Andi Azhar
  • Beranda
  • Essai
    • Khazanah Islam
    • Pendidikan
    • Sosial Politik
    • Persyarikatan
    • #SeloSeloan
    • Perguruan Tinggi
    • Sains Teknologi
    • Financial Teknologi
  • Hikayat
    • Formosa
    • Nusantara
  • Soneta
  • English
    • Education
    • Politic
    • Technology
    • Economic
  • Advertorial
    • Competition
    • Endorsement
    • Komikita
  • Obituari
  • Scholarship
    • MoE Taiwan
    • HES Taiwan
    • ICDF Taiwan
  • Hubungi Kami
Kota Chiayi merupakan satu kota kecil yang diapit oleh 2 kota besar di Taiwan, yaitu Taichung dan Tainan. Mungkin bagi sebagian wisatawan, Chiayi tidak masuk dalam list kunjungan wisata mereka. Paling banter adalah Gunung Ali atau dalam Bahasa local disebut Alishan yang memang sudah cukup terkenal sebagai destinasi wisata di Taiwan. Namun sebenarnya, Chiayi memiliki banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi oleh wisatawan, satu diantaranya adalah Taibao Sea Flowers.
Taibao Sea Flowers (Photo : Dokumen Pribadi)


Taibao Sea Flowers adalah spot wisata berupa taman bunga yang cukup luas yang hanya ada 2 kali dalam setahun, yaitu pada musim gugur dan musim semi. Taibao sea flowers berada di distrik Taibao tengah. Tempat ini sebenarnya adalah lokasi persawahan milik masyarakat. Namun saat pasca panen, sembari menunggu musim tanam datang, lokasi ini ditumbungi oleh berbagai macam bunga berwarna warni. Kebanyakan adalah jenis bunga krisan.

Di Taiwan sendiri, saat musim semi seperti ini, bunga-bunga krokot atau model bunga krisan seperti ini banyak yang tumbuh secara liar di persawahan yang telah selesai dipanen. Tidak ada yang menanam sebenarnya, namun tumbuh secara liar dan merata akibat dibawah oleh angin. Di Taiwan sendiri ada beberapa lokasi “Lautan Bunga”, sebut saja Xinshe Sea Flowers yang berada di Taichung. Tiap tahunnya, lokasi-lokasi ini dibuat semacam festival bunga dan mampu menarik wisatawan local maupun asing untuk datang kesini.
 
Taibao Sea Flowers (Photo : Dokumen Pribadi)
Di Taibao sea flowers sendiri, ada masyarakat yang kemudian mengkoordinir untuk mempercantik lokasi ini dan memberikan semacam pagar pembatas dari tali agar para pengunjung tidak masuk ke areal bunga, agar tidak menginjak-injak bunga yang tumbuh. Kita masih ingat, bagaimana dulu di Jogja ada satu taman bunga yang tumbuh dan berwarna warni. Saat photonya viral, lantas pengunjung banyak yang berdatangan, dank arena [mungkin] tidak diberi pembatas, sehingga banyak bunga yang terinjak dan akhirnya mati. Disinilah fungsi pembatas dan larangan untuk masuk keareal bunga tumbuh agar bisa dinikmati hingga musim berganti.

Bagi yang ingin mengunjungi Taibao Sea flowers, pengunjung bisa naik bus BRT (Shuttle Bus) nomor 7324 dengan tujuan Chiayi HSR Station dari Chiayi Bus Station. Nanti turun di Chiayi HSR Station dengan biaya sekitar NTD 70,-. Pengunjung bisa memakai kartu Yoyo Card atau iCash, atau Easy Card. Bisa juga membayar langsung saat naik.  Sesampainya di HSR Station, pengunjung diharuskan jalan kaki sekitar 1,5 Km ke arah selatan (Chiayi City) karena tidak ada bus yang berhenti di dekat lokasi taman bunga tersebut.
 
Taibao Sea Flowers (Photo : Dokumen Pribadi)

Lokasinya yang berada di pinggir jalan raya (by pass), membuat pengunjung yang tidak membawa motor sedikit kerepotan, karena harus berjalan 1.5 Km tersebut. Jadi, bagi yang dari luar kota, bisa disarankan menyewa motor di depan stasiun kereta api Chiayi dengan harga NTD 200 untuk 12 jam. Perjalanan dari pusat kota Chiayi hingga ke lokasi sekitar 30 menit menggunakan sepeda motor. Jika memakai bus dan diteruskan dengan jalan kaki, memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Namun, keindahan lautan bunga membuat rasa capek akan perjalanan yang cukup lama ini, menjadi tidak terasa. Pengunjung diperbolehkan berswafoto di lokasi dengan catatan tidak masuk ke areal persawahan dimana bunga tumbuh. Tidak ada biaya masuk alias gratis. Dan perlu diingat bahwa taman bunga ini hanya ada selama 2 minggu – 1 bulan saja sampai musim tanam padi sudah datang.

