Andi Azhar
  • Beranda
  • Essai
    • Khazanah Islam
    • Pendidikan
    • Sosial Politik
    • Persyarikatan
    • #SeloSeloan
    • Perguruan Tinggi
    • Sains Teknologi
    • Financial Teknologi
  • Hikayat
    • Formosa
    • Nusantara
  • Soneta
  • English
    • Education
    • Politic
    • Technology
    • Economic
  • Advertorial
    • Competition
    • Endorsement
    • Komikita
  • Obituari
  • Scholarship
    • MoE Taiwan
    • HES Taiwan
    • ICDF Taiwan
  • Hubungi Kami

Sore ini saya dihubungi oleh salah satu sahabat baik saya di Taiwan yang meminta untuk dijelaskan lagi soal status kehalalan vaksin AstraZeneca (AZ) yang “simpang siur” di media dan menjadikan masyarakat ragu untuk divaksin. Sekitar 2 bulan yang lalu saat acara halal bi halal diaspora Indonesia se-Taiwan, saya sempat menjelaskan tentang status kehalalan vaksin AZ ini maupun vaksin lainnya. Agar lebih mudah, maka saya menuliskan lagi penjelasan tentang status kehalalan vaksin AZ ini dimana di Taiwan sendiri memakai vaksin ini dalam program vaksinasi Covid-19.

Di Indonesia, Lembaga yang mengeluarkan status kehalalan sebuah produk [masih] dipegang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dalam pemeriksaannya dilakukan oleh LPPOM MUI sebagai Lembaga resmi dibawah MUI yang memiliki kapasitas untuk itu. Sedangkan menurut UU Jaminan Produk Halal, sertifikat kehalalan sebuah produk diterbitkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama (Kemenag) RI.

Ilustrasi Vaksin Covid-19 (Gambar : Freepik)

MUI Pusat dalam menetapkan status kehalalan sebuah produk, menggunakan prinsip kehati-hatian (ikhtiyath) dan keluar dari polemik (khuruj minal khilaf). Prinsip ini dirujuk dari madzhab Syafi’i. Dalam kasus vaksin AstraZeneca, ada perbedaan status yang antara MUI Pusat dengan MUI Jawa Timur. MUI Jawa Timur menggunakan prinsip argument istihalah (perubahan benda najis menjadi suci) secara mutlak yang merujuk pada madzhab Hanafi dan maliki.

MUI Jawa Timur memberikan status halal pada vaksin AstraZeneca, sedangkan MUI Pusat memberikan status haram. Perbedaan status ini merujuk pada perbedaan prinsip dan argument yang digunakan berdasarkan madzhab yang dirujuk (lihat paragraph diatas ini). Namun walaupun berbeda, MUI Pusat dan MUI Jawa Timur sama-sama membolehkan penggunaan vaksin AstraZeneca ini untuk umat Islam. MUI Pusat mendasarkan pembolehan penggunaan vaksin AstraZeneca ini dengan alasan darurat.

Seperti yang kita tahu, pandemic Covid-19 ini semakin hari semakin memburuk keadaannya. Per 15 Juli 2021, Indonesia menempati posisi puncak sebagai negara terbanyak penambahan kasus positif Covid-19 di dunia. Bahkan setiap hari, media sosial kita diramaikan dengan pengumuman duka cita dari para handai taulan, saudara, sahabat, ulama, hingga masyarakat umum yang wafat dan dikebumikan dengan protocol Kesehatan Covid-19. Rasa-rasanya parade kematian akibat Covid-19 sedang terjadi di hadapan kita saat ini.

Salah satu ikhtiar agar kita segera menyudahi pandemic ini adalah melalui vaksinasi. Vaksinasi yang dilaksanakan di Indonesia menggunakan beberapa merek vaksin seperti Sinovac, Moderna, Sinopharm, dan AstraZeneca. Vaksin Sinovac untuk saat ini menjadi satu-satunya vaksin yang sudah mendapatkan sertifikat halal dari MUI Pusat. Sedangkan lainnya ada yang berstatus belum disertifikasi dan ada juga yang berstatus haram. AstraZeneca adalah salah satu yang berstatus haram tersebut.

Secara sederhana ada tiga hal yang menjadi pertimbangan haramnya suatu vaksin. Pertama, mengandung bahan haram atau dibuat dengan cara yang haram. Kedua, proses pembuatannya melanggar hukum syariah. Ketiga, manfaatnya tidak jelas atau mudaratnya jauh lebih besar. Jadi, hukum haram tidak hanya dipandang dari kandungan bendanya, tetapi juga pada proses maupun manfaatnya.

Status haram dari vaksin AstraZeneca didapat dari penggunaan jaringan manusia dan babi dalam proses pembuatan vaksin tersebut. Bahan aktif vaksin AstraZeneca adalah rekombinan adenovirus yakni monovalen vaksin yang terdiri atas satu rekombinan vektor 'replication-deficient chimpanzee adenovirus (ChAdOx1)', yang menjadikan kode untuk glikoprotein S dari SARS-CoV-2, disebut juga ChAdOx1-S (recombinant). Kemudian, saat pembuatan, dalam penyiapan inang virus, sel inang yang digunakan berasal dari diploid manusia. Persisnya sel yang diambil dari jaringan ginjal bayi manusia puluhan tahun lalu. Sel tersebut ditumbuhkan pada media Fetal Bovine Serum, yang disuplementasi dengan asam amino, sumber karbon, bahan tambahan lain serta antibiotik. Pada tahap penyiapan sel inang itulah ditemukan bahan atau enzim tripsin yang berasal dari pankreas babi. 

Tripsin babi digunakan pada proses awal penanaman untuk menumbuhkan virus pada sel inang. Setelah virus ditanam kemudian tumbuh, virusnya dipanen. Pada dasarnya tidak ada persentuhan lagi antara tripsin dan si virus karena urusan tripsin tersebut hanya dengan media tanamnya. Karena itu, sudah tidak ada unsur babi sama sekali di produk akhir vaksin AstraZeneca.

Analoginya, jika kita menanam pohon dengan menggunakan pupuk kandang merupakan barang yang najis, tetapi ketika menghasilkan buah, si buah tidak lantas menjadi najis. Buahnya tetap halal dimakan. 

Oleh karena itu, walaupun status vaksin AstraZeneca itu haram menurut MUI Pusat, namun MUI Pusat membolehkan penggunaan vaksin AstraZeneca untuk disuntikkan kepada umat islam karena kondisi darurat. MUI Pusat memberi jalan keluar dengan kaidah hajat dan darurat. Bukan Tahlilul Haram (menghalalkan yang haram) atau Tahrimul Halal (mengharamkan yang halal). Tapi memubahkan yang haram karena darurat (konsep hukumnya: mubah, bukan halal)

Vaksin AstraZeneca sendiri sudah [diklaim] disetujui lebih dari 70 negara di seluruh dunia, termasuk negara-negara Islam. Beberapa diantaranya Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair dan Maroko.

***

Jadi jelaslah status kehalalan dan dibolehkannya penggunaan vaksin AstraZeneca. Sebagai bagian dari masyarakat dunia, kita wajib ambil bagian aksi untuk segera mengakhiri pandemic Covid-19 yang telah mengakibatkan jutaan nyawa manusia melayang. Jadikan vaksin ini sebagai ibadah untuk menyelamatkan keberlangsungan hidup manusia. InshaAllah, manfaat dari vaksinasi Covid-19 ini lebih banyak dibanding mudharatnya. Wallahu’alam bishawab


 

Si A : Innalillahi wainnailaihi rojiun. Guys, ada berita duka. Mas Z (sambal ngetag nama yang bersangkutan di group WA) baru saja wafat karena Covid-19. Jenazahnya akan dikebumikan hari ini juga. Mari doakan semoga beliau husnul khatimah dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran.

