MOTIVASI MEMBANGUN BANGSA (Bag. 1)
Baca Juga
Motivasi membangun
bangsa. 3 kata itu terdengar mudah dan biasa
jika diucapkan, namun sesungguhnya memiliki konsekuensi logis yang berat jika
kita jabarkan. Membangun motivasi yang lurus untuk bersama-sama membangun
negeri adalah hal yang selalu didengungkan dalam seminar-seminar di kampus
maupun sekolah. Tulisan ini dibuat bukan untuk menggurui atau menceramahi, melainkan sebagai bahan tukar pemikiran dan wacana tentang tema
diatas. Namun sebelum berbicara lebih dalam, perlu kiranya kita break down terlebih dahulu 3 kata diatas
menjadi definisi yang jelas dan mudah dipahami.
Motivasi
Secara umum definisi
atau pengertian motivasi dapat diartikan sebagai suatu tujuan atau pendorong,
dengan tujuan sebenarnya tersebut yang menjadi daya penggerak utama bagi
seseorang dalam berupaya dalam mendapatkan atau mencapai apa yang diinginkannya
baik itu secara positif ataupun negatif. Adapun istilah dalam pengertian
Motivasi berasal dari perkataan Bahasa Inggris yakni motivation. Namun
perkataan asalnya adalah motive yang juga telah digunakan dalam Bahasa Melayu
yakni kata motif yang berarti tujuan atau segala upaya untuk mendorong
seseorang dalam melakukan sesuatu. Secara ringkas, Selain itu, Pengertian
Motivasi merupakan suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang muncul
adanya gejala perasaan, kejiwaan dan emosi sehingga mendorong individu untuk
melakukan atau bertindak sesuatu yang disebabkan karena kebutuhan, keinginan
dan tujuan.
Secara academic literature, motivasi dijabarkan
dalam beberapa konsep dan arti. Berikut kami cuplikkan beberapa pendapat ahli
tentang makna motivasi.
- Menurut Hamalik (1992:173), Pengertian Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
- Menurut Sardiman (2006:73), Pengertian Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya felling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
- Menurut Mulyasa (2003:112), Pengertian Motivasi merupakan tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi.
- Morgan et al. (dalam Marwansyah dan Mukaram, 2002: 151) menjelaskan bahwa : "motivasi merupakan kekuatan yang mengendalikan dan menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku yang diarahkan pada tujuan tertentu".
- Barton dan Martin (dalam Marwansyah dan Mukaram, 2000: 151) menjelaskan bahwa: "motivasi merupakan kekuatan yang menggerakkan perilaku yang memberi arah pada perilaku dan mendasari kecenderungan untuk tetap menunjukkan perilaku tersebut."
- Djamarah (2002: 34) mendefiniskan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feelling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dan aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat ia lakukan untuk mencapainya.
Lalu pertanyaan
berikutnya adalah dari penjelasan para
ahli di atas, apakah motivasi itu sama dengan niat? Jika berbeda, dimana
letak perbedaannya.
***
Dalam bahasa Inggris
sehari-hari, kita sering menggunakan istilah niat dan motivasi secara
bergantian, seolah-olah mereka berarti hal yang sama; tapi, ada perbedaan
penting: kesengajaan. Motivasi kita untuk melakukan sesuatu adalah alasan di
balik perilaku itu, sumber keinginan kita dan dorongan untuk melakukannya. Kita
mungkin lebih atau kurang menyadari motivasi kita. Psikolog mendefinisikan
motivasi sebagai proses yang “Merangsang, menopang, dan mengatur perilaku
manusia dan hewan.” Sederhananya, motivasi adalah apa yang merangsang kita.
Untuk beberapa orang, hal itu mungkin ketenaran; bagi orang lain, mungkin uang,
kegembiraan atau kesenangan, pengakuan, loyalitas, layanan, rasa memiliki,
keamanan, keadilan, dan sebagainya. Kekuatan motivasi berkembang melalui siklus
saling menguatkan dari keinginan dan penghargaan – ketika sesuatu yang kita
lakukan dihargai, kita ingin melakukannya lagi; jika kita melakukannya lagi,
kita dihargai lagi, dan ingin melakukannya lebih lagi.
Niat
Dalam pandangan
Islam, niat Dalam istilah sehari-hari, kata an-nawa (النوى) banyak
digunakan untuk pengertian “maksud” atau “tujuan”. Al-Raghib al-Asfahani
mengatakan bahwa an-niiyyah (النية) berasal dari kata an-nawa (النوى) Dia mengartikan
an-nawa itu dengan ثوجه القلب Ù†ØÙˆ العمل (tekad hati untuk melakukan perbuatan tertentu). Dalam
al-Qur'an banyak disinggung masalah niat dalam beberapa redaksi dan istilah
yang beragam, walaupun niat tidak disebutkan secara langsung, tetapi
substansinya adalah niat, tujuan dan keikhlasan.
Firman Allah swt
dalam al-quran surat al-Bayyinah ayat ke-5 dan Surat al-Zumar ayat 2 dan 11,
Surat al-A’raf ayat 29, Surat al-Gofir ayat 14 dan 65, dan Surat Luqman ayat 32
. Di dalam ayat-ayat ini al-ikhlash diformulasikan dengan redaksi kata perintah
dalam konteks menjelaskan keadaan dan sifat Nabi dan kaum mukminin. Kedua
keadaan tersebut kembali kepada niat dan berbagai implikasinya. Tujuan
keikhlasan tidak akan terwujud kecuali dengan menolak kemusyrikan.