So, sudah siap bertualang di Chiayi? Jangan nyasar ya. Hehehehe……….

Taibao Sea Flowers (Photo : Dokumen Pribadi)

[ANDIAZHAR.COM] Di tahun 2000an, ada satu film serial (sinetron) dari Taiwan yang cukup ngehits di kalangan remaja dan anak muda Indonesia. Film ini berkisah tentang anak remaja Taiwan yang memiliki Geng bernama F4 di kampus Ying De Dazhue dan menyukai seorang mahasiswi di kampus yang sama. Film ini berjudul Meteor Garden. Nah, mungkin bagi orang seperti saya yang besar dengan film ini, pernah punya bayangan untuk bisa pergi kesini pada suatu waktu, hehehehe……..

Kampus Yin De University ini sebenarnya tidak ada di Taiwan. Ini hanya sebuah rekaan semata. Namun lokasinya memang benar-benar ada. Nama kampus ini sebenarnya adalah National Chung Cheng University yang berlokasi di District Minxiong, Kota Chiayi, Taiwan. Kampus ini adalah salah satu kampus terbesar dan terluas yang ada di Taiwan. Dan bisa jadi karena landscapenya yang indah, maka lokasi ini dijadikan lokasi syuting film tersebut.
 
Air Mancur di dekat Rektorat Kampus NCCU (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Setelah memasuki pintu gerbang utama, kita akan disuguhkan dengan gedung-gedung bertingkat yang kesemuanya memiliki semacam beton landau diatasnya. Menurut salah satu teman yang berkuliah disana, beton ini bisa jadi adalah sebagai penyeimbang atau penjaga beban saat terjadi gempa bumi. Sebagai informasi, Taiwan adalah negara yang cukup sering dilanda gempa. Sehingga konstruksi bangunan-bangunan di Taiwan sangat memperhatikan keamanannya saat terjadi gempa bumi.

Di ujung jalan masuk, kita akan disuguhi gedung rektorat kampus tersebut yang menurut saya desainnya mirip dengan bangunan-bangunan yang ada di Bali. Jika diperhatikan secara seksama, model bangunan ini mirip candi yang berundak dengan ornamennya yang mirip dengan ornament yang ada di Bali. Di gedung rektorat ini, San Chai dan Hua Zhe Lei terlibat beberapa kali adegan seperti dalam episode 3 dan 4.
 
Lapangan Hijau Kampus NCCU (Foto : Dokumentasi Pribadi)

Tidak jauh dari gedung rektorat, terdapat air mancur yang saat sore hari akan dihiasi dengan lampu warna-warni. Air mancur ini adalah tempat dimana F4 diwisuda di kampus tersebut. Juga ada beberapa kali adegan antara San Chai dan Dao Ming Tse yang sedang terlibat cekcok di depan air mancur ini.

Setelah berjalan sekitar 10 menit, kita akan sampai di jalanan yang dipenuhi oleh pohon-pohon rindang di kanan kirinya. Kontur jalan yang naik turun semakin menjadikan landscape kampus ini Nampak indah dipandang dari ujung jalan. Di Episode 1 dan 2, tempat ini sering dijadikan latar cerita antara San Chai dan personil F4 dimana San Chai Nampak sedang mendorong motor lalu melintas personil F4 yang sedang melintas menggunakan mobil mewahnya.

Berjalan ke sisi kiri, kita akan disuguhkan oleh lapangan hijau yang sangat luas untuk ukuran sebuah universitas. Lapangan ini biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bermain dengan keluarga saat akhir pekan. Sebagai informasi, sangat jamak di Taiwan, kampus-kampus dijadikan tempat berwisata bagi masyarakat dan keluarganya saat akhir pekan sembari bermain dengan anak-anak maupun binatang peliharaan. Sepintas lapangan ini mirip seperti lapangan golf, namun lebih luas dari itu.
 
Rektorat Kampus NCCU (Foto : Dokumentasi Pribadi)
Disebelah lapangan, ada lapangan baseball berstandar Internasional yang dikelilingi oleh arena untuk berlari. Jika diperhatikan, kedua lapangan ini adalah syarat wajib yang harus ada di sekolah maupun universitas di Taiwan. Kemudian di masih di kompleks lapangan tersebut, ada sebuah gedung bertingkat dimana disana banyak diambil adegan untuk beberapa episode awal film Meteor Garden, seperti saat ada 2 orang perempuan yang bersaing untuk memakai asesories dan pakaian bermerek.