Jamaah WA : Innalillahi wainnailaihi rojiun. Aamiin. Bagaimana jika kita adakan takziyah online besok malam?

Jamaah lain     : Setuju………. Si B yang jadi hostnya saya.

Si B : Siap. Via Zoom ya. Nanti saya siapkan link Zoom takziyahnya

 

Keesokan harinya menjelang acara takziyah online dilakukan.

 

Si B : Guys, acara malam ini jadi kan ya?

Jamaah WA : Jadi bro. Emang ada apa?

Si B : ngaanuu…….. Susunan acaranya bagaimana ya? Apakah acaranya cukup kita-kita saja atau perlu ada perwakilan dari pihak keluarga? Saya belum pernah ngadain takziyah online.

Jamaah WA : …………(mendadak hening seketika, tidak ada respon dari jamaah lain)

Si A : Sebaiknya sih perlu ada ya perwakilan keluarga

Si C : Tapi bagaimana caranya mengundang pihak keluarga. Kan tidak mungkin dadakan

Si B : Saya usul, bagaimana jika acara mala mini diundur besok malam saja. Sambil kita fix kan susunan acaranya.

Jamaah WA : Setujuuuuu


Dan acara pun akhirnya berlangsung esok harinya dengan acara yang cukup sederhana dan relative singkat. Intinya hanya doa Bersama dan sambil saling mengingatkan pentingnya menjaga diri dari Covid-19 yang sudah mulai dianggap sebagai virus biasa di masyarakat sehingga banyak yang abai terhadap protocol Kesehatan. 


***


Kejadian diatas benar-benar terjadi beberapa waktu yang lalu di salah satu group Whatsapp yang saya ikuti. Pandemi Covid-19 benar-benar telah mengubah Sebagian besar cara hidup kita. Mulai dari memakai masker, bersekolah, bekerja, hingga ke perihal cara kita bertakziyah kepada mereka yang wafat karena penyakit ini. Sebagian besar kegiatan yang dulunya biasanya kita lakukan secara luring dengan berkumpul Bersama lainnya, kini aktifitas tersebut banyak dilakukan melalui daring dengan bertatap muka melalui layer gawai kita masing-masing. Keadaan ini menyebabkan kita harus menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada, tak terkecuali dalam hal takziyah. 


Takziyah virtual (daring/online) saat ini mulai menjadi trendsetter di masyarakat kita. Jika dulu orang mendengar ada saudara, kerabat, atau handai taulan yang meninggal yang lokasinya jauh dari tempat tinggal kita, maka kita meresponnya dengan mengirimkan ucapan duka cita melalui karangan bunga, sms, atau ucapan advertorial melalui media cetak. Kini, seiring pesatnya perkembangan internet, maka ritual tersebut ditambahi dengan takziyah virtual. 


Ilustrasi (Gambar : Peacefoo/istockphoto)
Ilustrasi (Gambar : Peacefoo/istockphoto)

Secara sederhana, esensi dari takziyah yang digariskan oleh agama adalah untuk mendoakan si mayit serta men-support dan menghibur keluarga yang ditinggalkan sehingga tidak larut dalam kesedihan karena ditinggalkan oleh almarhum/ah. Bentuknya bisa berbagai macam, bisa dengan menceritakan hal-hal baik tentang almarhum/ah, memberi bantuan uang, membantu tenaga untuk mengurus jenazah, dan banyak lagi. Prinsip ini yang harus menjadi dasar Ketika kita mencoba mentransformasikan takziyah menjadi kegiatan virtual/daring.


Selama setahun terakhir, kita semakin akrab dengan webinar, zoominar, diskusi online, dan sebagainya. Bahkan dalam satu minggu, bisa full 7 hari kita berseminar secara daring. Alhasil, rutinitas baru ini secara tidak sadar menjadi semacam paradigma bahwa kegiatan online susunanannya seperti itu, paling tidak mirip. Paradigma ini yang akhirnya menjadikan kita kebingungan Ketika harus menyelenggarakan kegiatan ibadah secara virtual seperti takziyah ini. Oleh karena itu, bagi penyelenggara perlu diperhatikan secara seksama konten kegiatannya tanpa meninggalkan esensi dari kegiatan itu sendiri.


*** 


Di Bengkulu, ada kebiasaan baik yang sudah dijalankan berpuluh tahun dalam hal takziyah dan mendoakan jenazah. Di hari kedua atau ketiga meninggalnya jenazah, masyarakat mengadakan “tabligh musibah” di kediaman keluarga. Penyelenggaranya adalah institusi tempat almarhum/ah/keluarga bekerja, atau bisa juga dilakukan oleh kelompok masyarakat di sekitarnya (bisa RT, Kelurahan, maupun kelompok arisan). Acaranya seperti kegiatan tabligh akbar / pengajian, dengan inti acara adalah ceramah agama dari seorang mubaligh dengan mengambil tema tentang kematian, kesabaran, dan sebagainya. Tujuannya adalah mengingatkan bagi kita yang masih hidup untuk merenungi kehidupan dan kematian yang bisa saja datang sewaktu-waktu.


Selain itu, dalam rangkaian tabligh musibah ini, biasanya ada yang menambahi dengan pemberian testimoni dari kerabat dekat, rekan kerja, serta tokoh masyarakat. Tujuannya adalah menghibur keluarga yang ditinggalkan dan memberikan semangat kepada keluarga untuk menghadapi hari-hari setelah ini.


Ada tiga poin yang seyogyanya tidak boleh terlupa dalam penyelenggaraan takziyah online : tabligh (saling mengingatkan tentang hikmah kematian untuk kita yang masih hidup), pemberian testimoni tentang hal-hal baik serta kebaikan almarhum/ah (untuk menjadi pelajaran serta panutan sekaligus menjadi penghibur bagi keluarga), dan mendoakan almarhum/ah.


Selain itu, dalam tradisi masyarakat kita dikenal adanya pemberian sumbangan untuk keluarga yang ditinggalkan agar kebutuhannya dalam beberapa hari masa berkabung bisa tercukupi. Ini bisa di transformasikan menjadi salah satu bagian juga dalam rangkaian takziyah virtual jika disepakati oleh semuanya. Islam mengajarkan bahwa dalam takziyah kita dilarang memberatkan si keluarga yang sedang berduka, dan Islam menganjurkan kita untuk membantu si keluarga tersebut sehingga bisa meringankan kondisi mereka yang sedang berduka karena kehilangan anggota keluarga yang dicintai.


*** 


Mengakhiri tulisan ini, kami mencoba memberikan sebuah contoh konten (susunan) acara takziyah virtual yang [siapa tahu] bisa dijadikan referensi.

  1. Pembukaan
  2. Pembacaan Ayat Suci Alquran (disarankan membaca ayat-ayat yang berkaitan dengan kematian maupun mengingatkan tentang maut) sekaligus pembacaan arti ayat yang dibaca tersebut
  3. Sambutan dari pihak penyelenggara (diusahakan untuk menjelaskan mengapa kegiatan ini ada dan apa tujuannya)
  4. Sambutan dari pihak keluarga (jika dimungkinkan dari keluarga inti, namun jika tidak ada yang bisa maka bisa dari keluarga besarnya)
  5. Pemberian testimoni dari beberapa kerabat dan rekan almarhum / ah (testimoni singkat saja namun menceritakan hal-hal baik tentang almarhum/ah, jasa-jasanya, serta bagaimana peran almarhum di tempat kerja/pergaulan)
  6. Tabligh Musibah (pilih mubaligh yang tidak suka bercanda dalam mengisi tabligh musibah dan pilih tema-tema yang terkait dengan kematian, kehidupan setelah mati, serta bagaimana kita bersikap dalam menyambut akhir waktu nyawa kita)
  7. Doa bersama
  8. Pemberian bantuan materi kepada keluarga untuk membantu kebutuhan sehari-hari keluarga yang ditinggalkan selama beberapa hari masa berkabung (yang ini sifatnya opsional, tergantung kesepakatan para pentakziyah sebelumnya)
  9. Penutup


Selain itu, usahakan semua kamera dinyalakan sehingga ada interaksi (selama ini, banyak kegiatan daring/virtual yang kesannya hanya satu arah karena kamera peserta dimatikan).


