ARJUNA NAIK KELAS ; SEBUAH DONGENG BANGUN TIDUR
Baca Juga
Bumi gonjang ganjing………
Lampu kerlap kerlip
tretek tek tek tek…. dung dung…. cesss
Alkisah di sebuah
negeri bernama Hastinapura, terdapatlah seorang prajurit yang sangat lihai dan
cakap dalam berperang. Ia bernama Arjuna, namun orang biasa memanggilnya Paklik Juna. Ia awalnya adalah seorang
prajurit biasa. Namun berkat kelihaiannya, masyarakat mengelu-elukannya menjadi
seorang Komandan Perang. Dan penduduk se-seantero negeri sangat
menunggu-menunggu setiap pidatonya maupun aksinya dalam memimpin prajurit ke
medan perang. Bagi para pengagumnya, Paklik
Juna adalah sebuah gambaran prajurit ideal yang memadukan kecerdasan
intelektual, berwibawa, namun tetap bisa bergaul dengan prajurit rendahan
sekalipun, tak terkecuali masyarakat.
Semenjak rekaman Paklik Juna saat melatih para prajurit
di negeri Hastinapura viral kemana-mana,
orang menjadi semakin jatuh cinta dengannya. Alhasil, banyak prajurit dari
lintas angkatan dan batalyon ingin dilatih olehnya. Paklik Juna pun semakin sering bepergian dari satu batalyon ke
batalyon yang lain. Kepopulerannya ini menggusur para pelatih yang merupakan
prajurit senior. Mereka merasa tidak senang, karena para prajuritnya justru
menyenangi Paklik Juna sebagai
pelatih tamu. Ini sebenarnya sebuah hal yang lumrah. Para prajurit ini merasa
bosan dan tidak mendapatkan upgrade
ilmu dari para pelatih senior. Bagi mereka, apa yang disampaikan oleh Paklik Juna lebih aplikatif dan sesuai
dengan perkembangan zaman, utamanya menyangkut strategi perang. Ini
berkebalikan dengan apa yang dilakukan oleh pelatih senior. Dan imbasnya, para
pelatih senior sekarang lebih banyak dikandangkan
di balik meja kantornya. Mereka pun berkomplot dengan pelatih senior lainnya
untuk menjatuhkan wibawa, kharisma, dan citra Paklik Juna di hadapan para prajurit.
Pada suatu hari, Paklik Juna diundang ke negeri Alengka
atas sepengetahuan Raja Rahwana. Sang raja tertarik dengan kemampuan Paklik Juna dalam melatih para prajurit
setelah melihatnya videonya di Youtube. Ia ingin para prajurit di negerinya mendapatkan
pelatihan singkat dari Paklik Juna.
Undangan resmipun dilayangkan kepadanya. Dan ia menyanggupi undangan tersebut.
Desas desus
tentang Paklik Juna yang akan pergi
ke negeri Alengka pun tersebar diantara para pelatih senior yang sedang dikandangkan ini. Mereka mengatur siasat
agar wibawa dan citra Paklik Juna
jatuh dan hancur dimata masyarakat dan prajurit, sehingga para pelatih senior
kembali manggung dan mendapat jatah lahan nya kembali. Dan dipilihlah isu penyakit menular sebagai alibi untuk
memprovokasi prajurit penjaga perbatasan negeri alengka agar menolak kedatangan
Paklik Juna.
Segera setelah
itu, para pelatih senior mengirim Kode
Semaphore kepada atasan prajurit penjaga perbatasan negeri Alengka. Kode
itu terbaca sebagai “Hati-hati dengan Paklik
Juna, ia membawa penyakit menular berbahaya. Sekali dia masuk ke negeri Alengka,
maka para prajurit akan tertular penyakit menular tersebut dengan cepat”.
Para prajurit
penjaga perbatasan inipun kelimpungan dengan isu ini. Mereka takut dengan
penyakit menular ini. Dan segera mereka melakukan rapat dadakan untuk
menentukan apakah mau menerima atau menolak kedatangan Paklik Juna. Hasil rapatpun memvonis akan menolak kedatangannya ke
negeri Alengka.
Saat rombongan Paklik Juna memasuki gerbang negeri
Alengka, para prajurit penjaga perbatasan menginterogasinya dan memintanya
pulang ke negeri Hastinapura. Ketika ditanya alasannya, para prajurit hanya
diam dan menyebutkan bahwa hanya melaksanakan tugas dari pimpinan. 2 jam
berlalu untuk bernegosiasi, namun para prajurit ini tetap bersikukuh menolak Paklik Juna. Mereka hanya berkeyakinan
bahwa ia akan menularkan penyakit berbahaya jika diizinkan masuk.
Agar tidak terjadi
konflik berkepanjangan di pintu perbatasan, maka Paklik Juna memutuskan untuk kembali ke negeri Hastinapura beserta
rombongannya. Sebenarnya bisa saja ia meng-sms
Raja Rahwana agar mengizinkannya masuk. Namun karena salah satu ajudannya yang
juga seorang telik sandi memberitahu
bahwa ini semua scenario dari para pelatih senior di negerinya, maka Paklik Juna memilih untuk pulang saja
agar tidak terjadi konflik.
Strategi inipun
berhasil dan para pelatih senior bersorak sorai karena merasa berhasil menjatuhkan citra dan kharisma Paklik Juna. Namun nyatanya hasilnya
berbanding terbalik. Para prajurit di negeri Hastinapura justru makin
menyanjung kebesaran hati, kematangan, dan kedewasaan Paklik Juna dalam menghadapi serangan-serangan seperti ini. Dan
kini, Paklik Juna malah makin laris
manis ditanggap oleh batalyon
batalyon lain di negerinya sendiri. Tak jarang malah para sipil juga ikut
mengundangnya sebagai pembicara tamu untuk berceramah tentang cinta tanah air.
Itulah sebuah
dongeng yang entah benar entah tidak……… Namanya
juga dongeng. Hehehehehe
Tags:
Sospol
0 komentar