Jika kita berjalan lebih ke tengah, terdapat danau / kolam yang diatasnya ada jembatan. Ini adalah Icon dari kampus NCCU. Lokasi ini sering juga dijadikan arena photo prewedding.

Lokasi kampus National Chung Cheng University sendiri terletak di atas bukit di kawasan distrik Minxiong. Dengan dikelilingi oleh banyak pepohonan dan kebun-kebun milik masyarakat, menjadikan udara dan suhu disini cukup sejuk dan dingin. Jika ingin mengelilingi kampus ini, disarankan untuk memakai sepeda, karena luasnya area.
 
Salah Satu Jalanan di Kampus NCCU (Foto : Dokumentasi Pribadi)


Bagi yang ingin berkunjung ke kampus ini, bisa menggunakan Kereta Lokal / Kereta Lambat dengan berhenti di Stasiun Kereta Minxiong, lalu meneruskannya menggunakan bus dengan tujuan kampus National Chung Cheng University. Namun bagi yang ingin menggunakan bus langsung dari Kota Chiayi, saat ini sudah ada bus langsung dengan biaya 70 – 80 Taiwan Dolar. Tidak ada salahnya untuk mengunjungi kampus ini untuk merasakan sensasi berlibur yang berbeda dari biasanya, karena disini kampus adalah justru yang dijadikan objek wisatanya. Hitung-hitung sekalian napak tilas memori masa kecil saat kita bersorak-sorak tatkala film ini tayang di sore hari. He..he…he…..
".......... seseorang belum dikatakan benar-benar pergi ke Taiwan jika belum mengunjungi Sun Moon Lake" -Taiwan's Proverb-

Berbicara tentang Taiwan, mungkin yang terbayang dalam benak kita adalah kota-kota dengan segala kemajuan teknologinya. Padahal kalau kita mau sejenak mencarinya di peta wisata atau tanya Mbh Google kita akan menemukan spot-spot yang menarik. Nah, salah satu tempat wisata yang pernah saya kunjungi selama di Taiwan adalah Sun Moon Lake.

Di awal tulisan ini saya mengutip pepatah kuno Taiwan. Pepatah tersebut merupakan satu petunjuk bahwa Taiwan menyimpan pesona alam yang menakjubkan di dalamnya. Hal tersebut bisa kita buktikan sendiri dengan menikmati Sun Moon Lake. Sun Moon Lake adalah tempat yang cukup indah yang dapat didatangi di Taiwan jika kita ingin sejenak menghindar dari hingar bingar kota besar. Sun Moon Lake adalah tempat wisata yang cukup populer yang dikunjungi oleh turis lokal. Meskipun begitu, bukan berarti kita tidak bisa pergi kesana.

Sun Moon Like adalah danau terbesar di Taiwan. Danau ini terletak di Nantou County, sekitar 5 Jam dari Taipei jika menggunakan bus. Nantou adalah satu-satunya daerah di Taiwan yang tidak berbatasan langsung dengan laut. Nama Nantou berasal dari suku kata asli Taiwan yaitu Hoanya Taiwan Ramtau. Ada beberapa cerita mengenai asal muasal penamaan Sun Moon Lake. Salah satunya adalah karena bentang alam dan geografisnya. Di Sun Moon lake, dibagian timur danau adalah bundar seperti matahari dan sisi barat yang berbentuk seperti bulan sabit, maka Sun Moon Lake juga disebut “Minggu Moon Lake.”

Di Sun Moon Lake, biaya masuknya gratis. Namun apabila ingin menaiki perahu, kita harus membayar sebesar NTD 50 (sekitar Rp. 20.000). Itu sudah termasuk perahu/boat yang menuju ke 2 tempat di seberang dermaga. Cukup terjangkau jika dibandingkan dengan kenampakan pemandangannya yang istimewa. Ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi di sekitaran Sun Moon Lake. Ketika masuk dalam area Sun Moon Lake, kita akan disuguhi oleh "pengamen" dari suku asli Taiwan. Mereka menyanyi bahasa Taiwan dengan diiringi putaran musik dari tape recorder.