Intinya, kegiatan takziyah virtual ini merupakan hal baik dan baru bagi kita untuk melaksanakan perintah nabi. Dengan kemajuan teknologi, kendala jarak-ruang-waktu tidak lagi menjadi hambatan untuk terus melaksanakan sunnah-sunnah nabi, seperti takziyah seperti ini. Jangan lihat bahwa ini adalah bentuk bid’ah, namun lihat ini sebagai sebuah ijtihad dengan memanfaatkan kemajuan zaman.


*** 


Setiap dari kita akan meninggal atau ditinggalkan lebih dahulu. Bagi yang ditinggalkan, tentu perlu dukungan dan bantuan dari lingkungan sekitar untuk beradaptasi terhadap ketentuan Allah tersebut. Tidak mudah memang cepat beradaptasi terhadap kehilangan orang yang dicintai, namun yakinlah bahwa sesungguhnya Allah telah menetapkan waktu akhir terbaik bagi setiap orang. Sebagai individu yang diperintahkan Allah untuk senantiasa berhablumminannas, maka sesungguhnya takziyah adalah salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk memuliakan si jenazah dan keluarga yang ditinggalkan. Dan karena pandemi ataupun karena jarak, maka takziyah tetap bisa dilakukan melalui perangkat teknologi seiring majunya zaman. Semoga kita senantiasa menjadi pribadi-pribadi beriman yang ingat akan kematian dan menyiapkan diri terhadap kematian. Wallahu’alam bishawab

Beberapa waktu yang lalu, di salah satu forum pengajian daring, Ust. Adi Hidayat memaparkan bahwa beliau telah melakukan riset selama berbulan-bulan untuk mencari obat dari penyakit yang menjadi wabah dunia saat ini, yaitu Covid 19. Ia melakukan riset berbasiskan Al-Quran dan Al Hadist sesuai otoritas keilmuan beliau yang memang ahli dibidang tafsir. Ia menyebut bahwa nabi pernah menyebut tentang sebuah obat yang bisa menyembuhkan beberapa macam penyakit, salah satunya adalah selaput dada. Beliau (Ust. Adi Hidayat) memberikan inisial PH 7 untuk bahan obat ini yang hanya tumbuh di dua tempat di dunia, yaitu Himalaya dan Saudi Arabia bagian Timur.

Saya tergelitik untuk ikut mencari apa yang dimaksud dengan PH 7 tersebut. Ust Adi Hidayat sendiri belum mau mempublikasikannya karena sudah memberikan hasil kajian beliau tersebut ke pihak-pihak terkait yang berkompeten untuk mengujinya dan mengumumkannya. Banyak orang yang mengira bahwa PH 7 yang dimaksud adalah garam Himalaya karena istilah PH biasanya merujuk pada sifat kimia asam dan basa suatu zat. Saya sendiri berusaha mencari hadist / riwayat nabi terkait obat yang dimaksud. Dan ketemulah hadist nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari dengan nomor hadis 5260. Berikut bunyi hadis nabi tersebut.

“Bahwa dirinya pernah mengunjungi Rasulullah SAW bersama anaknya yang baru saja diobati dengan cara memasukan jari-jari ke kerongkongannya, lalu beliau bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dengan maksud apa kamu mengobati penyakit tenggorokan anakmu dengan memasukan jemari tangan? Gunakanlah kayu India ini, karena padanya terdapat tujuh ragam penyembuhan, diantaranya adalah penyakit radang selaput dada”

Ternyata PH 7 yang dimaksud bukanlah garam Himalaya, karena garam Himalaya tidak ditemukan di Arab Saudi bagian timur. Dan kemungkinan yang dimaksud PH 7 oleh Ust Adi Hidayat adalah Kayu India, seperti yang disebut dalam hadis diatas. Lalu pertanyaannya, benarkah kayu India yang disebut dalam hadis ini adalah jawaban kita untuk menghentikan wabah Covid 19? Apakah ada dasar ilmiah pemanfaatan kayu India ini sebagai obat?

Disinilah tulisan ini coba mendedah klaim ini dari referensi-referensi ilmiah terkait informasi yang sedang hangat dibicarakan oleh warganet saat ini. 

***

Di India tumbuhan ini disebut qusth India. Dalam kamus lisan al-‘Arob, disebutkan:

“Al-Aluwwah dan Al-Uluwwah, dengan memfatahkan hamzah dan mendlommahkannya serta mentasydid waunya, memiliki dua lugot, yaitu lugot persi yang dijadikan ‘arab ialah kayu gaharu. Bentuk pluralnya adalah Alaawiyah. Imam Al-Ashmu’i berkata, “Al-Uluwwah adalah kayu gaharu”, Abu Manshur berkata, “Al-Uluwwah adalah kayu gaharu”. (Kitab digital Marji’ al-Akbar)

Imam Ibnu Al-Qayim Al-Jauzi dalam kitabnya Al-Thib Al-Nabawi menjelaskan tentang macam dan fungsi kayu gaharu, beliau mengatakan:

”Kayu gaharu India itu ada dua macam. Pertama adalah kayu gaharu yang digunakan untuk pengobatan, yang dinamakan kayu kusth. Ada yang menyebutnya dengan Qusth. Yang kedua adalah yang digunakan sebagai pengharum. Kayu ini disebut Uluwwah.” (At-Thib An-Nabawiy, hlm 265)

Dalam dunia internasional, kayu India ini populer dengan nama Qust Al Hindi atau dalam Bahasa inggris disebut Indian Costus Root. Sebenarnya ada 2 jenis kayu ini, yang satu qust al hindi yang berwarna hitam dan qust al bahri yang berwarna putih. Qust al hindi ini lebih panas disbanding qust al bahri.

Dalam banyak literature disebutkan bahwa qust al hindi ini sudah lama dipakai oleh masyarakat di timur tengah dan asia selatan sebagai pengobatan herbal. Klaimnya ada beberapa manfaat, seperti memudahkan aliran menstruasi, memudahkan aliran urin, membunuh cacing di usus, menangkal racun, mencegah demam, memanaskan perut (memperlancar pencernaan), meningkatkan hasrat seksual, serta menghilangkan bintik-bintik di wajah.

Qust Al Hindi / Kayu India /  Indian Costus Root  (Foto : Istimewa)
 

Dilihat dari publikasi riset di jurnal-jurnal ilmiah, belum ada satupun jurnal yang mengaitkan efektifitas qust al hindi ini sebagai obat Covid 19. Namun ada beberapa penelitian yang sudah dipublikasikan yang mencoba meneliti efektifitas qust al hindi ini sebagai obat untuk melawan bakteri dan mikroba jahat yang menyerang tubuh manusia.

