring. Saat memberikan materi kelas, dosen tidak perlu mengeluarkan
banyak tenaga untuk sekedar hal yang remeh
temeh. Namun bagi yang di daerah, apalagi swasta, maka waktu akan banyak
tersita untuk mengurusi hal-hal kecil. Jangankan mau memoles untuk menjadi
juara lomba inovasi teknologi, membuat mahasiswa aktif kuliah dan aktif di
kelas saja memerlukan tenaga ekstra dan kesabaran level tinggi.
Bagaimanapun,
para mahasiswa ini adalah aset bangsa. Mereka sudah mau kuliah saja sudah
beruntung. Tak jarang, bahkan ada mahasiswa yang kadang izin seminggu lebih
karena harus membantu orangtuanya panen padi dan sawit. Jadi, wajar jika
kemudian amal bhakti para dosen dengan model begini lebih banyak ujian sabar
dan ketawakalannya.
***
Jadi,
bagi mereka yang masih menganggap bisa menjadi kaya raya dengan menjadi dosen adalah
sebuah kesalahan besar. Menjadi dosen itu bukanlah sebuah pekerjaan yang penuh
profit. Ini adalah pekerjaan yang lebih banyak amal jariyahnya daripada pendapatan materi semata. Menjadi dosen itu adalah pembuktian dari wacana-wacana idealisme tentang menjadikan bangsa ini sebagai bangsa terdidik untuk terus maju menghadapi tantangan zaman yang dulu sering diteriak-teriakkan dan didiskusikan di bangku kuliah. Menutup curhatan saya ini, saya ingin mengutip ucapan salah satu dosen saya dulu, menjadi DOSEN itu kerjaannya Sak Dos, bayarannya Sak Sen.
Lantas, masihkah berminat jadi dosen?