Jika kita menumpang perahu untuk ke spot-spot lain di Sun Moon Lake, maka tempat pertama yang akan dikunjungi adalah Kuil Wenwu. Kuil ini adalah yang terbesar di sini. Yang khas di sini adalah kita bisa menikmati pemandangan alam yang sepanjang mata memandang nampak bentangan biru jernih air danau sembari makan telur yang direbus dengan air teh. Telur ini sebenarnya bisa saja dibeli toko-toko retail seven eleven yang tersebar di seluruh Taiwan, namun kalau boleh berkomentar, rasa telur teh yang ada di Wenwu cukup berbeda dan sangat khas. Oya, kita tidak bisa berlama-lama Wenwu temple karena perahu akan berangkat lagi ke tempat berikutnya. Kita hanya diberikan waktu kurang lebih 45 menit untuk berkeliling di Wenwu temple.
Setelah dari Wenwu temple, perahu akan beranjak ke Lalu Island. Di pulau ini tinggal Suku Thao yaitu suku asli Sun Moon Lake. Di pulau inilah pengunjung bisa membeli souvenir khas Taiwan dan souvenir khas penduduk aborigin Taiwan. Kita juga bisa menikmati berbagai kuliner yang ditawarkan. Jangan khawatir banyak kuliner di pulau ini tetap bisa kita (sebagai seorang muslim) makan asal kita cermat memilihnya.

Belajar dari pengelolaan pariwisata di Taiwan, sebenarnya Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan. Indonesia memiliki ratusan danau alami dan buatan. Sebut saja Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Ranau, Bendungan Jatiluhur, Waduk Gajah Mungkur dan sederet danau lainnya yang terbentang dari ujung barat hingga timur Indonesia. Apabila kita bisa memaksimalkannya, tentu ini menjadi potensi ekonomi kemasyarakatan yang cukup tinggi. Infrastruktur, manajemen sistem, serta kebersihan-kenyamanan menjadi prioritas yang harus dibenahi. Selain kepada Taiwan, kita bisa juga belajar ke Thailand tentang sistem pengelolaan tempat wisatanya. Income terbesar Thailand justru datang dari sektor pariwisata. Dan pariwisatanya menjadi katalisator kemajuan ekonomi masyarakatnya. Taiwan dan Thailand saja bisa, kenapa Indonesia tidak?

dR.

Menuju Dermaga Sun Moon Lake

Salah satu shooping center di Sun Moon Lake

Coba kita bandingkan dengan potensi yang ada di Indonesia

Danau Singkarak

Danau Toba
Waduk Jatiluhur

*Sebagian gambar diambil dari Internet
Taiwan mungkin tidak memiliki pantai-pantai dan pegunungan se-indah di Indonesia. Taiwan hanyalah negara yang berbentuk 1 kepulauan besar di pinggir samudera pasifik. Taiwan terbentuk dengan keminimalisannya, namun mereka mampu mengembangkan keminimalisannya tersebut menjadi sesuatu yang istimewa. Kita tidak bisa membandingkan Indonesia dengan Taiwan dalam hal kekayaan keindahan alamnya. Namun kita bisa melihat bagaimana Taiwan mampu mengelola minimalisnya alam yang mereka miliki menjadi tempat wisata yang terkenal. Dan salah satu yang pernah saya kunjungi adalah Yehliu Geopark. 

Yehliau Geopark adalah kawasan batuan kapur yang membentuk suatu gugusan serta bentuk-bentuk unik  seperti jamur, kepala ratu, lilin, sandal, dan sebagainya. Batuan kapur ini terbentuk sebagai akibat erosi samudera pasifik yang berarus deras. Selain itu gugusan ini juga terbentuk akibat pergerakan lempeng bumi dimana pulau formosa sendiri masuk ke dalam cincin apinya. Dari sejarahnya, Yehliu sendiri berasal dari bahasa Pinpu, yaitu bahasa asli dari suku "aborigin" nya Taiwan. Selain itu istilah ini juga berasal dari bahasa Spanyol Punto Diablos yang berrarti Tanjung Setan. Dibalik penamaannya, ada suatu cerita mengapa tempat tersebut dinamakan Yehliu. Ceritanya pada zaman dahulu warga sekitar merupakan nelayan yang hidup di laut, mungkin jika di Indonesia seperti orang Bajo. Mereka mendapatkan beras dari penduduk pulau. Uniknya pengambilan beras dilakukan dengan menggunakan bilah bambu yang sudah dilubangi bagian ujungnya, dan para pedagang pada akhirnya menyebut proses ini sebagai "beras yang dicuri oleh suku asing" dimana suku asing dalam bahasa Taiwan disebut "Yeh" dan dicuri disebut "Liu". Inilah asal muasal dari penamaan kawasan ini.