1.    Penelitian Nagwa M. Sidkey et. al dari Universitas Al-Azhar Mesir dan Universitas Taibah Arab Saudi

Dalam penelitian yang berjudul “Antimicrobial Activity of Costus Plant Extract Against Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA, I3)”, para peneliti menyimpulkan bahwa dari studi menyeluruh dan investigasi literatur yang tersedia tentang Costus speciosus, jelas ditemukan bahwa ekstrak tersebut (qust al hindi) memiliki senyawa dengan sifat antimikroba dan berfungsi sebagai sumber penting untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh strain Staphylococcus aureus (MRSA) yang resisten Methicillin. Rimpang C. speciosus (Qust Hindi) memiliki potensi untuk digunakan sebagai nutrisi dalam makanan yang memberikan manfaat kesehatan. Tulisan ini terbit di  International Journal of Science and Research (IJSR), tahun 2015

2.     Penelitian Ebedi Nastaran et.al dari Tehran University of Medical Science, Iran

Penelitian ini mengungkap bahwa beberapa efek farmakologis yang identik seperti aktivitas antiinflamasi, antimikroba, hepatoprotektif, hipolipidemia, hipoglikemik, spasmolitik, analgesik, dan antioksidan telah dibuktikan pada S. costus dan C. speciosus dan kesamaan ini dapat menjadi alasan untuk aplikasi dan penggantian tumbuhan ini daripada satu sama lain. . Lakton sesquiterpene seperti costunolide umum ditemukan dalam famili Asteraceae dan S. costus, tetapi telah dipisahkan dari beberapa tanaman obat lain seperti C. speciosus juga; jadi, ada kemungkinan bahwa komponen aktif ini bertanggung jawab atas efek farmakologis serupa pada S. costus dan C. speciosus. Penelitian ini membuktikan bahwa ada kandungan aktif yang terdapat dalam qust al hindi yang berfungsi sebagai anti mikroba dan antioksidan yang diperlukan tubuh untuk melawan bakteri dan mikroba-mikroba yang menyerang tubuh manusia. Penelitian ini dipublikasikan di Research Journal of Pharmacognosy (RJP) tahun 2018.

3.      Penelitian oleh Zainab A. Bakhsh et.al dari Universitas King Abdul Azis, Arab Saudi

Dalam penelitian ini yang mengambil metode pilot study ini mengungkapkan kemanjuran yang signifikan dari penggunaan ekstrak air rimpang C. speciosus pada pasien yang menderita faringitis akut dan tonsilitis. Intervensi ini menunjukkan perbaikan gejala akut pada 60% pasien yang dirawat dalam 24 jam pertama, dan 93% sembuh total pada hari ke-5 tanpa perkembangan efek samping. Temuan ini menunjukkan bahwa para peneliti dapat mempertimbangkan ekstrak rimpang ini sebagai terapi alternatif untuk manajemen antibiotik pada faringitis akut dan tonsilitis. Penelitian ini dipublikasikan pada Saudi Medical Journal tahun 2015.

4.     Penelitian oleh Al-Kattan dan Manal Otthman dari Universitas King Abdul Azis, Arab Saudi

Penelitian ini mengungkap bahwa ekstrak air dari qust al hindi  terlihat tinggi efektivitasnya melawan Aspergillus niger, Aspergillus flavus dan Candida albicans. Hasil yang diperoleh dari riset ini memberikan bukti tentang pentingnya menggunakan berbagai jenis Costus dalam pengobatan penyakit bakteri yang mempengaruhi saluran pernapasan pada manusia, baik kering maupun ekstrak air. Costus (qust al hindi) adalah salah satu tanaman obat yang telah digunakan sejak zaman dahulu di berbagai negara untuk pengobatan berbagai penyakit yang menyerang manusia. Sebagai pengobatan profetik, ini telah direkomendasikan penggunaan spesies Costus ini dalam pengobatan penyakit selama ribuan tahun. Saat ini, qust al hindi ini adalah salah satu alternatif medis untuk mengurangi risiko resistensi terhadap antibiotik. Penelitian ini dipublikasikan pada Journal of Medicinal Plants Research pada tahun 2013.

5.    Penelitian oleh Shabnam Ansari dari Jamia Millia Islamia, India

Penelitian mengungkap bahwa qust al hindi dan senyawa aktifnya telah membuktikan potensinya sebagai antivirus, hepatoprotektif, anti-inflamasi, imunomodulator, anti mikroba, antiulcer, gastroprotective, antikanker, anti oksidan, aktivitas anthelminthic, hipolipidemik, hipoglikemik, anti-angiogenesis, antidiare, spasmolitik dan antikonvulsan dalam berbagai studi in vitro, in vivo dan klinis. Penelitian ini dipublikasikan di Journal of Pharmacognosy Reviews tahun 2019.

*** 

Selain kelima penelitian diatas, masih banyak sekali tulisan-tulisan di jurnal lain yang membahas efektifitas kandungan qust al hindi sebagai obat. Jika ditarik benang merahnya, maka qust al hindi ini bekerja dengan cara meningkatkan imunitas agar tubuh mampu melawan bakteri maupun virus yang menyerang tubuh. Ini artinya bahwa hadis Rasulullah SAW yang kami sitir di awal tulisan ini terbukti benar bahwa kayu india bisa menjadi obat untuk beberapa penyakit, yang salah satunya adalah radang selaput dada. Namun terkait dengan apakah qust al hindi ini juga bisa menyembuhkan penyakit covid 19, ini masih belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Klaim ini masih memerlukan pengujian dan penelitian secara ilmiah agar penggunaannya bisa tepat. Walaupun dalam literature disebut bahwa qust al hindi bisa menyembuhkan radang paru-paru, dan covid 19 ini juga sebenarnya menyerang paru-paru, namun sekali kali kami sebutkan bahwa ini belum ada dasar ilmiahnya (belum ada publikasi jurnal ilmiah terkait hal ini). Bisa jadi saat ini ada peneliti di suatu tempat sedang berkejaran dengan waktu untuk meneliti kandungan qust al hindi sebagai solusi mengatasi wabah covid 19 ini. 

Saat ini, ikhtiar yang bisa dilakukan oleh kita adalah meningkatkan imunitas diri dengan cara berolahraga, makan makanan bergizi, terus berpikir positif, dan minum multivitamin. Selain itu, sebagai langkah antisipasi juga wajib patuhi protokol yang berlaku. Sebagai masyarakat awam, sudah seyogyanya kita mendoakan agar obat covid 19 ini bisa segera ditemukan dan wabah ini segera mereda sehingga kehidupan bisa kembali seperti semula. Wallahu’alam bishawab

Ilustrasi Ketupat (Sumber : Istimewa)


Adalah sesuai penanggalan Islam dan Jawa, maka hari ini adalah hari Lebaran Ketupat atau yang biasa juga disebut lebaran kupat (Kupat adalah nama pendek dari ketupat, biasa diucapkan oleh masyarakat Jawa). Lebaran ketupat adalah salah satu perayaan umat Islam di Indonesia hasil akulturasi Islam dan budaya Jawa garapan Walisongo.

Lebaran kupat adalah perayaan kemenangan (sama halnya seperti lebaran 1 syawal) setelah 6 hari puasa sunnah di bulan Syawal. Menurut salah satu hadits, yang kurang lebih isinya menyebutkan bahwa jika kita (muslim) melaksanakan puasa ramadhan selama sebulan penuh kemudian disambung dengan puasa 6 hari dibulan syawal, maka baginya pahala puasa layaknya orang berpuasa setahun lamanya. Puasa Sunnah syawal sendiri bisa dikerjakan kapan saja asal masih di bulan syawal. Namun kebiasaan yang utama, puasa ini dimulai pada tanggal 2 syawal hingga berakhir 7 syawal. Sehingga muslim akan berlebaran ketupat pada hari ke-8 syawal.