Niat juga diungkapkan
dengan menggunakan istilah al-iradah. Hal ini dapat dilihat di dalam al-Quran
Surat al-Isra’ ayat 19, al-Furqan ayat 62, al-Qoshash ayat 19, al-Baqarah ayat
233 dan 228, Surat Hud ayat 88. Di dalam ayat-ayat tersebut al-iradah
diungkapkan dalam makna yang berbeda-beda dalam konteks berbagai macam al-qushud
wa al-tasharrufat (tujuan dan perbuatan). Keinginan (iradah) untuk
merenugi kekuasaan Allah SWT, rasa menghendaki akhirat dan perbaikan umat dan
menunaikan hak-hak wajib baik itu bersifat finansial dan lainnya, semuanya
tergantung pada niat dan tujuan. Dengan memformat perbuatan seperti ini
menjadikannya bersifat syar’iyah berakibat pada pengaruh (efeknya) dan di
bangun di atasnya hukum-hukum yang terkait dengannya.
Niat juga diungkapkan
dengan kata al-ibtigo’ (tujuan, sasaran atau target). Misalnya di dalam
al-Qur’an surat an-Nisa’ ayat 94, at-Tahrim ayat 1, al-Qashash ayat 55, dan Ala
‘Imran ayat 5 dan ayat 85, dan di dalam surat al-Ra’d ayat 22 dan al-Isra’ ayat
28. Di dalam ayat-ayat tersebut al-ibtigo’ muncul sebagai hal dan sifat, dalam
konteks larangan maupun perintah. Sehubungan dengan ini al-ibtigo’ mengandung
makna al-iradah dan al-qashdu. Inilah kemudian menjelaskan bahwa sebab semua
perbuatan yang diperintah maupun yang dilarang adalah niat. Perbuatan yang
diperintahkan membutuhkan niat, perbuatan yang dilarang pun juga membutuhkan
niat.
Niat selalu bersifat
sadar; motivasi, seperti dikatakan Freud, tidak perlu disadari bahkan oleh
orang yang memilikinya. Kita perlu niat untuk tampilan yang lama. Kita
menetapkan dan menegaskan kembali niat yang terbaik untuk menjaga kita
mencondongkan diri ke arah yang benar untuk dituju. Tapi, kita perlu motivasi
untuk menjaga kita dalam jangka panjang. Jika niat kita adalah untuk lari
maraton, akan ada waktu ketika jam alarm berbunyi untuk sepuluh mil berjalan
sebelum bekerja, atau di tengah-tengah berjalan, ketika kita akan bertanya
kepada diri sendiri dengan cukup masuk akal, “Mengapa saya melakukan hal ini?
“Kita perlu jawaban yang baik, inspirasi untuk membuat kita melewati halangan
tersebut. Sadar atau tidak sadar, motivasi adalah soal ‘mengapa’, dan juga
percikan di balik niat.
![]() |
Sumber : Dari Sini |
Jadi, niat adalah ruh
perbuatan dan inti sarinya. Perbuatan tanpa niat bagaikan jasad mati tanpa
ruh, sedangkan niat adalah ibadah yang disyariatkan yang memiliki pengaruh
dalam amal perbuatan dan dengan perbuatan tersebut muncul sebuah hukum yang
dapat dibangun di atasnya. Niat adalah dasar dari perbuatan, baik kaidahnya dan
ukuran yang dapat membedakan antara sah, rusak, diterima dan ditolak. Perbuatan
bisa dikatakan sah jika niatnya juga sah, begitu juga sebaliknya, jika niatnya
jelek, maka perbuatannya juga dikatakan jelek, tentunya hal ini sangat menentukan
kesesuaian dengan balasan yang akan diterima di dunia dan di akhirat.
***
Niat itu jika di
contohkan adalah seperti saat seorang sarjana yang baru saja lulus kuliah.
Kemudian ia berandai-andai untuk bisa
memperoleh beasiswa untuk bisa melanjutkan kuliah di luar negeri Karena ia
ingin mendapatkan suasana baru dan pengalaman baru berkuliah di luar negeri
sekaligus tidak ingin membebankan biaya kuliahnya kepada orangtuanya lagi,
sehingga ia ingin mendapat beasiswa. Itulah yang kita sebut sebagai Niat.
Lalu kemudian motivasi.
Motivasi dicontohkan saat seorang mahasiswa yang menghadiri wisuda di
kampusnya. Saat prosesi wisuda, ada salah seorang alumni yang baru saja
menyelesaikan program doctor nya di luar negeri, memberikan sambutan di acara
wisuda tadi. Pidatonya yang berapi-api, membuat seisi ruangan berdecak kagum,
tak terkecuali mahasiswa ini. Dalam benak hatinya, ia bergumam alangkah
hebatnya orang lulusan luar negeri, ia mampu berpidato secara apik dan terstruktur serta tampak
berwawasan luas. Gumaman inilah yang
kita namakan motivasi, dan ia bergetar di alam bawah sadarnya.
Dari 2 contoh tadi,
kita bisa simpulkan bahwa antara motivasi dan niat memiliki irisan kesamaan.
Terlepas dari sadar atau tidaknya, niat dan motivasi memiliki peranan penting
dalam hidup manusia.
***
Alquran telah banyak
bercerita tentang bagaimana posisi niat dalam ibadah. Bagian pertama tulisan
ini akan kami tutup dengan menyitir hadits rasulullah saw tentang posisi niat
dalam pandangan Islam.
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
bersambung ke bagian 2............
Tags:
Khazanah Islam
0 comments