Untuk menuju kawasan Yehliu ini, kita bisa menggunakan bus dari Terminal Bus Timur (Taiwan Main Station). Kemudian cari bus dengan tujuan Keelung. Kita bisa menggunakan kartu Easy Card atau Student ID yang sudah terintegrasi dengan kartu bus. Biaya yang dibutuhkan sekitar NTD 30 (Kalau kita kurskan ke rupiah, sekitar Rp. 12.000). Untuk biaya masuk kita dikenakan biaya NTD 50. Sebelum memasuki kawasan ini, kita harus berjalan sekitar 1 Km terlebih dahulu jika kita menggunakan bus umum. Jangan khawatir, walaupun jauh, di sepanjang jalan kita bisa menikmati susunan batuan bukit serta pohon-pohon yang cukup rindang, sehingga jauh pun tidak terasa. Oy, sebelum sampai di kawasan ini, kita juga akan melewati kawasan pelabuhan nelayan terbesar kedua di Taiwan. Disini banyak TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang bekerja sebagai ABK (Anak Buah Kapal). Kebetulan sewaktu kesana, kami disapa oleh beberapa TKI yang kebetulan sedang sandar di pelabuhan. Mereka mengenali kami dari jilbab yang dikenakan oleh rekan saya serta dari pembicaraan kami yang memang menggunakan bahasa Indonesia.

Kawasan ini cukup istimewa, karena dikemas dengan model alur tracking berkelok. Di tiap-tiap spot kita akan disuguhkan oleh beraneka ragam batuan kapur yang berbentuk unik. Selain itu, di akhir jalur tracking, kita akan disuguhkan langsung dengan pemandangan langsung ke samudera pasifik yang berangin kencang. Sebagai informasi, cuaca disini cepat sekali berubah. Sehingga ada baiknya kemana-mana kita membawa jas hujan dan payung.
Batu Kompas
Ada satu spot menarik yang menyita perhatian saya, yaitu patung seorang nelayan. Berdasarkan cerita masyarakat sekitar, dijelaskan bahwa patung ini didirikan sebagai bentuk penghormatan kepada salah satu nelayan yang dengan gagah berani menyelamatkan seorang anak yang terseret arus di kawasan Yehliu. Nelayan tersebut tewas ketika menolong anak tersebut. Selain itu, di kawasan ini juga terdapat tempat menentukan arah yang kurang lebih bentuknya seperti kompas. Mungkin ini sebagai acuan bagi nelayan-nelayan asing yang akan bersandar atau bisa juga sekedar petunjuk bagi orang asing yang pertama kali berkunjung di daerah itu.

Di luar kawasan itu, seperti kebiasaan tempat wisata di Taiwan pada umumnya, mereka menyediakan lokasi jajanan khas Taiwan. Namun bagi wisatawan muslim, harus hati-hati jika ingin membeli makanan disini, karena banyak makanan yang dimasak bersama babi maupun arak. Tapi bila kita cermat dan hati-hati, maka kita tetap bisa menemukan makanan yang bisa dimakan (halal).

Dan, berikut adalah beberapa photo tentang Yehliu Geopark.
Selamat berwisata.

dR.


Gugus Batu Kapur

Yehliu Geopark

Batuan ini terbentuk akibat proses pergerakan lempeng bumi dan terpaan ombak samudera pasifik

Batu Jahe

Batu Kepala Ratu (Ini yang paling terkenal dan dijadikan maskot)

Batu Lilin

Susunan bebatuan hasil hantaman ombak

Batu Gajah Sujud

Batuan Sarang Lebah

*Beberapa photo diambil dari sini


Postingan Lama Beranda

TENTANG PENULIS


Ayah penuh waktu. Penyuka kue lupis dan tempe goreng. Bekerja sebagai penulis partikelir semi-amatir. Kadang-kadang juga jadi tukang dongeng

ACADEMIC LEARNING ACCESS

ACADEMIC LEARNING ACCESS



Ikuti Kami di Media Sosial

KOMIKITA

Memuat komik...

Artikel Populer

  • KAMUS BESAR BAHASA MELAYU-INDONESIA
  • ENGGANO DI UJUNG TANDUK
  • OTORITA KHUSUS TERINTEGRASI; TEROBOSAN TATA KELOLA UNTUK WILAYAH 3T
  • MERANCANG ULANG NEGARA : WILAYAH 3T DAN URGENSI MODEL TATA KELOLA BARU
  • EKSISTENSI DUA FORUM

Ramadhan Bercerita

PARIWARA

PARIWARA

TULISAN DI MEDIA MASSA

ADVERTORIAL 1

ADVERTORIAL 1

ADVERTORIAL 2

ADVERTORIAL 2
DMCA.com Protection Status

BUKU KAMI YANG TELAH TERBIT

Copyright © 2013-2024 Andi Azhar. Oleh Andi Azhar