Dalam perayaan lebaran kupat ini, ada perbedaan dengan lebaran 1 syawal, terutama dalam hal merayakannya. Yang khas dari lebaran ini adalah adanya makanan wajib pada perayaan lebaran kupat ini, yaitu Ketupat atau Kupat. Walaupun kadangkala dalam perayaan lebaran 1 syawal pun kita juga membuat kupat. Namun seiring berjalannya waktu, banyak yang menggantikan keberadaan kupat ini dengan lontong maupun yang lain saat lebaran 1 syawal. Namun dalam lebaran kupat, keberadaan kupat tidak bisa tergantikan dengan lontong maupun bentuk lainnya.

Lebaran kupat sendiri tidak hanya sekedar menjadi tradisi yang dilaksanakan setiap tahun. Lebih dari itu, kupat yang menjadi simbol utama dalam perayaan ini adalah anyaman janur kuning yang menggambarkan jalinan silaturrahmi yang erat, saling membungkus, dan saling menguatkan. Semacam simbol pentingnya persatuan dan kesatuan. Di beberapa literature disebutkan bahwa janur kuning, daun kelapa muda, juga bermakna simbol perlunya mempermuda, terus memperbarui jalinan silaturrahmi agar tidak lekas menua dalam pengertian menjadi rapuh dan lemah. Sebab, rapuh dan lemahnya silaturrahmi adalah embrio keterpecahan baik individual maupun kolektif. Dan ini berbahaya bagi kelangsungan tata hubungan social kemasyarakatan.

Sebagai muslim yang terlahir di Indonesia dan dibesarkan bersama budaya nusantara, kita beruntung memiliki perayaan Idul Fitri. Kita juga diuntungkan dengan adanya tradisi dan budaya kupat atau ketupat sebagai simbolisasinya. Karena kupat bisa menjelaskan hakikat Idul Fitri dengan mengangkat dan menghargai budaya lokal. Jika dicari dalilnya, mungkin hal yang seperti ini tidak akan ketemu. Namun lita tidak harus alergi dengan symbol-simbol budaya seperti ini darimanapun itu asalnya selama tidak bertentangan dengan agama. Sebab, dalam simbol, terkadang kita bisa menguak makna tanpa kehilangan esensinya.

***

Namun apalacur, hari-hari ini kita seperti sedang mengalami krisis identitas. Semua yang dianggap berbeda, di cap salah. Padahal belum tentu yang berbeda itu salah, karena terkadang perbedaan itu bukan pada hal mendasarnya, melainkan hanya pada cara mengungkapkannya. Dan ini banyak terjadi disaat kita tidak memahami makna dan tujuan dari simbolisasi dari apa yang dilakukan. Seperti yang sudah disebutkan, bahwa selama itu tidak bertentangan dengan aqidah dan ajaran Islam, serta bisa diambil manfaatnya, tentu sah-sah saja ini dilakukan.

Seperti yang terjadi pada lebaran ketupat. Banyak orang yang tidak mau merayakannya, atau bahkan tidak tahu tentang acara ini. Tentu ada factor-faktor yang mendasarinya. Namun terlepas dari itu semua, ada juga sebagian dari kita yang merayakan lebaran kupat hanya sebagai tradisi saja tanpa tahu makna dibalik itu semua.

Jika saja lebaran kupat yang sebenarnya penuh dengan pemaknaan symbol dan ajaran Islam, direduksi maknanya dengan hanya menjadikannya sebagai sebuah tradisi turun temurun yang kalau tidak dilakukan maka terasa ada yang kurang pas (karena dianggap melenceng dari tradisi leluhur), maka ini sangat disayangkan. Jika diamati, pudarnya makna lebaran kupat ini bisa jadi akibat factor internal dan factor eksternal.

Faktor internal lebih mengarah pada bagaimana keluarga dan lingkungan mengajarkan tradisi baik ini beserta dengan pemahamannya. Beberapa tahun terakhir saya mengamati perayaan ini di beberapa desa di sekitar saya yang notabenenya adalah masyarakat Jawa transmigran generasi ketiga, mereka hanya merayakan tradisi lebaran kupat hanya sebagai seremonial leluhur saja. Mereka membuat selebrasi-selebrasi tertentu, namun sayangnya tidak tahu apa makna dan tujuan dari selebrasi tersebut. Sudah sangat jarang orangtua maupun guru ngaji yang mengajarkan makna penting dibalik perayaan ini. Sehingga generasi-generasi mudanya hanya tau luarnya saja, tidak menyentuh pada hal-hal esensialnya. Alhasil, saya banyak menemukan lebaran kupat dirayakan lebih awal dari yang seharusnya. Selain itu, factor internal lainnya adalah anggapan bahwa tradisi ini adalah tradisi lama yang tidak kekinian, sehingga dirasa kurang pas untuk dilaksanakan hari-hari ini. Sedangkan factor eksternal yang mempengaruhi turunnya popularitas (jika boleh disebut seperti itu) lebaran kupat adalah menguatnya tren budaya asing dan modern dalam hal perayaan lebaran itu sendiri yang pada akhirnya menyingkirkan tradisi negeri sendiri.

***

“Bukankah orang yang berhari raya itu adalah yang mencukupkan puasa dan membayar zakat?”

Sama halnya dengan lebaran 1 Syawal, lebaran kupat juga pada dasarnya hanya dirayakan oleh orang-orang yang melakukan puasa sunnah 6 hari di bulan syawal. Dan ini kiranya perlu menjadi perenungan bagi kita semua, apakah kita hanya sekedar menjalani tradisi atau mengambil esensi dari tradisi tersebut. Karena sesunggunya tradisi itu dibuat bukan tanpa sebab, melainkan mengajarkan manfaat bagi si pelakunya.

Selamat berlebaran !

Lampung Tengah, 17 September 2010

Bagi kita yang mendapatkan identitas Muslim sejak lahir, ajaran-ajaran yang ada dalam Islam terkadang hanya dipahami sebagai laku ritual semata. Banyak [bahkan saya sendiri] yang tidak mengetahui filosofi ibadah serta ajaran dalam Islam serta kaitannya dengan sosial, budaya, kesehatan, dan semua cabang ilmu pengetahuan modern yang ada saat ini.

Islam lahir secara lengkap. Tak ada cacat sedikitpun dalam Islam. Cacat yang [kebanyakan] kini dipahami oleh segelintir orang adalah buah dari kekurangannya memahami Islam secara utuh. Islam lahir dengan membawa ari-ari semua cabang keilmuan modern saat ini. Bahkan, saat kondisi masyarakatnya belum mencapai tahap maju, Islam sudah Avant Garde dalam mengimplementasikan ilmu pengetahuan modern dalam ajaran-ajarannya.

***

Beberapa hari yang lalu, dalam diskusi kelas, salah seorang teman saya memberikan presentasi tentang Kota Ramah Kesehatan. Ia bercerita tentang salah satu kota di dunia. Ia juga menunjukkan salah satu video yang cukup viral beberapa minggu belakangan, tentang bagaimana Taiwan berubah dari sebuah "pulau sampah" menjadi salah satu pulau terbersih di dunia. Professor saya pun menanggapi presentasi dan tayangan video tersebut.

Taiwan membutuhkan waktu 2 tahun lebih untuk merubah kebiasaan serta pola hidup masyarakatnya. Masyarakat Taiwan di masa lampau, 180 derajat berbeda dengan saat ini. Dulu, masyarakat Taiwan gemar membuang sampah sembarangan. Alhasil, pada tahun 2000an Pemerintahnya membuat regulasi untuk membentuk karakter dan kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan dengan cara mengurangi kotak sampah serta mengenakan denda bagi siapa saja yang membuang sampah sembarangan. Bahkan orang yang melaporkan orang lain yang membuang sampah sembarangan malah akan diberi hadiah. Alhasil, dalam kurun beberapa waktu, Taiwan berubah. Pola hidup dan kebiasaan masyarakatnya berubah drastis. Namun itu bukanlah sebuah kejutan. Karena Taiwan baru menerapkan regulasi tersebut setelah 50 tahun berdiri. Itupun karena memang kondisinya sudah sedemikian parah. Jadi menurutnya itu adalah sebuah kewajaran. Sebuah usaha [yang walaupun biasa] tetap harus diapresiasi. Namun ada yang jauh lebih harus diapresiasi.

Menurut professor saya yang lama tinggal di Amerika Serikat tersebut, ia justru salut dengan Islam. Agama ini sudah mengajarkan tentang kebersihan berabad-abad yang lalu. Professor justru mencontohkan tentang wudhu, kebersihan pakaian dan tempat [terutama ketika akan sholat], bersuci sehabis buang air kecil dan besar, serta menjaga kebersihan rumah dari hewan peliharaan. Baginya, Islam adalah agama yang sangat menganjurkan pola hidup bersih dan sehat. Tak ada keraguan di dalamnya. Sayapun menimpalinya dengan sebuah kalimat, "Dalam Islam, menjaga kebersihan adalah sebagian dari Iman".

Lain professor lain pula dengan anak muda Taiwan. Kemarin saya kebetulan satu bus dengan salah satu karyawan kampus yang usianya kurang lebih sama dengan saya. Ia menyapa saya terlebih dahulu saat bertemu di bus dan iapun membuka percakapan dengan beberapa pertanyaan basa-basi. Namun 5 menit berikutnya, percakapan menjadi lebih berbobot.

"Andi, apa agamamu?"
"Saya bergama Islam"
"Wah, Islam ya? Saya sangat terkesan dengan Islam. Saya banyak tahu tentang Islam dari cerita teman-teman saya serta membacanya melalui internet"

Ia menceritakan bagaimana Islam sangat menghargai peran laki-laki tanpa mengesampingkan peran perempuan. Menurutnya, Islam sangat menaruh posisi laki-laki menjadi Pembuat Kebijakan dalam keluarga. Islam mengajarkan bahwa seorang laki-laki haruslah menjadi tulang punggung, pengayom, dan pemberi kasih sayang bagi keluarganya. Namun Islam juga mengajarkan bahwa dalam keluarga, selain laki-laki, wanita juga merupakan sosok yang sangat mulia. Ia bersimpati tatkala mengetahui bahwa Islam menempatkan seorang perempuan menjadi makmum laki-laki, namun menaikkan derajatnya 3 tingkat diatas laki-laki karena perjuangannya dalam mengandung, melahirkan, membesarkan anak, serta mendukung penuh sang laki-laki dalam aktifitasnya. Menurutnya, ini adalah sesuatu yang dia tidak pernah temukan sebelumnya.
 
Ilustrasi (Sumber : Pixabay)
Lebih lanjut, ia bercerita tentang bagaimana seorang laki-laki dalam Islam tidak boleh menyentuh lawan jenisnya jika belum menikah. Ia sangat mengapresiasinya tatkala saya mencoba memberikan perumpamaan permen untuk memberikan gambaran maksud serta tujuan mengapa Islam mengajarkan perintah tersebut. Baginya, sungguh Islam adalah agama yang sangat memuliakan kaum perempuan.

Dalam diskusi berikutnya ia malah balik menanyakan apakah saya sudah menikah atau belum? Serta menanyakan alasan mengapa banyak orang Indonesia menikah muda. Seperti yang saya tuliskan diatas, bahwa kami berdua seumuran. Namun ia malah belum kepikiran untuk menikah dalam waktu dekat. Menikah adalah sesuatu yang masih jauh baginya.

Saya mencoba memberikan perumpamaan permainan sepakbola. Tatkala sebuah kesebelasan bertanding melawan kesebelasan lain, maka apa yang sekiranya akan membuat mereka menjadi semangat untuk memenangkan pertandingan?

Ia menjawab, "uang / bonus".
"Benar, itu benar sekali. Namun adakah faktor lain yang lebih besar dibandingkan uang?"
"Hmmmm....... Supporter". Teriaknya, sampai membuat seiisi bis memelototin kami.

Iyaps, benar sekali. Sepak bola tanpa supporter bukanlah sepak bola. Dalam banyak kasus, suporter diibaratkan menjadi pemain ke-12 dalam sebuah pertandingan sepak bola. Mereka merupakan energi yang luar biasa yang membuat para pemain di lapangan menjadi beringas dan bersemangat untuk meraih kemenangan.

Nah, sama dengan kehidupan ini. Seorang laki-laki akan sangat membutuhkan dukungan seorang perempuan dalam hidupnya untuk mengarungi kehidupan. Kehampaan akan seorang pendukung dalam "pertandingan" kehidupan, menjadikan seorang laki-laki lemah. Inilah salah satu faktor mengapa banyak orang Indonesia [yang memang sudah siap untuk mengarungi ganasnya kehidupan], menikah muda. Mereka butuh partner, tempat berbagi segalanya, teman hidup, serta pendukung untuk mengarungi kehidupan.

Ia pun manggut-manggut mendengar penjelasan saya yang sangat amburadul bahasa inggrisnya [terutama pronounciationnya. Medoknya tidak bisa hilang. He he he]

***

Dari 2 peristiwa yang saya alami diatas, menjadikan saya semakin yakin tentang Islam yang saya yakini sejak lahir. Islam yang membawa obor penerang kehidupan bagi pemeluknya. Islam yang mengajarkan bahwa logika serta ilmu pengetahuan dapat menjelaskan secara ilmiah tentang jabaran-jabaran ajaran dalam Islam itu sangat rasional dan bermanfaat bagi para pemeluknya. Islam yang bukan agama mistik yang tidak boleh dipelajari oleh pemeluknya. Islam yang meninggikan manusia, bukan malah merendahkan manusia dengan manusia lainnya. Tak ada ajaran dalam Islam yang menjerumuskan pemeluknya pada sesuatu yang negatif. Semua memiliki fungsi dan tujuan yang baik yang menjadikan manusia sebagai makhluk terbaik di muka bumi.

Jika orang asing saja sangat mengapresiasi terhadap ajaran-ajaran Islam, lantas mengapa kita masih malu menyebut diri kita seorang Muslim? Yuk, buka lagi kajian tentang Islamnya. Ada banyak rahasia Allah swt yang belum kita pelajari. IQRA' !!!


Catatan Kaki :
Alien adalah sebutan bagi orang asing di Taiwan [dulunya]. Buktinya adalah kartu identitas tinggal bagi orang asing adalah ARC (Alien Resident Card). Ini bukan Alien yang berarti makhluk dari luar angkasa ya. Hehehe



Jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Segera setelah mematikan laptop yang telah 6 jam dipakai untuk menyelesaikan satu makalah, tiba-tiba ponsel berdenting.
"Ting", sebuah penanda bahwa ada pesan masuk melalui salah satu media sosial yang terpasang di ponsel cerdas buatan China ini.

"Assalamualaikum, selamat malam bapak. Bagaimana kabarnya pak? Mohon maaf mengganggu waktu istirahat bapak. Saya ingin memberitahukan bahwa siang tadi saya sudah melalui sidang skripsi dan dinyatakan lulus. Alhamdulillah. Saya hanya ingin mengucapkan terimakasih banyak atas semua ilmu dan nasehat bapak yang diberikan kepada kami, terutama saya, sehingga saya bisa sampai pada tahap ini. Saya sedih tidak bisa menemui dan mengabarkan kabar ini secara langsung kepada bapak karena perihal jarak, saya hanya bisa memberitahu bapak melalui media sosial. Tanpa mengurangi esensi, maksud, dan tujuan, sekali lagi saya mengucapkan banyak terimakasih atas apa yang telah bapak ajarkan. Semoga ini menjadi tabungan kebaikan untuk bapak. Salam untuk ibu ya pak. Wassalam"

Sejenak saya terdiam membaca pesan dari salah satu mahasiswa ini. Mata ini menerawang jauh ribuan kilometer, mencoba mengais-ngais sedikit memori tentang kebersamaan bersama mereka. Ya, mereka yang senantiasa mengeluh susah dan sulit serta tak ada senyum ketika deretan rumus statistika ditulis dan dijelaskan di papan putih. Ah..... Sudah 2 tahun lamanya ternyata !!!

***

Bagi mereka yang sungguh-sungguh memaknai pekerjaan mengajar sebagai sebuah perjalanan spiritual untuk sebuah tanggungjawab moral dan intelektual, tentu tidak pernah sedikitpun terbersit mengharap imbalan materi apalagi hanya sebuah pujian dari mahasiswa atau peserta didik. Sebagai pengajar, ini adalah sebuah balas budi kepada Sang Khalik yang telah memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan lebih tinggi.

Ilmu tidak akan berkembang tatkala hanya dipendam. Ilmu tak akan hilang tatkala disedekahkan. Ilmu juga tak akan berkurang tatkala diajarkan. Namun ilmu justru akan membawa manfaat saat ia mampu membuat manusia lainnya menjadi lebih berarti.

Bagi sebagian orang, sebuah ucapan terimakasih tidak lebih dari 2 suku kata tanpa makna. Kalaupun ada, ia hanya sebagai ekspresi semata. Namun, bagi sebagian yang lain, ucapan terimakasih justru memiliki makna dan pesan mendalam terhadap lawan bicara. Terimakasih adalah bentuk syukur terhadap sesuatu hal.

Dalam kajian ilmu Psikologi Positif, terdapat satu konsep yang cukup menarik untuk dikuliti lebih lanjut, yaitu konsep gratitude. Konsep gratitude adalah konsep bersyukur secara horizontal (sesama manusia). Di dalamnya telah disebutkan bahwa salah satu fungsi dari gratitude adalah bahwa gratitude berfungsi sebagai barometer penentu moral. McCullough (2001), seorang peneliti yang telah banyak meneliti mengenai fenomena bersyukur mendefinisikannya sebagai detektor yang mengingatkan seseorang secara emosi, bahwa mereka telah mendapatkan keuntungan dari pertolongan orang lain dan Tuhan. Menurutnya, saat seseorang bersyukur atas pertolongan orang, biasanya empat hal ini yang mereka pikirkan: 
  • harga yang harus dibayar oleh si pemberi kepada penerima
  • nilai pemberian tersebut
  • niat baik pemberi, 
  • relasi pemberi kepada penerim biasanya, pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang sebenarnya tidak punya kewajiban untuk membantu akan membuat rasa syukur penerimanya lebih besar

Ilustrasi Berterimakasih (Sumber : Pixabay)

Menurut Fluhrer (2010) bersyukur itu berbeda dari menghargai (appreciation). Saat seseorang mendapatkan sesuatu dari orang lain bisa saja dia menghargai pemberian itu tanpa merasa bersyukur. Tapi jika dia bersyukur, sudah dipastikan dia memberi penghargaan terhadap pemberian. Perasaan bersyukur juga berbeda dari perasaan memiliki kewajiban (obligation). Singkatnya, kalimat “saya harus membalas kebaikanmu” memiliki rasa yang beda dengan kalimat ”Saya bersyukur atas bantuanmu”, walaupun di masa depan orang yang mendapat bantuan sama-sama akan membalas kebaikan yang didapatkan. Perasaan memiliki kewajiban untuk mengganti pertolongan orang lain lebih dekat perasaan negatif dan tidak nyaman. Sementara perasaan bersyukur biasanya dihubungkan dengan kesejahteraan dan perasaan bahwa hidup terasa utuh.

Setidaknya ada 3 komponen dari gratitude itu sendiri dalam pandangan para ahli, yaitu :
  • Rasa Hangat dari penghargaan untuk sesuatu atau seseorang, meliputi perasaan cinta dan kasih sayang
  • Rasa syukur sebagai sebuah emosi moral dimana dapat menggerakkan seseorang  untuk  memperhatikan  orang  lain  atau  mendukung  ikatan sosial yang suportif.
  • Perasaan yang baik/ niat baik. Niat baik juga sering di sebut motif moral (moral motive) yaitu rasa syukur atau berterima kasih mendorong seseorang untuk bertindak timbal balik terhadap orang lain yang membantunya secara langsung (direct reciprocity)atau pun hal lain (Upstream reciprocity)

Contoh paling dekat dan paling mudah adalah bersyukur dengan cara banyak berterimakasih kepada siapapun (apapun) yang telah berjasa kepada kita (mengucapkan terimakasih = moral). Katakanlah kepada orang tua, atau teman yang telah membantu kita, kita akan sangat rela untuk mengucapkan terimakasih sebagai bentuk rasa syukur atas keberuntungan yang kita peroleh. Maka, ketika orang yang berbaik hati kepada kita tersebut membutuhkan pertolongan, maka kita akan dengan senang hati memberi pertolongan kepada orang tersebut. Lebih jauh, jika berpedoman pada salah satu contoh di atas, maka menurut konsep gratitude, salah satu hal yang dapat mendorong atau memotivasi manusia untuk menolong orang lain adalah karena dia merasa pernah memerlukan pertolongan itu pada orang yang ditolongnya. Ada proses timbal balik moral di dalam konsepnya. Dan jelas hal tersebut merupakan hubungan yang bersifat horizontal.

Lalu bagaimana caranya agar kita senantiasa terpikir untuk bersyukur dan berterimakasih?

Ada empat langkah sederhana dengan menggunakan pendekatan kognitif perilaku untuk belajar bersyukur, yaitu :
  • Mengenali  pikiran-pikiran  tidak  bersyukur  atau  tidak  berterima  kasih (identify nongrateful thought)
  • Merumuskan pikiran-pikiran yang mendukung rasa syukur (formulate gratitude-supporting thought)
  • Menggantikan  pikiran-pikiran  tidak  bersyukur dengan  pikiran-pikiran yang mendukung rasa syukur (substitude the gratitude-supporting thought for non grateful thought)
  • Menerjemahkan  perasaan  dalam  diri  menjadi  perilaku  yang  tampak (translate the inner feeling into outward action)

***

Sejurus kemudian, saya termenung dengan deretan kalimat penjelas seperti yang saya tulis diatas. Chat dari mahasiswa saya itu mungkin tidak saja sekedar sebagai ungkapan rasa syukurnya atas apa yang ia dapat. Lebih dari itu, toh nyatanya chat tersebut justru mengingatkan saya untuk senantiasa berterimakasih dan mensyukuri atas apa yang saya peroleh tiap detiknya. Berterimakasih kepada Sang Pencipta, keluarga, maupun orang lain. Sebagai orang yang percaya akan adanya hari setelah kematian, tentu bersyukur dan berterimakasih adalah bagian tak terpisahkan dari rangkaian ibadah yang telah diperintahkan dalam bait-bait suci firman-Nya. Lagian, berterimakasih dan bersyukur juga merupakan bagian dari membangun hubungan baik kepada sesama manusia Karena kita dalam hidup akan selalu membutuhkan lingkungan social dimana manusia akan selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Jadi, sudahkah anda bersyukur dan berterimakasih hari ini?
"Orang yang paling bersyukur kepada Allah adalah mereka yang paling bersyukur kepada manusia" (HR. Al Bayhaqy)
IDEALISME YANG MENGAKAR

Idealisme yang berlandaskan agama adalah yang niat dan motivasinya dirapihkan dan disatukan dengan semata-mata hanya ingin mengharap ridho-Nya. Segala sesuatu yang ia kerjakan, ia niatkan sebagai ladang ibadah. Pertanyaannya, apa ada yang seperti itu di tengah zaman seperti saat ini? Jawabannya ada, dan saya melihatnya sendiri.

Di SD tempat ibu saya mengajar, ada satu guru honorer yang sudah 7 tahun lebih mengajar disana. Ia masih muda, seorang sarjana, dan punya wawasan serta semangat belajar yang tinggi. Ia sengaja tidak mengikuti kebiasaan teman sebayanya untuk hijrah ke ibukota mengadu nasib untuk mengais rupiah. Ia lebih memilih tinggal dan mengajar di SD. Gajinya sebulan hanya 200 ribu rupiah. Mengajar dari hari senin-sabtu. Belum lagi ditambah pekerjaan-pekerjaan administrative yang dibebankan juga kepadanya. Apa dia mengeluh? Tidak. Dia justru senang menjalani rutinitasnya tersebut. Saat saya tanya mengapa masih bertahan, jawabannya diluar dugaan guru honorer lainnya. “Saya ingin ilmu dan umurnya bermanfaat bagi orang lain. Allah telah menganugerahkan kesempatan merengkuh pendidikan hingga S1. Dan ini saatnya saya ‘membalas’ kebaikannya Allah dengan bersama-sama berkontribusi membangun negeri melalui dunia pendidikan”.

Sumber : Dari Sini

Seandainya idealismenya tentang membangun negeri, dimana ia percaya bahwa setiap anak muda yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar akan memiliki garis tangannya sendiri dalam kontribusinya membangun negeri, dibangun diatas wacana-wacana diskusi dan teori-teori yang diajarkan di bangku kuliah semata, maka saat ia melihat realitas bahwa setiap bulan ia hanya digaji 200 ribu, niscaya ia akan juga ikut berhijrah ke ibukota.

Baca juga : Motivasi Membangun Bangsa (Bag. 1)
Baca juga : Motivasi Membangun Bangsa (Bag. 2) 

Ada lagi satu dosen terkemuka lulusan perguruan tinggi negeri top di Indonesia. Ia memiliki semangat tinggi dalam mewacanakan pendidikan murah bagi semua masyarakat Indonesia. Ia juga sangat semangat saat berdiskusi bagaimana membangun institusi pendidikan yang mampu berdaya saing tinggi dan mampu menciptakan lulusan handal yang siap memasuki dunia kerja. Namun semangat yang ia miliki, tidak didasari pada pemahaman agama dan nilai ibadah. Semua hanya Karena wacana-wacana yang ia baca dan ia ikuti dalam diskusi-diskusi. Hasilnya, saat ia benar-benar memasuki realitas yang ada di peguruan tinggi, ia hanya mampu bertahan tak kurang dari setahun. Gaji kecil, tidak ada tunjangan tambahan, beban kerja berlebih, dan minimnya perhatian dari pimpinan, menjadikannya tidak betah berlama-lama disana. Semua yang ia wacanakan pupus dengan kenyataan yang ada. Jauh panggang dari api.

Setiap dari kita boleh memiliki ekspektasi. Namun yang lebih penting dari itu adalah melihat dan menjalani realitas yang ada. Jangan sampai berekspektasi tinggi, namun tidak mampu dicapai dengan realitas yang ada. Jika ini terjadi, maka keputusasaan dan hilangnya motivasi adalah ancaman yang siap melanda. Inilah yang banyak terjadi di generasi kita saat ini.

Kembali kepada diskursus awal tulisan ini, lantas bagaimana sebenarnya membangun motivasi yang benar untuk ikut serta dalam membangun bangsa? Ada beberapa hal yang perlu kita renungkan dan jadikan pedoman untuk meluruskan niat dan motivasi kita.

Pertama, Ikhlas dan hanya mengharap ridho kepada Allah (Ihlashul Ubudiyyah Lillah). Ikhlas menjadi syarat terwujudnya negeri yang baik, sebab dengan keikhlasan dalam beribadah, bekerja, berjuang dan beramal sebagai pertanda sikap syukur dan telah sampainya tujuan diciptakanya manusia yaitu mengabdi kepada Allah dengan didasari keikhlasan yang tinggi.

Kedua, niatkan bahwa setiap ikhtiar kita bertujuan untuk membentuk akhlak mulia. Ahlak yang mulia merupakan pilar terwujudnya masyarakat dan bangsa yang baik. “Masyarakat yang sejahtera, aman, dan damai hanya dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan, bertolong-menolong dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh syetan dan hawa nafsu“.

Ketiga, buatlah keseimbangan yang indah antara urusan dunia dan akherat. Alkisah seorang sahabat berniat beribadah di siang dan malam hari, hingga ia berniat menjauhi dunia dan istrinya,seluruh waktu dan jiwanya hanya dihabiskan untuk bertaqarrub kepada Allah, Tetapi rasul malah melarangnya sambil bersabda: ”Aku adalah manusia terbaik, aku makan dan minum tetapi aku juga berpuasa, aku istirahat dan tidur tetapi aku juga mendekati istri, aku bangun menjalankan shalat tetapi aku juga bekerja mencari kehidupan dunia.” Itulah keseimbangan hidup, memperhatikan kemashlahatan akhirat, tetapi tidak pula memperhatikan kebaikan dunia, bangsa yang baik hanya akan terwujud jika ada kebaikan jasmani dan ruhani.

Sebagai penutup tulisan ini, kami coba nukilkan sebuah ayat dalam Alquran yang salah satu frasa dalam ayat tersebut selalu diulang-ulang dan dijadikan slogan kaum muda Muhammadiyah. Semoga kita senantiasa diluruskan niat dan motivasi kita dalam setiap ­kekaryaan yang kita buat. Wallahu’alam Bishawab !

      ﻭَﻟِﻜُﻞٍّ ﻭِﺟْﻬَﺔٌ ﻫُﻮَ ﻣُﻮَﻟِّﻴﻬَﺎ ﻓَﺎﺳْﺘَﺒِﻘُﻮﺍْ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ ﺃَﻳْﻦَ ﻣَﺎ ﺗَﻜُﻮﻧُﻮﺍْ ﻳَﺄْﺕِ ﺑِﻜُﻢُ ﺍﻟﻠّﻪُ ﺟَﻤِﻴﻌﺎً ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّﻪَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ
Artinya : Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al- Baqarah : 148 )

Postingan Lama Beranda

TENTANG PENULIS


Ayah penuh waktu. Penyuka kue lupis dan tempe goreng. Bekerja sebagai penulis partikelir semi-amatir. Kadang-kadang juga jadi tukang dongeng

ACADEMIC LEARNING ACCESS

ACADEMIC LEARNING ACCESS



Ikuti Kami di Media Sosial

KOMIKITA

Memuat komik...

Artikel Populer

  • KAMUS BESAR BAHASA MELAYU-INDONESIA
  • RAPOR TANPA MERAH DAN SEKOLAH TANPA LUKA
  • TEOLOGI UANG DAN BIDANG ILMU EKONOMI SPIRITUAL
  • EKSISTENSI DUA FORUM
  • 1 JAM YANG MENENTUKAN ; SEBUAH DIALOG TENTANG NARASI KEHIDUPAN

Ramadhan Bercerita

PARIWARA

PARIWARA

TULISAN DI MEDIA MASSA

ADVERTORIAL 1

ADVERTORIAL 1

ADVERTORIAL 2

ADVERTORIAL 2
DMCA.com Protection Status

BUKU KAMI YANG TELAH TERBIT

Copyright © 2013-2024 Andi Azhar. Oleh Andi Azhar